nusabali

Gagal Jadi Guru SD, Kini Guru Besar di UHN IGB Sugriwa

Perjalanan Karier Prof Dr I Nyoman Sueca SAg MPd

  • www.nusabali.com-gagal-jadi-guru-sd-kini-guru-besar-di-uhn-igb-sugriwa

GIANYAR, NusaBali
Prof Dr I Nyoman Sueca SAg MPd dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, di Kampus Bangli, Rabu (25/5) ini.

Pengukuhan ini menjadi momentum luar biasa bagi akademisi asal Banjar Abiansemal, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar ini. Sebab dia saat remaja dihadapkan pada kondisi perekonomian sulit.

Beruntung kedua orangtuanya, I Ketut Lungsur (alm) dan Ni Wayan Saplag (alm) terus memberi semangat menempuh pendidikan. Dia penuh perjuangan menuntaskan Pendidikan Guru Agama di Mataram, Lombok. Tantangan muncul ketika melamar menjadi guru Sekolah Dasar (SD), Sueca tidak lolos seleksi.

Suami dari Ni Wayan Diyasmini ini mengisahkan, masa muda yang sulit ekonomi justru menjadi pemacu semangatnya untuk maju. "Semasa muda saya sudah kepikiran untuk memperbaiki kehidupan melalui jalur pendidikan," ujarnya, Selasa (24/5).

Berkat dorongan kedua orangtua, Nyoman Sueca terus berusaha mencapai cita-cita menjadi guru SD. Meski sempat pesimis karena tidak lolos seleksi, ternyata tugas yang lebih besar dipercayakan kepadanya. Kerja keras mengantarkannya menjadi PNS di Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Gde Pudja Mataram. Kini dia dikukuhkan sebagai Guru Besar di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.

Prof Sueca mengungkapkan, ayahnya I Ketut Lungsur semasa hidup kesehariannya sebagai petani dan ibunya Ni Wayan Saplag pedagang di Pasar Tenten, Desa Lodtunduh. "Mereka selalu berpesan agar saya terus bersekolah meskipun mengalami kesulitan ekonomi. Jadi saat SD pulang sekolah itu di rumah tidak ada nasi untuk dimakan, jadi harus bekerja dulu membantu orangtua agar bisa makan," ungkapnya.

Keterpurukan ekonomi keluarga, sempat membuat I Nyoman Sueca ingin berhenti sekolah setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama (SMP). Namun kedua orangtuanya kembali meyakinkan, agar Nyoman Sueca tetap melanjutkan pendidikan. "Sempat ingin berhenti sekolah, karena saya sadar keluarga tidak ada biaya, namun kedua orangtua selalu mendorong saya untuk terus bersekolah. Kala itu orangtua berpesan kalau berhenti sekolah nanti paling bodoh diantara teman, jadi saya sekolah walaupun tanpa ada bekal," kisahnya.

Prof Sueca akhirnya menyetujui dorongan orangtua untuk bersekolah ke PGA Mataram. Tamat PGA Mataram di sempat melamar sebagai guru SD, namun tidak lolos seleksi. Kondisi ini sempat dia terpuruk. Namun sang istri, Ni Wayan Diyasmini yang setia mendampingi terus memberikan motivasi, sehingga dirinya berkomitmen melanjutkan pendidikan.

“Jadi cukup lama istirahat tidak melanjutkan kuliah, baru sekitar 90-an baru bisa melanjutkan kuliah Pendidikan Agama Hindu di STAH Parama Dharma Denpasar. Kemudian pendidikan S2 di Universitas Pendidikan Negeri Surabaya pada 2005 dan S3 Pendidikan Agama Hindu Universitas Hindu Indonesia Denpasar," jabarnya.

I Nyoman Sueca mengawali karir PNS di STAHN Gde Pudja Mataram sejak 2001. Hingga Agustus 2016, ayah seorang putri ini pindah tugas ke IHD Negeri Denpasar, kini Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Dia menjabat Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama di UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.

Dalam pengukuhan guru besar, Propf Sueca menyampaikan orasi ilmiah “Pesraman Suatu Lembaga Pendidikan Keagamaan Holistik Dibutuhkan Negara Dalam Upaya Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya”.

Dijelaskan, sistem Pendidikan Ashram sudah selayaknya menjadi perhatian bagi institusi-institusi Hindu di seluruh Indonesia apalagi di Bali. Sebab dewasa ini ketika semakin dirasakan efek-efek negatif dari kemajuan sains dan teknologi, maka banyak pihak ingin menengok kearifan-kearifan budaya  masa lalu bangsa ini. *nvi

Komentar