nusabali

Nunggak SPP, Siswa SMK di Gianyar Tak Bisa Ikut Ujian

  • www.nusabali.com-nunggak-spp-siswa-smk-di-gianyar-tak-bisa-ikut-ujian

GIANYAR, NusaBali
Puluhan siswa SMK PGRI 1 Gianyar informasinya tidak dapat ikut ujian ulangan umum.

Alasannya karena puluhan siswa ini menunggak pembayaran SPP. Beberapa orangtua siswa ada yang sudah beritikad baik membayar secara mencicil, namun tetap tidak diperbolehkan ikut ulangan umum.  "Ada orangtua yang mau nyicil bayar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta, tetap ditolak tidak bisa ikut ulangan umum," jelas sumber yang enggan namanya dikorankan. Menanggapi informasi ini Kepala Sekolah (Kasek) SMK PGRI 1 Gianyar, I Made Dwi Ari Yuda SPd,33, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (23/5) mengatakan tidak benar siswa ditolak mengikuti ulangan umum.

"Tidak dikasih ikut ujian (ulangan umum) itu salah. Sekolah akan agendakan ujian susulan bagi siswa yang belum menyelesaikan pembayaran," terangnya. Jumlah siswa yang menunggak SPP sekitar 20 persen dari total siswa 620 orang. "Setelah kita cek sekitar 20 persen yang belum dan akan diberikan susulan sehari setelah jadwal penilaian akhir semester selesai dengan menghadirkan orangtua ke sekolah untuk meminta kesanggupannya," ujarnya.

Sikap tegas ini diberlakukan, karena sepenuhnya biaya operasional sekolah swasta ini bersumber dari dana komite yang dibayarkan oleh orangtua siswa. Bahkan diungkapkan, gara-gara tunggakan SPP ini sekolah sampai tidak bisa membayar honor guru. "Selama pandemi ini, kita sempat beberapa kali tidak bayar honor guru. Kita menunda karena memang luar biasa tunggakan SPP siswa," kata Ari Yuda.

Ulangan umum pun sejatinya hanya momentum untuk mengingatkan siswa dan orangtua agar membayar kewajiban. Sebab secara berkala, sekolah selalu mengingatkan siswa taat bayar SPP setiap bulan. "Itu ada setahun gak bayar, ada dua tahun. Bahkan kelas 3 ada yang belum bayar sama sekali," ungkapnya. Adapun nominal SPP per bulan Rp 200.000. Diakui selama pandemi, banyak orangtua yang datang ke sekolah menyampaikan tidak bisa bayar. Dan pihak sekolah memahami kondisi tersebut dengan memberi kelonggaran waktu pembayaran.

Namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena biaya operasional bersumber dari dana komite tersebut. "Jadi dikasih keleluasaan sampai akhir semester untuk bayar," jelasnya. Sebagai peringatan, siswa yang menunggak tetap bisa ikut ujian, namun tidak penuh. "Misal ujiannya seminggu, kita kasih ikut 4 hari. Kami minta siswa konfirmasi ke orangtua, dengan harapan agar SPP dibayar. Setelah itu, mereka ikut ujian susulan," tegas Kasek Ari Yuda. Hal ini dilakukan karena berdasarkan pengalaman, relatif banyak siswa yang sudah diberi uang SPP oleh orangtua justru tidak bayar ke sekolah.

"Itu bentuk bantuan dari sekolah (meminta anak konfirmasi ke orangtua). Hanya saja ortu tidak melihat ini," ujarnya. Jika sampai lulus SMK masih ada siswa yang menunggak SPP dengan terpaksa sekolah menahan ijazah yang bersangkutan. "Yang mau tamat jika belum bayar, sementara ijazahnya masih di sini. Dulu banyak pengalaman, kita ada ijazah dari tahun 90 belum diambil sampai sekarang. Kita harap orangtua mengerti bahwa sekolah juga alami kesulitan, honor guru sempat tidak dibayar 3 bulan, ada 3-4 kali kita tunda," ujar Ari Yuda yang menjabat kasek sejak tahun 2019 ini. Untuk jenis ujian yang ditunda seperti ulangan semester ganjil dan genap, ujian akhir, ujian sekolah dan uji kompetisi keahlian.

Untuk diketahui sekolah yang berdiri sejak tahun 1989 ini kini memiliki jurusan Perhotelan, Tata Boga, Akuntansi dan Perkantoran. Kasek Ari Yuda mengatakan sikap tegas ini dilakukan sebagai bentuk edukasi, agar siswa atau orangtua siswa memenuhi kewajibannya selama mengenyam pendidikan. Selain itu juga agar orangtua membiasakan melakukan pembayaran iuran setiap bulan sehingga lebih ringan di samping biaya yang dibayarkan sudah sangat terjangkau. Biaya pendidikan di sekolah ini relatif murah. Sebab siswa tidak dikenakan biaya uang gedung, uang pendaftaran dan uang praktek. "Siswa hanya membayar Iuran Komite saja Rp 200.000 per bulan," ujarnya.

Ari Yuda mengungkapkan, meskipun banyak siswa tak memenuhi kewajibannya, yang berdampak pada honor guru dan pegawai. Namun dia selalu meminta agar guru dan pegawai yang banyaknya 83 orang di sekolah ini, supaya selalu memberikan perlakuan yang baik pada semua siswa. Terbukti, meskipun dalam keterbatasan, sekolah ini banyak menghasilkan prestasi. Dua di antaranya, juara III Nasional bidang Kamp Kreativitas Siswa Indonesia (KKSI) Bidang Kuliner mengangkat Jajan Pasar Tradisional 2021 dan Juara III Nasional bidang Destinasi Wisata 2020. "Syukurnya guru-guru tetap melaksanakan tugas dengan baik walau ada keterlambatan pembayaran honor berulang kali," ujarnya. *nvi

Komentar