nusabali

Hingga Mei 2022, Sekitar 1.000 Cakepan Lontar Berhasil Dikonservasi

Tim Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar di Griya Siangan Sanur

  • www.nusabali.com-hingga-mei-2022-sekitar-1000-cakepan-lontar-berhasil-dikonservasi

DENPASAR, NusaBali
Tim Penyuluh Bahasa Bali Dinas Kebudayaan (Disbud) Bali kembali melakukan konservasi dan identifikasi lontar di Kota Denpasar.

Tim penyuluh untuk wilayah Kota Denpasar kali ini mengadakan konservasi di Griya Siangan Sanur, Banjar Taman Sari, Desa Adat Intaran, Jalan Danau Buyan, Kelurahan Sanur, Denpasar Selatan.

Kegiatan konservasi dan identifikasi berlangsung sejak Selasa (17/5) oleh sekitar 20-an orang penyuluh, dan diperkirakan membutuhkan waktu selama 3 hari. Lebih dari 100 cakepan lontar dibersihkan dan 95 di antaranya dalam keadaan baik (utuh).

Sub Koordinator Substansi Sejarah, Bidang Sejarah Dokumentasi Kebudayaan, Disbud Bali Ida Bagus Purwita Suamem, yang berkesempatan meninjau proses konservasi lontar, Rabu (18/5), menuturkan kegiatan yang dilakukan merupakan kelanjutan dari konservasi lontar yang dilakukan pada Bulan Bahasa Bali pada Februari 2022.

“Kegiatan ini disebut konservasi lontar, membersihkan lontar milik masyarakat yang tersimpan di griya, di puri, di rumah-rumah masyarakat yang notabene kurang terawat,” ujar Purwita.

Purwita menuturkan pada bulan bahasa, Februari 2022, setiap kabupaten/kota melakukan konservasi lontar masing-masing di dua tempat. Sementara masih banyak lontar di masyarakat yang perlu mendapat perawatan.

Disampaikannya, kegiatan konservasi lontar sudah dilaksanakan sejak 2016. Dalam perjalanannya kegiatan konservasi lontar sempat pula di bawah kewenangan Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disdikpora) Provinsi Bali. Namun sejak 2022, kegiatan konservasi lontar kembali berada dalam naungan Disbud Bali.

Tim Penyuluh Bahasa Bali yang melakukan konservasi lontar, tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali. Sejak pertama kali dilaksanakan, program konservasi lontar sudah berhasil melakukan konservasi pada ribuan cakepan lontar. Untuk tahun 2022 sejauh ini sekitar 1.000 cakepan sudah berhasil dikonservasi di seluruh Bali.

Purwita menjelaskan, tidak hanya melakukan konservasi, bilamana memungkinkan pada lontar yang sudah dalam kondisi rusak, bisa dilakukan pula upaya restorasi. “Umpamanya ada lontar wariga, kita carikan lontar pembanding, mungkin saja isinya agak sedikit berbeda, namun kita menyelamatkan keutuhannya,” kata Purwita.

Dia menuturkan setelah dilakukan konservasi dan identifikasi lontar nantinya akan memudahkan bagi griya selaku pemilik lontar dan masyarakat untuk mempelajari, meneliti, atau mencari pengetahuan sastra di dalamnya.

Namun kendala yang dihadapi pihaknya yakni masih banyaknya masyarakat yang terlalu mensakralkan lontar, sehingga upaya konservasi sulit dilakukan, yang pada akhirnya malah mengakibatkan rusaknya lontar akibat termakan usia.

“Itu kendala kita di masyarakat, dibuat tenget (disakralkan), terlalu disakralkan sehingga tidak bisa dijamah oleh petugas kita. Kepada masyarakat yang memiliki dokumen lontar, bila perlu serahkan kepada kami untuk kami rawat, bukan untuk kami ambil, kami rawat untuk para pemilik itu membuka apa sebenarnya isinya,” tandas Purwita.

Sementara itu, Koordinator Penyuluh Bahasa Bali wilayah Kota Denpasar Wayan Yogik Aditya Urdhahana, menyampaikan proses konservasi lontar di Griya Siangan Sanur melibatkan tim penyuluh Bahasa Bali dari seluruh kecamatan di Kota Denpasar.

Hal itu, ujarnya, karena cukup banyak lontar yang disimpan oleh pihak griya. Sebanyak 95 cakepan dalam kondisi baik sementara selebihnya dalam kondisi rusak sebagian.

“Secara umum karena latar belakang keluarga adalah pendeta, naskah lontar adalah mengenai kependetaan. Naskah-naskah banyak yang menunjang profesi beliau seperti puja, mantra, ataupun stawa. Namun selain itu ada juga beberapa naskah seperti kakawin, parwa, yang memang digemari kalangan griya pada masa itu,” ungkap Yogik. Adapun lontar-lontar tersebut sebagian mengungkapkan tahun pembuatannya yakni pada akhir 1800-an.

Yogik menyampaikan, proses perawatan lontar oleh Tim Penyuluh Bahasa Bali dimulai dengan membersihkan debu yang menempel pada lontar menggunakan kuas. Selanjutnya lontar yang tulisannya mulai pudar digosok dengan minyak kemiri (dari buah kemiri yang dibakar, Red) agar tulisan menjadi lebih jelas.

Terakhir adalah mengoleskan cairan minyak sereh yang sudah dicampurkan dengan aseton untuk melindungi lontar dari serangga yang bisa menggerogoti daun lontar. Lontar-lontar yang masih tercerai berai susunannya kemudian dirapikan diikat dengan benang.

Perwakilan keluarga Griya Siangan Sanur, Ida Bagus Kompyang Sulendra, menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak Disbud Bali yang telah melakukan konservasi lontar di griya. Menurutnya dengan melakukan konservasi dan identifikasi, pihaknya selaku yang mewarisi lontar-lontar tersebut dapat mengetahui apa saja isi dan jenis lontar-lontar dimaksud.

Sulendra mengatakan, selama ini lontar hanya dibersihkan dan diupacarai setiap Hari Raya Saraswati. “Biasanya diupacarai saja, tapi dengan adanya kegiatan ini mendorong semangat kami untuk bisa menjaga milik kami berupa lontar,” ujar pria yang juga Kelian Banjar Taman Sari, Desa Adat Intaran, ini. *cr78

Komentar