nusabali

BBVet Denpasar Siapkan Metode PCR Deteksi Virus PMK di Bali

  • www.nusabali.com-bbvet-denpasar-siapkan-metode-pcr-deteksi-virus-pmk-di-bali

DENPASAR, NusaBali
Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar menyiapkan metode uji sampel berbasis PCR untuk mendeteksi keberadaan virus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Bali.

Hal itu disampaikan Kepala BBVet Denpasar drh I Ketut Wirata MSi, Selasa (17/5). Dikatakannya, pihak BBVet Denpasar sejak 2021 telah mengembangkan metode uji tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan mewabahnya PMK di wilayah kerjanya, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

“Sebelum muncul PMK kami sudah kembangkan, karena kami berpikir suatu saat terjadi, kita harus mampu mengelola,” ujar drh Wirata.

Dia mengungkapkan metode uji berbasis PCR saat ini merupakan standar internasional dalam mendeteksi virus penyebab PMK. Karena PCR mampu mendeteksi jenis virus secara lebih sensitif dan spesifik.

Ditambahkannya, metode PCR yang dikembangkan BBVet Denpasar telah berhasil mengidentifikasi adanya virus penyebab PMK di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Pengambilan sampel swab ternak dilakukan pada bagian mulut ternak dan darah. Apabila ternak sudah dalam keadaan mati, pengambilan sampel juga masih bisa dilakukan pada bagian-bagian organ dalam tertentu seperti sumsum tulang belakang.

Dijelaskan, hanya dalam waktu sekitar 4 jam, uji laboratorium sudah bisa dikonfirmasi hasilnya. Namun, drh Wirata menambahkan, metode PCR yang dikembangkan belum sampai pada tahap sekuensing untuk mengetahui dari mana datangnya virus di Pulau Lombok.

Menurut drh Wirata, wewenang BBVet pada saat merebaknya PMK hanya pada melakukan pengujian laboratorium. Untuk di Bali, belum ada ternak yang tampak memiliki gejala terkena PMK. Karena itu pengujian sejauh ini belum dilakukan oleh BBVet yang memang berwenang melakukan itu.

Dia menjelaskan, 9 orang petugas BBVet Denpasar tidak pernah berhenti melakukan monitoring di 9 kabupaten/kota tempat wilayah kerja masing-masing. Mereka harus menguasai wilayah kerja masing-masing dan wajib mengetahui dengan persis jumlah ternak di wilayah kerja masing-masing tersebut.

“Sampai saat ini belum ada dilaporkan kejadian penyakit yang mengarah ke PMK. Mereka (para petugas BBVet) wajib melakukan pelaporan setiap hari,” ucap drh Wirata.

Dikatakannya, ada beberapa kemungkinan yang harus diantisipasi agar virus penyebab PMK tidak masuk ke Pulau Dewata. Pertama, adalah adanya ternak yang terjangkit virus PMK jangan sampai masuk wilayah Bali.

Kedua, selain ternak yakni produk turunan dari ternak yang terjangkit virus PMK tidak masuk ke Bali, misalnya susu dan daging beku.

Ketiga, adalah alat transportasi yang sempat membawa ternak pembawa virus PMK. Jika kendaraan tersebut sampai melewati Bali tanpa pengawasan ketat, virus kemungkinan dapat tersebar. Keempat, walaupun kecil kemungkinannya, virus PMK terbang bersama udara dari wilayah terjangkit virus PMK ke Bali.  

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan Pangan) Provinsi Bali bergerak cepat mengantisipasi penyebaran PMK dengan menutup sementara lalu lintas ternak sapi, babi, kambing, dan kerbau masuk dan keluar Bali.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada, mengungkapkan sehari setelah menerima berita resmi dari Kementan, atau pada 7 Mei 2022, bertempat di Kabupaten Jembrana, Distan Pangan Bali langsung melaksanakan rapat dengan melibatkan KP3 (Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan) Gilimanuk, Balai Karantina Kelas I Denpasar, Komisi II DPRD Bali, beserta stakeholder peternakan untuk duduk bersama menyikapi kemungkinan mewabahnya PMK di Bali.

Sunada menyebut, Bali sejauh ini masih aman dari virus PMK. “Kita sudah membuat biosecurity di Terminal II Pelabuhan Gilimanuk. Setiap truk yang masuk disemprot dengan disinfektan untuk mengantisipasi truk-truk yang tertempeli virus PMK,” ujar Sunada.

Sebagaimana dilansir website Kementerian Pertanian RI, PMK disebabkan virus RNA yang masuk dalam genus Apthovirus keluarga Picornaviridae. Hewan yang tertular mengeluarkan virus pada cairan vesikel, air liur, susu, air seni, dan kotoran. Virus dapat dikeluarkan 1-2 hari sebelum hewan menunjukkan tanda klinis. *cr78

Komentar