nusabali

Jago Buat Rebab, Sering Jadi Narasumber Pelatihan Buat Anyaman

I Gusti Nyoman Eka Saputra, Pembuat Rebab dari Desa Bona, Blahbatuh, Gianyar

  • www.nusabali.com-jago-buat-rebab-sering-jadi-narasumber-pelatihan-buat-anyaman

GIANYAR, NusaBali - I Gusti Nyoman Eka Saputra, 47, dikenal sebagai seniman serba bisa. Dia adalah salah seorang pembuat rebab asal Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. 

Uniknya, dia sering keliling Bali jadi narasumber pelatihan membuat berbagai macam anyaman. Ketrampilannya membuat alat musib rebab dan menganyam tak terlepas dari permintaan orangtua dan faktor keturunan. 

Seniman yang akrab disapa Ajik Bona ini bisa membuat alat musik gesek rebab secara otodidak. Berawal dari nasehat ayahnya, I Gusti Putu Griya (alm) yang memintanya mempelajari bekal di hari tua. “Bekel guna tuane palajahin,” kenang Ajik Bona, Sabtu (14/5). Suami Jero Ketut Mertasari ini pun tak mampu mengupas makna dari pesan ayahnya itu. Dia pun menanyakan makna bekal guna tua itu. Sang ayah menjawab membuat rebab. Mulailah Ajik Bona berburu rebab dan mencari guru, namun mentok. 

Sampai akhirnya, ayah tiga orang putri dan seorang putra ini berjumpa dengan buruh sablon di Desa Bona. Buruh sablon itu menghadiahkan Ajik Bona sebuah rebab. “Mas Totok nama buruh sablon itu. Balik dari kampung halaman pasca Lebaran, Mas Totok membawakan saya rebab dari Solo,” tutur Ajik Bona. Selain belajar menggesek, Ajik Bona juga mempelajari anatomi rebab sampai bisa membuat rebab Bali. Karya perdananya tuntas pada tahun 2019. Rebab itu adalah pesanan dari salah satu sanggar seni di Ubud, Gianyar.  
    
Ajik Bona tidak ingat persis berapa banyak rebab yang sudah dikerjakan. Perkiraannya sudah seratusan buah. Alat musik gesek buatannya tak hanya dikoleksi pemain musik, juga dibeli kolektor seni, mahasiswa, sulinggih, dan masyarakat umum. “Ada untuk pajangan sebagai karya seni, ada juga juga untuk disakralkan,” jelasnya. Ajik Bona teguh berpegang pada pakem. Pakem tersebut adalah rebab sebagai predana, tidak boleh atau pantang mendahului suling sebagai purusa dalam pentas karawitan. “Rebab hanya mengiringi, kecuali jeda bisa memainkan cecantungan. Itulah pakemnya,” tuturnya. Ajik Bona juga dikenal sebagai peniup suling andal. Pernah sebagai pemain suling Wayang Arja di Desa Bona binaan seniman serba bisa Made Sidja.

Putra ketiga I Gusti Puti Griya (alm) dengan I Gusti Made Candri ini tidak pelit berbagi ilmu. Dia terbuka kepada siapa saja yang datang belajar memainkan rebab. Ajik Bona punya media sosial untuk panduan memainkan rebab. “Banyak yang datang belajar,” tuturnya. Dia ingin menghapus anggapan rebab sebagai instrumen pelengkap. Ajik Bona punya pengalaman dicemooh orang yang meragukan kemampuannya memainkan rebab. “Nyak kal pesu baan munyi rebab to (apa bisa memainkan rebab),” ucapnya mengingat tokoh seni yang meragukan kemampuannya. Walau terasa pedas, Ajik Bona tidak menganggap itu sebagai hinaan, melainkan penyemangat.  Baginya, seseorang yang memahami tatwa Siwa Nata Raja tidak akan sampai mencemooh orang. “Saya fokus saja ngayah,” ujarnya.

Selain membuat rebab, Ajik Bona juga terampil menganyam. Ketrampilan itu membuatnya sering didaulat jadi narasumber oleh Dinas Perindustrian. Dia diajak keliling kabupaten/kota di Bali untuk mengenalkan anyaman bambu. Dia juga sering diminta membuat keranjang untuk rangka barong. Ketrampilan menganyam didapat dari ayahnya. “Selain seniman karawitan dan tari, ajik juga ahli anyaman,” ungkap ayah I Gusti Diah Adnyaswari ini. Sedangkan ibunya, I Gusti Made Candri, dikenal sebagai pragina tari, sering menjadi Laksamana pada Tari Cak Bona. Sehari-hari, selain membuat rebab, Ajik Bona juga menggeluti berbagai anyaman. 7 k17

Komentar