nusabali

Gubernur Ajak Resapi Makna Rahina Tumpek

Perayaan Tumpek Wariga di Pura Kahyangan Ulun Danu Pagubugan

  • www.nusabali.com-gubernur-ajak-resapi-makna-rahina-tumpek

Gubernur Koster berharap perayaan Tumpek Wariga dan tumpek-tumpek lainnya, dijadikan sebagai laku hidup oleh seluruh masyarakat Bali.

NEGARA, NusaBali - Pemerintah Provinsi Bali bersama Pemerintah Kabupaten Jembrana menggelar perayaan Tumpek Wariga dengan upacara Wana Kerthi di Pura Kahyangan Ulun Danu Pagubugan, kawasan Hutan Benel di wilayah Desa Berangbang, Kecamatan Negara, Jembrana pada Saniscara Kliwon Wariga, Sabtu (14/5). Pada kesempatan tersebut, Gubernur Bali Wayan Koster berharap rahina tumpek yang hanya ada di Bali ini, bisa tetap lestari dan dijadikan laku hidup masyarakat demi kesejahteraan masyarakat yang juga tergantung kepada alam ataupun sumber-sumber kehidupan lainnya. 

Rangkaian perayaan Tumpek Wariga di Jembrana kemarin, diawali penyampaian sambutan dari Gubenur Koster dan Bupati Jembrana I Nengah Tamba di base camp Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Manistutu Camping Ground (Mantu Cager), Desa Manistutu, Kecamatan Melaya. Hadir di acara tersebut, Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama, Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra, Sekda Bali Dewa Made Indra, Ketua DPRD Jembrana Ni Made Sri Sutharmi, Kapolres Jembrana AKBP I Dewa Gde Juliana, sejumlah Kepala OPD di lingkungan Pemprov Bali dan Pemkab Jembrana.

Setelah acara sambutan tersebut, Gubernur Koster bersama Bupati Tamba dan jajaran Forkopimda Bali maupun Jembrana, melaksanakan penebaran benih ikan nila di Sungai Benel di wilayah hulu Bendungan Benel. Selepas penebaran ikan, Gubernur Koster bersama rombongan menuju Pura Kahyangan Ulun Danu Pagubugan. Di mana untuk menuju pura yang berada di tengah hutan dengan medan ekstrem itu, Gubernur Koster menaiki mobil offroad yang dikemudikan langsung oleh Bupati Tamba. Begitu juga rombongan lainnya menumpang mobil offroad yang disiapkan masyarakat sekitar ataupun menumpang motor trail yang disiapkan Satpol Jembrana.

Untuk perayaan secara skala, selain penebaran ikan, juga dilakukan penanaman 2.000 bibit pohon di sepanjang jalur menuju Pura Kahyangan Ulun Danu Pagubugan. Ribuan pohon yang ditanam bersama masyarakat sekitar dari Desa Manistutu, Desa Berangbang, dan Desa Kaliakah, itu di antaranya ada berupa pohon manggis, durian, kelapa, kruing, cempaka, dan berbagai pohon yang bisa menghasilkan buah ataupun untuk kebutuhan upakara. Khusus Gubenur Koster bersama rombongan, melakukan pengamanan bibit pohon di kawasan pura.

Sebagai perayaan secara niskala, bibit pohon yang ditanam Gubernur Koster itu juga diupacarai. Setelah penanaman pohon itu, dilanjutkan perayaan secara niskala dengan persembahyangan bersama di Pura Kahyangan Ulun Danu Pagubugan yang dipimpin oleh sulinggih, Ratu Sri Bhagawan Putra Nata Nawa Wangsa Pemayun dari Griya Kedatuan Kawista Pura, Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan. 

Gubernur Koster mengatakan, Tumpek Wariga ini merupakan salah satu hari suci yang dirayakan umat Hindu di Bali setiap 210 hari sekali (atau enam bulan sekali sesuai kalender Bali, Red). Rahina Tumpek Wariga ini merupakan salah satu bentuk penghormatan dan pemuliaan terhadap tumbuh-tumbuhan, karena telah memberikan penghidupan kepada manusia. “Tumpek Wariga ini warisan dari leluhur kita yang luar biasa untuk memuliakan tumbuh-tumbuhan. Ini juga dilaksanakan di seluruh Bali,” ujar Gubernur Koster. 

Gubernur Koster mengatakan, dalam kepercayaan di Bali, tumbuh-tumbuhan dianggap sebagai saudara tertua. Karena mereka lebih dulu menghuni bumi ini dibandingkan binatang dan manusia. “Jadi betapa luar biasanya Sang Pencipta. Apa yang menjadi kebutuhan kehidupan disediakan lebih dulu. Kalau manusia diciptakan lebih dulu dan tidak ada tumbuh-tumbuhan, kita tidak bisa hidup. Untuk itu diciptakan lebih dulu tumbuh-tumbuhan,” tutur Gubernur Koster. 

Dalam kehidupan ini, sambung Gubernur Koster, tumbuh-tumbuhan sebenarnya tidak perlu manusia. Tetapi manusia pasti perlu tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, para leluhur di Bali memuliakan tumbuh-tumbuhan dengan merayakan Tumpek Wariga secara skala dan niskala. Apa yang dicetuskan leluhur di Bali untuk merayakan Tumpek Wariga, termasuk adanya tumpek-tempek lainnya mengandung makna yang luar biasa dan tidak ada di daerah lain. 

Namun belakangan ini, tumpek hanya dilaksanakan secara perorangan atau individu. Tidak pernah dilaksanakan secara kolektif bersama masyarakat. Selama ini, pemerintah daerah pun tidak pernah ikut merayakan ataupun mengarahkan. Sehingga melihat semakin berkurang masyarakat yang ingat dengan perayaan tumpek ini, dirinya mengeluarkan instruksi kepada seluruh jajaran pemerintah, instansi vertikal, desa adat, swasta, termasuk kepada seluruh masyarakat Bali agar melaksanakan perayaan tumpek.

Foto: Gubernur Bali Wayan Koster bersama Bupati Jembrana I Nengah Tamba dan jajaran Forkopimda Bali dan Jembrana, foto bersama masyarakat peserta kegiatan penanaman pohon, di base camp Kelompok Sadar Wisata Manistutu Camping Ground (Mantu Cager), di kawasan Hutan Benel, Desa Kaliakah, Kecamatan Melaya, Sabtu (14/5). -IDA BAGUS DIWANGKARA

“Saya lihat generasi ini terus berubah. Apalagi generasi yang lahir di zaman perkembangan ilmu teknologi yang semakin dahsyat. Era yang modern. Maka unsur kehidupan yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal itu semua berpindah. Bukan berpindah karena orang sengaja melupakannya. Tetapi karena memang sumber pengetahuannya tidak tahu apa yang menjadi sumber pengetahuan yang menjadi warisan yang adiluhung dari leluhur kita ini,” ucap Gubenur Koster yang juga Ketua DPD PDIP Bali.

Esensi dari peringatan tumpek itu, kata Gubenur Koster, juga sangat diperlukan generasi ke generasi. Untuk itu, penting adanya penekanan agar generasi penerus juga memahami makna ataupun ilmu pengetahuan luar biasa yang diwariskan leluhur di Bali ini. “Kita diajarkan untuk dapat menyatu dengan alam beserta isinya yang sudah memberikan sumber penghidupan. Saya kira leluhur kita sebelumnya telah memberikan nilai-nilai hidup yang universal dan dibutuhkan sepanjang zaman. Sehingga penting bagi kita untuk mewarisi secara konsisten dengan cara merawat alam dengan isinya,” ujar Gubernur bergelar Ilmu Doktor Matematika lulusan ITB Bandung, ini.

Melalui instruksi peringatan tumpek itu, diharapkan bisa menjadi laku hidup menuju keharmonisan alam Bali. Bagaimana menjaga nilai-nilai kearifan lokal dipadukan dengan harmonisasi antara pengetahuan tradisi dan modern. “Saya berharap perayaan Tumpek Wariga dan tumpek-tumpek berikut, agar dijadikan sebagai laku hidup oleh seluruh masyarakat Bali. Untuk menjaga keharmonisan antara manusia dengan alam beserta isinya. Kalau ini dijalankan secara konsisten, saya kira alam Bali beserta isinya akan selamanya lestari. Dan dapat dijadikan sebagai sumber kehidupan yang lebih membanggakan dan membahagiakan untuk kita semua di Bali. Ini yang betul-betul harus kita jadikan pemahaman kita semua,” ucap Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, ini.

Secara khusus, Gubernur Koster juga memuji Bupati Tamba terkait pemilihan lokasi perayaan Tumpek Wariga di Jembrana yang dilaksanakan di tengah kawasan Hutan Benel. Hal ini sesuai dengan spirit upacara Wana Kerthi. “Tempat ini sangat bagus karena berada di kawasan hutan dengan pohon-pohon besar dan berhawa sejuk. Ditambah pula berada di dekat sumber mata air. Memang harusnya seperti ini. Pak Bupati Jembrana pintar memilih tempat ini,” tandas Gubernur Koster. 

Bupati Tamba juga memberikan apresiasi atas dipilihnya kawasan di Hutan Benel ini dalam perayaan Tumpek Wariga oleh Pemprov Bali.

Pelaksanaan Tumpek Wariga ini digelar sesuai instruksi Gubernur Bali yang sangat memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal dengan visi Sad Kerthi Loka Bali. Sama dengan dirinya yang juga mempunyai visi Sad Kerthi Loka Jembrana.

“Peringatan ini mengajak kita untuk lebih memuliakan tanaman beserta lingkungan hidupnya. Menjaga dengan baik apa yang sudah diberikan oleh alam. Kami mewakili Pemerintah Kabupaten Jembrana mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, dan tentunya kami sangat mengapresiasi program Bapak Gubernur Bali,” ujar Bupati Tamba.

Kepada masyarakat, Bupati Tamba mengajak untuk bersama-sama merawat hutan Jembrana. Perayaan Tumpek Wariga ini diharapkan sebagai momentum untuk mencintai lingkungan. “Di hari yang suci ini, kita mengucapkan syukur dan penghormatan pada Sang Hyang Sangkara manifestasi Tuhan sebagai dewa tumbuh-tumbuhan. Sehingga melalui perayaan Tumpek Wariga ini, memberi isyarat dan makna kepada kita semua untuk selalu mengasihi dan menyayangi alam serta lingkungan yang telah menopang hidup manusia,” kata Bupati asal Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini. 7 ode

Komentar