nusabali

Piawai Ngarindik, Ingin Kuasai Ilmu Komputer

Semangat Hidup Anak Disabilitas Agus 'Jack' Dharmayoga

  • www.nusabali.com-piawai-ngarindik-ingin-kuasai-ilmu-komputer

GIANYAR, NusaBali
Komisioner Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Bali Made Ariasa mengadvokasi pendidikan inklusi berkelanjutan kepada penyandang disabilitas.

Dia mendampingi I Kadek Agus Dharmayoga,16, alias Jack, salah seorang anak penyandang disabilitas lemah kaki yang punya cita-cita mulia menguasai ilmu komputer.  Remaja asal Banjar Bedil, Desa/Kecamatan Sukawati yang piawai ngarindik (menabuh dari gambelan bambu) ini melirik SMKN 1 Sukawati. Jack saat ini masih berstatus siswa SMPN 1 Sukawati dan sebentar lagi akan tamat SMP. "Anak ini yang dalam keterbatasan fisik kaki lemah akan menyelesaikan pendidikannya di SMPN 1 Sukawati. Wajib ada dukungan semua pihak agar Jack bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya," jelas Ariasa, Kamis (12/5).

Seperti keinginan Jack, KPPAD yang sudah memperjuangkan Jack bisa diterima di SMPN 1 Sukawati, kembali berjuang untuk pemenuhan hak anak bidang pendidikan bisa terpenuhi secara optimal. KPPAD menemaninya menghadap Kepala SMKN 1 Sukawati. "Atas dukungan ayahnya, Jack ada keinginan melanjutkan sekolah ke SMKN 1 Sukawati untuk belajar tentang komputer yang masih memungkinkan dengan kondisi keterbatasan fisik," jelas pejabat asal Desa Mas, Ubud ini.

Dijelaskan Ariasa, pendidikan inklusi berkelanjutan adalah advokasi bagi anak dalam keterbatasan atau anak berkebutuhan khusus. Mereka agar bisa mendapatkan pendidikan lanjutan di sekolah inklusi yang bisa menerima keterbatasan tersebut. Anak ini juga agar tetap mendapatkan pelayanan dan hak pendidikan yang sama dengan anak-anak lain umumnya.

"Dari hasil pertemuan dengan kepala sekolah dan pimpinan SMKN 1 Sukawati, mereka sangat mendukung dan siap melayani serta memenuhi hak pendidikan anak dalam keterbatasan tersebut. Terlebih selama ini, sekolah juga sudah banyak menerima anak-anak yang dalam keterbatasan atau disabilitas di jurusan Komputer maupun Seni Lukis," jelas Ariasa.

Bahkan, ada cukup banyak anak-anak inklusi tamatan SMKN 1 Sukawati yang percaya diri dan berhasil meraih cita-cita. "Cukup banyak anak-anak inklusi tamatan tersebut yang berkarya seperti pelukis dari Ubud dengan keterbatasan fisik bergiat di yayasan disabilitas di Gianyar. Ada juga anak dari Sukawati yang baru tamat tahun ini pinter dalam bidang komputer serta ada anak-anak lainnya," ujarnya.

Arangtua Jack, I Made Warja mengaku bersyukur anaknya punya semangat belajar. "Sebagai orangtua, kami akan upayakan agar dia bisa meraih cita-cita. Apalagi anaknya sangat semangat," ujarnya. Warja berharap di kemudian hari, anaknya yang lumpuh sejak lahir ini bisa menjadi orang sukses.

Untuk diketahui, perjuangan Jack bisa mengenyam pendidikan tidak mudah. Lulus SDN 4 Sukawati, Jack nyaris tidak diterima di SMPN 1 Sukawati. Sistem PPDB saat itu dirasa kurang mengakomodir kondisi siswa berkebutuhan khusus. Kondisi inipun diketahui oleh KPPAD Bali yang akhirnya bersama-sama memperjuangkan Jack bisa melanjutkan di SMPN 1 Sukawati.

Jack mengalami kelumpuhan sejak lahir. Namun baru diketahui ketika usia enam bulan. Ketika seharusnya bayi umur 6 bulan sudah bisa merangkak, dia justru lemet. Dari sana orangtuanya mulai curiga. Berbagai upaya pengobatan dilakukan, bahkan dalam setahun Jack sebanyak 3 kali bolak balik rumah sakit karena mengalami kejang. Seiring beranjak remaja, kejangnya mulai mereda. Namun kakinya yang lumpuh tidak bisa diobati. Untuk beraktifitas, Jack harus dipapah atau menggunakan alat bantu.

Oleh karena tidak bisa lari seperti anak normal lainnya, Jack habiskan waktu belajar main rindik. Lebih dari enam gending dikuasai. Selain pintar merindik, Jack juga semangat belajar mengayuh sepeda. Meskipun yang dipakai adalah sepeda roda tiga yang dimodifikasi. Namun ketika turun dari sepedanya, dia harus dipapah. Kakinya tak kuat menopang tubuh.*nvi

Komentar