Desa Wisata Idealnya Punya Keunikan
Tak Semua Bisa Jadi Dewi
DENPASAR,NusaBali
Dinas Pariwisata Provinsi Bali mengapresiasi kemunculan desa wisata- desa wisata yang semakin banyak.
Namun demikian, diingatkan tidak semua desa mesti menjadi desa wisata (dewi). Untuk menjadi desa wisata, idealnya punya potensi yang khas yang spesifik. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjokorda Bagus Pemayun, mengatakan Rabu (11/5).
Hal itu tersebut disampaikan Tjok Bagus Pemayun ketika dikonfirmasi terkait bermunculan desa wisata – desa wisata belakangan ini. Dia meminta dilakukan kajian, baik akademis maupun kajian oleh pihak desa sendiri, apakah sebuah desa layak menjadi desa wisata atau tidak.
Dijelaskan penetapan Desa Wisata berdasarkan Keputusan Bupati/Walikota. “Bukan oleh Provinsi, namun oleh kabupaten atau kota,” ujarnya.
Namun demikian, Dinas Pariwisata Bali tetap melakukan pembinaan terhadap desa wisata- desa wisata yang ada. “Kita terus melakukan melakukan pembinaan,” kata Tjok Bagus Pemayun.
Dikatakan Tjok Bagus Pemayun, sebaiknya desa wisata punya keunikan atau kekhasan sendiri. Contohnya Desa Dukuh Penaban, di Karangasem yang terkenal dengan kegiatan penulisan lontar. Kemudian Desa Pengelipuran, Bangli yang sudah kondang dengan tata letak pemukiman yang khas. “Artinya masing – masing punya kekhasan sehingga bisa saling melengkapi,” ujarnya.
Sebelumya Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Bali I Made Mendra Astawa juga mengangpresiasi kemunculan -kemunculan desa wisata baru. Namun demikian, pihaknya mengharapkan desa wisata baru tak sekadar copy paste atau menjiplak, melainkan menampilkan sesuatu yang baru, memperkaya khazanah produk pariwisata Bali.
"Sehingga tidak menoton atau sekadar latah," kata Mendra Astawa. Kata dia, pemunculan desa wisata mesti didasarkan atas potensi kearifan lokal dan kreasi dan inovasi. "Sehingga menambah kekayaan potensi desa wisata,” ujarnya. Menurutnya kalau desa wisata sekadar ikut-ikutan, karena produknya sama, dikhawatirkan bisa membuat jenuh.
Karena itu selain potensi awal seperti pemadangan alam, kearifan lokal seperti tradisi dan lainnya, kompetensi SDM pengelola desa wisata akan sangat memberi pengaruh.
"Apakah itu model pengelolaan dan ide-ide kreatif lainnya," kata Mendra Astawa. Untuk itu peningkatan kapasitas SDM desa wisata, penting untuk pengembangan desa wisata ke depan.
Data dari Forkom Dewi Bali, jumlah desa wisata sebanyak 179 desa wisata yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali. Jumlah tersebut bertambah, karena belakangan desa wisata Bali bertambah lagi 60 desa wisata yang baru.
Uniknya penambahan itu terjadi pada masa pandemi Covid-19. "Itu artinya potensi desa wisata di Bali memang tinggi, kata Mendra Astawa. *k17
Komentar