nusabali

Konservasi Penyu Dengan Sarana Terbatas

Pecalang Segara Desa Bondalem, Buleleng

  • www.nusabali.com-konservasi-penyu-dengan-sarana-terbatas

SINGARAJA, NusaBali
Pecalang Segara Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng, bersemangat mengkonservasi terumbu karang biota laut, termasuk penetasan telur penyu.

Perlindungan hewan langka ini dilakukan sejak tiga tahun terakhir dengan sarana terbatas. Namun mereka tetap semangat untuk berupaya menetaskan telur-telur penyu dan dilepas kembali setelah menjadi tukik.

Seperti tampak pada Rabu (4/5), satu per satu tukik dipindahkan ke tumpukan pasir dalam ember hitam dari kotak biru, di Pantai Bingin, Desa Bondalem. Anak penyu lekang itu baru saja menetas dan dipindahkan ke ember yang sudah diisi dengan air laut. Ketua Pecalang Segara Desa Bondalem Gede Parwisna menjelaskan, upaya penetasan telur penyu ini termotivasi dari gerakan peduli kelompok nelayan Pantai Penimbangan, Desa Baktiseraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Mereka berhasil menetaskan dan penangkaran penyu yang banyak bertelur di kawasan Pantai Penimbangan.

“Karena sering melihat teman di Pantai Penimbangan upload penyelamatan dan penetasan telur penyu, maka kami juga tertarik. Karena di Pantai Bondalem ini juga habitat penyu bertelur. Hanya saja sebelumnya telur-telur itu ada yang diambil dan direbus masyarakat,” ungkap Parwisna.

Jelas dia, sarang telur penyu pertama yang ditemukannya pada April 2020. Saat itu dia baru saya usai berkoordinasi dengan pengelola penetasan telur di Pantai Penimbangan dan penyuluh perikanan. Tidak berselang lama setelah upaya penetasan diniatkan, Parwisna dan pecalang lainnya menemukan sarang pertama dengan jumlah telur 173 butir.

Parwisana mengaku sempat bingung, karena penyuluh perikanan dan teman yang sudah pengalaman tak bisa datang membantu pemindahan telur. Namun setelah dituntun melalui video call, dia dan pecalang lainnya mampu melakukan secara mandiri. Tantangan tak berhenti sampai disana. Setelah dipindahkan dan diamankan, Pecalang Segara Desa Bondalem belum memiliki tempat yang representatif untuk penetasan.

Mereka pun hanya menggunakan ember yang diisi pasir dan kemudian dimasukkan ke dalam box berukuran tak lebih dari panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi 1,5 meter. Kondisi box pun sudah rusak dan beberapa sudut pecah. Lalu tempat yang dipakai penetapan itu ditutup seng pada bagian atasnya.

“Pertama kali penetasan saya sempat stress karena telur baru menetas 73 hari setelah ditemukan. Padahal normalnya seperti kata dosen Undiksha dan teman di Penimbangan 66 - 70 hari. Masyarakat disini bahkan sudah menggoda saya nyuruh direbus saja karena tidak akan berhasil. Setelah 73 hari akhirnya menetas 166 ekor saya sangat senang,” tutur dia.

Sejak 2020 hingga 2022, Pecalang Segara Desa Bondalem berhasil menetaskan telur penyu jenis penyu lekang dan penyu hijau dari enam sarang. Parwisna dan kawan-kawannya pun berharap kedepan bisa memiliki tempat penetasan penyu yang lebih representatif dan layak. Sebab tempat penetasan yang ala kadarnya disebutnya mempengaruhi fisik tukik yang terlihat lemah karena kekurangan oksigen di dalam box.

Anggota Komisi III DPRD Provinsi Bali Jro Nyoman Ray Yusha hadir pada pelepasan tukik di Pantai Bondalem. Dia mengaku prihatin melihat perjuangan Pecalang Segara. Kader Partai Gerindra ini pun berjanji akan memfasilitasi Pecalang Segara untuk mewujudkan tempat penetasan telur penyu yang lebih layak.

“Saya sudah dengar lama mereka ini menyelamatkan satwa yang dilindungi. Tetapi selama ini pemerintah masih kurang perhatian dengan semangat mereka seperti ini harusnya difasilitasi. Saya datang untuk memberi semangat dan pasti akan fasilitasi tergantung permintaannya apa, asal mereka sungguh-sungguh,” ucap politisi asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini. *k23

Komentar