nusabali

BPOM Uji 22 Sampel Takjil di Pasar Senggol Kesatrian

  • www.nusabali.com-bpom-uji-22-sampel-takjil-di-pasar-senggol-kesatrian

AMLAPURA, NusaBali
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Bali menguji 22 sampel takjil di Pasar Senggol Jalan Kesatrian Amlapura, Rabu (27/4) sekitar pukul 16.30 Wita. Sampel makanan yang diambil yakni cendol, puding, dan makanan ringan lainnya.

Petugas BPOM mencurigai makanan berbuka puasa itu menggunakan rodhamin B (pewarna), boraks, dan formalin. Hasil uji laboratorium, seluruh 22 takjil negatif rodhamin B, boraks, dan formalin.  Kepala BPOM Provinsi Bali, I Made Bagus Gerametta, mengungkapkan tim juga menguji sample kerupuk, tahu, dan gerang yang dicurigai menggunakan formalin sebagai bahan pengawet. Semuanya juga negatif mengandung formalin. Dalam sidak kemarin, rombongan BPOM Bali didampingi Kadis Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Karangasem I Gede Loka Santika bersama Kabid Perdagangan I Nyoman Mangku. Bagus Gerametta mengatakan, BPOM Bali rutin melakukan pembinaan, pengawasan, dan setiap bulan puasa mengecek takjil. Masyarakat sudah paham tidak menggunakan bahan pengawet pada makanan karena membahayakan kesehatan.

Bagus Gerametta juga mengapresiasi para pedagang yang telah memahami cara mengolah makanan tanpa pengawet. Pedagang tetap diingatkan agar tidak memakai bahan pengawet. Disinggung pedagang gorengan yang menggunakan minyak berulang kali sehingga menyebabkan makanan kurang sehat. “Kami masih berikan pembinaan dan pengertian agar minyak digunakan maksimal dua hingga tiga kali. Dilema, sekarang minyak lagi mahal,” ungkap Bagus Gerametta. Petugas BPOM Bali juga keliling Amlapura mengambil sampel makanan di tempat-tempat pedagang yang menjual takjil.

Pedagang makanan, Irhamroni dari Lingkungan Dangin Sema, Kelurahan/Kecamatan Karangasem mengaku tidak pernah menggunakan bahan pengawet pada makanan. “Semuanya alami, walau sebagian barang dagangan ini titipan, tetapi saya ingatkan yang mengolah makanan tidak menggunakan bahan pengawet,” ungkap Irhamroni. Pedagang lainnya, Suriati, dari Lingkungan Dangin Sema, mengatakan telah dapat edukasi mengolah makanan tidak menggunakan bahan pengawet. “Jika dipaksakan pakai bahan pengawet yang berbahaya, nanti ketahuan saat diperiksa di Lab BPOM, jadi barang dagangan tidak laku, yang rugi saya sendiri,” katanya. *k16

Komentar