nusabali

Pura Musen Diyakini Dapat Hilangkan Mala Balita dan Memperbaiki Rambut Gimbal

Pelawatan Pura Dang Kahyangan Musen, Desa Adat Blangsinga, Blahbatuh Dipasupati

  • www.nusabali.com-pura-musen-diyakini-dapat-hilangkan-mala-balita-dan-memperbaiki-rambut-gimbal

Pura Musen erat kaitannya dengan sejarah kedatangan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh atau Danghyang Nirartha ke Gianyar pada Abad XVI atau sekitar tahun 1537 Masehi.

GIANYAR, NusaBali

Pelawatan Ratu Gede lan Ratu Ayu Pura Dang Kahyangan Musen di Desa Adat Blangsinga, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar akan dipasupati pada rahina Wrhaspati Wage Tolu, Kamis (28/4) malam. Sehari sebelumnya pada Budha Pon Tolu, Rabu (27/4) digelar upacara pecaruan, Ngeratep dan Melaspas yang dipuput Ida Pedanda Manuaba Griya Ageng Blangsinga. Prosesi ini dihadiri Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra beserta jajaran.

Manggala Prawartaka Karya, Drs I Made Dhawan menjelaskan pelawatan Ratu Gede lan Ratu Ayu diperbaiki karena secara sekala ada penurunan kualitas pada rambut dan warna. Berdasarkan Paruman Desa Adat Blangsinga, ngodakin atau perbaikan dilakukan mulai 22 Maret 2022. Diawali dengan prosesi nebes.

"Selama sebulan lamanya, selaku sangging adalah Ida Anak Agung Aji Wija atau Agung Aji Benawah di Desa Petak, Gianyar," jelas pensiunan guru Agama Hindu SMPN 1 Blahbatuh ini. Sepengetahuannya, terakhir kali proses ngodakin pelawatan sesuhunan ini dilakukan 18 tahun lalu sekitar tahun 2004. "Rambut Ida sudah tatas (jatuh), warni sami kocem. Sehingga berdasarkan pararem dan paruman, disepakati untuk mecikang Linggih Ida. Astungkara sida memargi antar," jelas Made Dhawan.

Usai pemlaspasan, pada Wrhaspati Wage Tolu, Kamis hari ini pelawatan Ida mesucian ke Pura Beji Musen dan Segara (Pantai) Saba. "Kairing Krama Desa Adat Blangsinga sami. Lanjut siang harinya mendak Ida Bhatara Ratu Gede Ratu Ayu di Pura Puncak Bukit Dharma Kutri Buruan dan mendak Ida Bhatara di Desa Adat Perangsada. Bersamaan bertemu di Bancingah Agung Puri Blahbatuh. Kapendak olih Krama Blangsinga Lunga ka Linggih Ida Ratu Bhatara ring Pura Musen," jelas Made Dhawan.

Barulah malam harinya dilakukan prosesi Pasupati dan Ngerehan di Setra Adat Blangsinga hingga perkiraan sampai Jumat (29/4) dini hari Pukul 02.00 Wita. "Selanjutnya digelar upacara mepinton. Sebelum Ida masineb, Ida Sesuhunan akan Napak Pertiwi," jelasnya.

Bendesa Adat Blangsinga I Wayan Murtika berharap niat baik krama ini direstui oleh Ida Sanghyang Widhi Wasa, sehingga jagat Blangsinga mendapatkan anugerah dan kerahayuan. Dana yang dipergunakan untuk ngodakin dan upacara ini sekitar Rp 400 juta. Bersumber dari Bansos Pemkab Gianyar dan Punia dari 557 krama pengarep. "Rasa angayubagia, kami bisa menyelesaikan upacara ini. Pasupati hingga Napak Pertiwi. Semoga sueca sesuhunan supaya jagat Blangsinga sami polih kerahyuan, Covid ical 100 persen," harapnya.

Sementara itu, Pura Musen erat kaitannya dengan sejarah kedatangan Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh atau Danghyang Nirartha ke Gianyar, Bali pada Abad XVI atau sekitar Tahun 1537 Masehi. Salah satu dari banyak tempat suci yang didirikan selama perjalanan adalah Pura Musen yang terletak di perbatasan barat Banjar Blangsinga, Desa Saba, Blahbatuh, Gianyar. Konon ceritanya di tempat ini, Danghyang Nirartha menyempatkan diri untuk masiram (mandi) di sebuah goa yang di dalamnya terdapat air. Ketika Danghyang Nirartha masiram di atas batu besar, akhirnya muncul suatu kejadian.

"Saat Ida ngelukar (menggerai) pusung rambut di batu lempeh, ada rambut Ida yang camus atau jatuh. Kairing Ki Pasek Bendesa Saha Ki Arya Brangsinga kaicen camusan rambut Ida. Semenjak saat itu tempat suci tersebut disebut dengan Pura Dalem Camusen, yang lambat laun disebut Pura Musen," jelas Made Dhawan.

Di tempat rontoknya rambut beliau (Pura Musen), beliau bersabda. Bagi siapa yang memotong rambut di sini, maka rambutnya akan rontok dan digantikan benih baru. Hal inilah yang menjadi keunikan Pura Musen. Kerap kali dimanfaatkan oleh orang yang terlahir dengan rambut gempal atau gimbal, agar rambut tersebut rontok dan tumbuh rambut normal. Pura yang berstatus Dang Kahyangan ini diyakini pula bisa membersihkan mala (kotor) anak balita.

Sehingga setiap anak-anak di Desa Adat Blangsinga wajib potong rambut di Pura Musen saat menginjak usia 2 oton atau 1 tahun kalender Bali. Diyakini pula, setiap anak yang belum mekakulan (upacara potong rambut) ini belum bisa memasuki tempat suci. "Setiap anak yang lahir di Blangsinga. Usia 2 oton, pastika megundul di Natar Pura Musen. Ada juga dari Dura desa, daerah Karangasem, Bakas Klungkung. Ada juga warga rambut gempel gimbal, melukat setelah dipotong mau normal," jelasnya.

Potong rambut di Pura Musen diyakini sebagai prosesi pembersihan secara sekala Niskala. Yang melakukan pemotongan rambut pun, khusus oleh Jro Mangku setempat. Sarana bebantenan yang harus dibawa untuk melakukan ritual menghilangkan mala balita dan memperbaiki rambut gempel, seseorang harus membawa banten pengambian asoroh, tulung urip, dan banten paingkupan.

Pura Musen berada tepat di bibir Tukad Petanu, Namun ketika musim hujan air sungai meluap menyebabkan pura menjadi terendam. Prosesi pujawali pun sulit dilakukan. Sehingga dulu desa nunasang (memohon petunjuk) hingga akhirnya dizinkan membuat Pura Pemuteran Musen di atas. "Tapi pokok pura tetap ada di bawah," jelas Made Dhawan.

Nah yang unik lainnya dari Pura Musen, yakni pujawali yang tidak dilaksanakan enam bulan sekali atau setahun sekali sesuai kalender Bali, layaknya kebanyakan pura. Sebab, periodisasi pujawali di Pura Musen yang diempon 557 krama pengarep ini bisa mundur bisa juga maju. “Tapi kami biasanya mengingatnya setiap rahina Tilem setelah hari raya Kuningan. Wuku Merakih atau Tambir," jelasnya.

Terdapat pula Pelinggih Ratu Ayu di tebing Pura. Diyakini sebagai Dewi kesuburan untuk memohon keturunan. "Sudah banyak terbukti, pasangan suami istri yang lama tidak dikaruniai anak nunas ica di Palinggih Ratu Ayu," jelas Made Dhawan. *nvi

Komentar