nusabali

Kodrat Sebagai Ibu dan Istri Tidak Jadi Hambatan dalam Melayani Masyarakat

Ni Putu Eka Martini, Lurah Perempuan Pertama di Legian, Kecamatan Kuta

  • www.nusabali.com-kodrat-sebagai-ibu-dan-istri-tidak-jadi-hambatan-dalam-melayani-masyarakat

MANGUPURA, NusaBali
Momentum Hari Kartini yang jatuh pada 21 April setiap tahunnya mengingatkan kembali kaum perempuan untuk terus berkarya dan berjuang di tengah masyarakat.

Tidak hanya sebatas menjadi istri dan ibu dari anak-anak, namun terlibat aktif dalam memimpin suatu wilayah, sehingga setara dengan laki-laki. Salah satu yang benar-benar menerapkan perjuangan Raden Ajeng Kartini itu adalah Ni Putu Eka Martini. Bahkan, wanita kelahiran Denpasar 7 Maret 1986 ini menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan sebagai Lurah Legian, Kecamatan Kuta.

Saat ditemui NusaBali, Ni Putu Eka Martini mengatakan, perempuan tidak hanya menjadi istri dan ibu dari anak-anak yang setiap harinya hanya mengurus kebutuhan rumah tangga. Namun, perempuan juga harus bisa menjadi pemimpin dalam suatu wilayah. Asalkan, lanjut Eka Martini, kodrat sebagai perempuan yang notabene sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak tidak dilupakan, tapi harus berjalan seiringan. Nah, pada titik itulah adanya keistimewaan seorang perempuan.

“Semua pekerjaan, tugas dan tanggungjawab melekat pada diri perempuan dan tentunya bisa dilakukan secara bersamaan dengan penuh tanggungjawab,” kata Eka Martini saat ditemui di Kantor Kelurahan Legian, Rabu (20/4).

Menurut Eka Martini, momentum Hari Kartini ini mendorong perempuan Indonesia dan khususnya perempuan Bali untuk terus berkarya di tengah masyarakat. Apalagi, perempuan Bali memiliki keistimewaan tersendiri lantaran ada sejumlah tradisi yang kerap melibatkan perempuan, salah satunya tradisi ngayah ditengah segudang aktivitas yang ada. Dengan keterlibatan perempuan juga bisa menjadi tonggak dan pergerakan bagi pembangunan daerah maupun Indonesia. “Sebagai perempuan, saya tidak bisa melupakan kodrat saya sebagai seorang istri dan ibu. Jadi semua bisa dilaksanakan,” katanya.

Selam menjabat kurang lebih lima bulan sebagai Lurah Legian dan menjadi lurah perempuan pertama, lanjut Eka Martini, dukungan serta motivasi dari sang suami, I Made Sumertayasa yang juga pernah menjabat sebagai Camat di Tabanan tak pernah surut. Atas dorongan itulah, Eka Martini yang merupakan lulusan IPDN Jatinangor tahun 2009 ini bisa maksimal memberikan pelayanan. “Semuanya sangat mendukung saya. Apalagi suami juga paham betul. Kalau untuk anak-anak, awalnya sedikit tidak terima, namun karena terus diberi pemahaman, akhirnya mengerti hal itu,” cetus ibu dua anak ini.

Dalam menyiasati waktu bersama dua buah hatinya yang baru berusia 9 tahun dan 7 tahun itu, Eka Martini mengaku menyiapkan berbagai keperluan sekolah mereka sejak malam hari. Bahkan, pada pagi harinya dibuatkan sarapan untuk keluarga. Baru setelah itu turun ke lapangan. Hal ini disebabkan sebagian besar waktunya berada di Kelurahan Legian dan kerap pulang malam hari.

“Kadang kala sampai rumah itu malam. Jadi, saya sudah siapkan anak-anak dan suami baju dan tas untuk keperluan esok hari. Semuanya diselesaikan malam hari, sehingga saat paginya hanya masak dan menyiapkan sarapan buat mereka,” kata Eka Martini.

Sekalipun saat ini kunjungan wistawan mulai meningkat, sehingga membuat semakin banyak waktu yang terkuras untuk Legian, menurut Eka Martini tidak menjadi persoalan, karena tugas dan tanggungjawab yang diberikan harus dijalani dengan maksimal. Apalagi peningkatan kunjungan wisatawan ini akan berdampak pada pergerakan roda perekonomian masyarakat Legian yang sebagian besar bekerja di sektor pariwisata. “Legian adalah daerah tujuan pariwisata. Ketika kunjungan semakin meningkat, saya bersama stakeholder terkait di Legian dan LPM akan terus bersinergi agar memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Saya akan terus bertugas semaksimal mungkin dan tentunya akan membagi waktu juga buat keluarga,” tegasnya. *dar

Komentar