nusabali

Terampil Membuat Topeng Sejak SD, Ogah Menyebut Diri Seniman

I Nyoman Carman, Pemahat Topeng ‘Jepang’ dari Singapadu, Gianyar

  • www.nusabali.com-terampil-membuat-topeng-sejak-sd-ogah-menyebut-diri-seniman

GIANYAR, NusaBali
Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar banyak melahirkan seniman dan pemahat topeng. Salah satunya, I Wayan Carman, 58, pemahat topeng yang pernah bekerja di Jepang.

Di Negeri Sakura, Carman membuat topeng tokoh-tokoh Jepang. Pembuatan topeng harus detail, rumit, dan tidak ada toleransi kesalahan. “Misalnya ukuran panjang dan lebar wajah sosok yang ditopengkan harus tepat. Tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang,” kenang Carman saat ditemui di kediamannya, Banjar Apuan, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Sabtu (9/4).

Istimewanya, topeng tokoh Jepang yang dibuat oleh Carman punya hak paten dari perusahaan yang mengirimnya memahat topeng ke Negeri Matahari Terbit. Topeng-topeng itu tidak boleh diduplikasi. “Tidak boleh dipotret, cukup dilihat saja,” ujar pemahat topeng kelahiran 28 November 1964 ini. Carman belajar membuat topeng sejak sekolah dasar (SD). Tepatnya, ketika akan naik ke kelas IV di SDN 1 Singapadu. Dorongan belajar memahat topeng karena faktor lingkungan. Ayah, I Ketut Madon (alm) yang mengantarnya muruk atau belajar memahat topeng. Di antaranya belajar dari I Wayan Kanta (alm), seniman topeng dari Banjar Apuan, Desa Singapadu.

Carman belajar dari nol, mulai dari memegang pahat, menakik, menatah sampai membuat pola atau bakalan hingga merampungkannya. Proses dan waktunya tidak pendek. “Contohnya belajar ngamplas selama 1,5 bulan,” ungkap suami Ni Made Sulasih ini. Ayah dua anak ini mulai belajar buat tapel bojog, tapel godogan, tapek celeng, topeng bondres, topeng keras, celuluk, topeng raja, dan lainnya. Dari kelas IV SD sampai SMP atau selama 3 tahun, Carman nyantrik atau belajar dengan dituntun langsung Wayan Kanta. Setelah itu dibolehkan memahat topeng secara mandiri karena dinilai sudah cukup bekal ilmu memahat topeng.

“Kalau guru ada orderan pekerjaan membuat topeng, saya diminta bantu membuat. Jika dinilai ada yang kurang, saya perbaiki lagi,” ungkap ayah dari Putu Meila Krisnayanti dan Kadek Anjasmara Putra ini. Carman sempat berhenti memahat topeng pada tahun 1979/1980-an. Dia beralih bekerja di kerajinan perhiasan perak. Saat itu kerajinan perak di Bali sedang booming. Orderan eskpor ramai. Sebaliknya kerajinan kayu, termasuk permintaan kerajinan topeng surut. “Cukup lama saya kerja di perak, apalagi istri bergelut di perak juga,” ungkap Carman.

Tahun 1996 situasi berubah lagi, kerajinan perak lesu. Carman kembali mengambil pahat dan menekuni kayu, membuat topeng. Nah di sela-sela itulah ada tawaran dari perusahaan handcraft Jepang yang punya perwakilan di Bali. Carman direkrut sebagai pemahat, khususnya memahat dan mengukir topeng kayu dengan style dan langgam Jepang. “Selama 3 tahun bekerja di Tokyo membuat topeng Jepang,” ungkap jebolan SLUA Sukawati, Gianyar ini.

Pembuatan topeng tokoh Jepang rumit dan pantang ditiru. Sampai saat ini pun dia masih membuat topeng untuk perusahaan handcraft dari Jepang itu. Walau terampil membuat tapel atau topeng, Carman mengaku belum pantas disebut seniman. “Kalau seniman mesti ada tetamian atau warisan karya. Saya baru sebagai pengrajin topeng,” dalihnya merendah. Kalaupun kemudian ada yang mengatakannya sebagai seniman topeng, Carman menyerahkan kepada mereka yang menilainya. Yang jelas, Carman tetap menatah dan membuat tapel maupun topeng. Ada maupun tidak yang memesan topeng, Carman tetap berkarya. Carman memiliki cukup banyak koleksi topeng di rumahnya. Di antaranya topeng Pedanda Baka, topeng Gajah Mada, topeng Demung, topeng Gebogan hingga tapel barong dengan ukuran bervariasi.

Di dunia pertopengan, Carman sudah mendapat pengakuan. Dia sering pameran bersama seniman dan penopeng dari asosiasi pemahat dan penari topeng Desa Singapadu. Di antaranya di Bentara Budaya Bali, Jalan Bypass Ida Bagus Mantra, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar pada tahun 2017. Pameran di Hotel Griya Santrian, Sanur, Denpasar tahun 2017, dan pameran topeng Semita Wadhana di Puri Kauhan Singapadu, Sukawati, Gianyar akhir Desember 2021 hingga awal 2022. Sebagai pelaku seni, Carman berharap pemerintah peduli dengan pengrajin topeng. “Terutama membantu promosikan dan memasarkan produk maupun karya seniman maupun pengrajin,” harap Carman. Apalagi pariwisata mulai membaik, dengan telah dibukanya penerbangan internasional ke Bali. “Itu saja harapan kami kepada pemerintah,” kata Carman. *k17

Komentar