nusabali

Punya 150 Murid di Sanggarnya, Sepekan Bisa Hasilkan Rp 1,5 Juta

  • www.nusabali.com-punya-150-murid-di-sanggarnya-sepekan-bisa-hasilkan-rp-15-juta

Selain melatih, Putu Ayu Aneska Rastini Dewi juga sudah ciptakan 3 tari, yakni Tari Warna Purwa, Tari Tridatu, dan Tari Krishna. Bahkan, Tari warna Purwa sudah dipatenkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan,

Ni Putu Ayu Aneska Rastini Dewi, Siswi SMAN 1 Tabanan yang Dirikan Sanggar Tari Saat Usia 12 Tahun


TABANAN, NusaBali
Ni Putu Ayu Aneska Rastini Dewi, 18, termasuk salah satu teruni (remaja putri) di Kabupaten Tabanan yang patut dicontoh. Bayangkan, di usianya yang baru menginjak 18 tahun, siswi Kelas III SMAN 1 Tabanan ini sudah mengelola Sanggar Tari yang memiliki sekitar 150 anak didik. Selain itu, gadis asal Banjar Lodalang, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan ini juga memberikan les privat tari dan buka jasa rias tari Bali dengan bayaran lumayan.

Sanggar Tari yang dikelola Ni Putu Ayu Aneska Rastini Dewi di rumahnya kawasan banjar Lodalang, Desa Kukuh, Kecamatan Marga ini diberi nama ‘Putri Ayu’. Sanggar Tari Putri Ayu ini sudah didirikan pada 2011 silam, ketika Ayu Rastini Dewi baru berusia 12 tahun.

Selaku pemilik dan pengelola, Ayu Rastini Dewi sekaligus bertindak sebagai pelatih di Sanggar Tari Putri Ayu, dengan dibantu kedua orangtuanya: I Nyoman Purna dan Ni Made Artini. Pada awal-awal beroperasi, anak didik yang ikut belajar menari di Sanggar Tari Putri Ayu milik Ayu Rastini hanya sekitar 20 orang. Namun saat ini, pesertanya mencapai 150 orang. Mereka berasal dari berbagai jenjang pendidikan, mulai SD, SMP, hingga SMA.

Kepada NusaBali, Ayu Rastini mengisahkan, dirinya tergerak mendirikan Sanggar Tari pada 2011 silam, berawal dari aktivitasnya yang kerap ngayah ngigel (menari) di banjar. Saat itu, Ayu Rastini yang masih duduk di bangku SD kerap mengajari teman-teman sebanyanya menari. Latihan selalu dilaksanakan di rumahnya.

“Dari situ, muncul keinginan saya untuk membangun sanggar,” kenang Ayu Rastini yang merupakan putri semata wayang pasangan I Nyoman Purna dan Ni Made Artini ketika ditemui NusaBali di Sanggar Tari Putri Ayu, Minggu (5/3) lalu.

Menurjut Ayu Restini, kala itu sang ayah, I Nyoman Purna, kerap membantu dalam melatih gerakan tari. Kebetulan, ayahnya ini memang seniman karawitan yang juga mahir tari-tarian. Setelah sanggar tarinya dibuka, semakin hari minat anak-anak asal sekampung untuk ikut latihan menari kian banyak.

"Saya yang waktu itu baru berusia 12 tahun, punya murid tari 20 orang. Saya melatih tarian yang gampang-gampang, seperti Tari Puspanjali dan Tari Panyambrahma,” cerita dara kelahiran 20 Januari 1999 yang menguasai lebih dari 50 jenis tari Bali ini.

Ayu Restini menyebutkan, saat ini jumlah anak didi di sanggar tari miliknya mencapai sekitar 150 orang. Mereka dari berbagai jenjang pendidikan, mulai SD, SMP, hingga SMP. Meraka bukan hanya asal Tabanan, bahkan ada yang dari Kota Denpasar. Latihan digelar dua kali sepekan, yakni Kamis dan Minggu.

Bagi anak didik yang bergabung latihan di Sanggar Tari Putri Ayu yang dikelola Ayu Restini, mereka wajib membayar Rp 5.000 per orang sekali datang.  Bisa dihitung, berapa pemasukan yang diterimanya dalam sepekan. Jika 150 penari datang komplet dua kali sepekan, berarti dalam seminggu ada pemasukan Rp 1,5 juta.

Ayu Restini bukan hanya mengajar di sanggar tari. Dia juga membuka les privat menari. Bagi peserta les privat, mereka dikenakan biaya Rp 25.000 per orang sekali datang. Selain itu, Ayu Restini juga melayani jasa merias, karena punya skill untuk itu. "Biasanya, kalau urusan administrasi di Sanggar Tari Putri Ayu (yang pemasukannya bisa Rp 1,5 juta sepekan, Red), ibu saya yang mengurusnya. Sedangkan khusus untuk job les privat tari dan merias, barulah masuk ke saku saya pribadi dan sekaligus dipakai biaya sekolah," jelas Ayu Restini.

Menurut Ayu Restini, minimal sekali dalam sepekan dirinya dapat saja job merias penari. Meski demikian, Ayu Restini selalu menanamkan agar anak diriknya di sanggar tari harus bisa merias sendiri. "Saya sendiri belajar rias secara otodidak,” katanya.

Ayu Restini mengaku sangat menikmati profesinya sebagai pelatih tari dan merias penari. Hal ini sekaligus menjadi kebanggaan tersendiri, karena dia bisa melestarikan budaya Bali. "Saya bersyukur, keluarga mendukung penuh upaya saya,” papar Ayu Restini. “Saya juga bangga karena setiap Pesta Kesenian Bali (PKB), saya ikut lomba tari dan sering mendapatkan predikat juara umum,” imbuhnya.

Kebanggaan lainnya, Ayu Restiti hingga kini sudah menciptakan 3 jenis tari. Pertama, Tari Warna Purwa yang sudah dipatenkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan. Kedua, Tari Tridatu. Ketiga, Tari Krishna. “Saya akan terus berupaya agar bisa mencipatakan lebih banyak jenis tari lagi,” katanya.

Sementara itu, sang ayah I Nyoman Purna mengaku bangga dengan kiprah putri semata wayangnya dalam berkesenian. Menurut Purna, Ayu Restini Dewi benar-benar membanggakan sebagai orang Bali. "Memang anak saya ini dari kecil sudah hobi menari. Makanya, saya terus arahkan dan ajarkan menari," ujar Purna sembari menyebut Ayu Restini nanti akan melanjutkan kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar setamat SMA nanti. * d

Komentar