nusabali

FENG-SHUI : Naga Hijau dan Macan Putih

  • www.nusabali.com-feng-shui-naga-hijau-dan-macan-putih

Konsep’Naga Hijau dan Macan Putih’ dalam penjabaran ilmu Feng Shui ternyata sangat menarik untuk disimak.

Konsep ini pada awalnya digunakan untuk memilih lahan pada daerah yang berkontur perbukitan, atau pada lokasi pegunungan. Tujuan dari konsep ‘Naga Hijau dan Macan Putih’ ini adalah untuk menarik Qi Alam Semesta agar supaya dapat terhimpun dalam atmosfer rumah atau bangunan yang ditinggali. Sedangkan untuk penerapan zaman sekarang dalam Feng Shui perkotaan, penerapannya adalah bisa diwakili oleh kontur tanah yang lebih tinggi, atau bentuk bangunan yang memiliki sisi kiri lebih berat atau lebih maju dibandingkan sisi kanannya.

‘Naga Hijau’ yang aktif mewakili sisi kiri bangunan atau lahan. Sedangkan ‘Macan Putih’ yang pasif mewakili sisi kanan. Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam melakukan studi pengamatan topografi tanah atau bangunan, disarankan agar supaya sisi kiri atau ‘Naga Hijau’ memiliki kekuatan yang lebih dominan dibandingkan dengan sisi kanan atau posisi ‘Macan Putih’.
Cara Menentukan

Untuk mengetahui posisi ‘Naga Hijau’ atau ‘Macan Putih’, caranya sangat mudah. Saat kita berdiri di dalam rumah dan melihat ke depan, bagian kiri tangan kita adalah posisi ‘Naga Hijau’ dan bagian kanan tangan kita adalah posisi ‘Macan Putih’.

‘Naga Hijau’ adalah lambang unsur Yang/Positif/Aktif dan ‘Macan Putih’ lambang unsur Yin/Negatif/Pasif. Pengertian positif dan negatif di sini tidak mewakili perhitungan baik-buruknya medan magnet sebuah bangunan atau tata ruang di dalamnya.
Penerapan

Apabila ada jalan yang menanjak di depan rumah dengan sisi kanan lebih rendah daripada sisi kiri, maka formasi ini memiliki ‘nilai tambah’, sebab topografi tanah di sisi ‘Naga Hijau’ lebih tinggi. Sebaliknya, kalau jalan atau lahan di sisi kiri posisinya lebih rendah daripada sisi kanan, maka menurut ilmu Feng Shui nilainya kurang baik, sebab dominasi ‘Macan Putih’ yang Yin/Negatif/Pasif akan menekan ‘Naga Hijau’ yang Yang/Positif/Aktif.

Namun, sering kali kita harus berhadapan dengan kasus yang cukup rumit, dimana posisi ‘Naga Hijau’ lebih rendah, dan posisi ‘Macan Putih’ lebih tinggi. Kendala semacam ini bisa disebabkan oleh karena kondisi topografis alam, tetapi bisa karena komposisi bangunan yang dibuat saat pembangunan. Menghadapi kasus demikian, praktisi Feng Shui harus mengupayakan sebuah siasat. Yang jelas bukan melalui pemasangan jimat atau sejenisnya. Sebab, kondisi alam demikian tidak bisa dibetulkan dengan mistis, melainkan dengan pembenahan lewat perbaikan bangunan.

Pembenahan untuk memperbaiki posisi ‘Naga Hijau’ yang lebih rendah, antara lain dilakukan dengan cara membuat bangunan model mezanine di posisi ‘Naga Hijau’ yang dirugikan, sehingga posisi ‘Naga Hijau’ di sebelah kiri menjadi 2 lantai, yaitu lantai basement dan upperground. Lantai upperground di mezazine biasanya dibuat lebih tinggi dari pada tanah yang di sebelah kanan, agar nilai keselarasan dapat ditingkatkan.

Cara lain yang bisa dilakukan saat perancangan, yaitu dengan menimbun tanah di posisi ‘Naga Hijau’ yang asal mulanya memang sudah rendah. Sebenarnya masih banyak pembenahan lain yang bisa dikreasikan berdasarkan keadaan lapangan yang ada.
Sebab Akibat

Pada banyak kasus di mana posisi ‘Naga Hijau’ lebih rendah, yang artinya ‘Naga Hijau’ dikalahkan dan ‘Macan Putih’ yang mendominasi, biasanya terjadi :
1. Kaum pria (suami) tidak bisa aktif dan sering didominasi atau dikalahkan oleh wanita (istri).
2. Bisa pula diartikan finansial pihak wanita lebih kuat dibandingkan dengan pihak pria.
3. Kaum wanita penghuni rumah tersebut merupakan wanita karier yang gigih.
4. Kalau objek bangunan adalah tempat usaha, biasanya pegawai lebih dominan sehingga pemilik perusahaan dikendalikan oleh bawahannya.

Bila posisi ‘Naga Hijau’ lebih tinggi daripada ‘Macan Putih’, nilai Feng Shui-nya dinyatakan ‘baik’, karena karier pihak pria sebagai tiang keluarga lebih lancar, sehingga pihak pria bisa mengendalikan berbagai kendala. Tetapi, apabila posisi ‘Naga Hijau’ dibuat kelewat tinggi juga tidak baik. Kondisi ini bisa merugikan lingkungan, karena ego dari pihak penghuni rumah atau bangunan terlalu mendominasi lingkungan sekitar. Jadi, yang terpenting adalah mengupayakan keseimbangan dan keharmonisan dengan alam. *

Komentar