nusabali

Desa Adat Kedonganan Perkenalkan Ekowisata Mangrove

  • www.nusabali.com-desa-adat-kedonganan-perkenalkan-ekowisata-mangrove

MANGUPURA, NusaBali
Desa Adat Kedonganan mengembangkan dan memperkenalkan ekowisata mangrove kepada publik.

Hal itu dilakukan berkaca dari potensi hutan mangrove di pesisir timur Pantai Kedonganan yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Para wisatawan yang datang berkunjung nantinya akan diperkenalkan terkait ekosistem mangrove, sehingga diharapkan ikut melakukan konservasi dan menjaga mangrove.

Bendesa Adat Kedonganan, I Wayan Mertha, mengatakan saat ini di pesisir timur Pantai Kedonganan mulai terlihat adanya dampak dari over fishing atau penangkapan ikan secara berlebihan. Hal itu terlihat dari hasil tangkapan nelayan yang berkurang drastis dari kondisi sebelumnya. Jika dahulu para nelayan bisa mendapatkan ikan 10 kilogram setiap melaut, namun kini hasil tangkapan nelayan hanya sekitar 5 kilogram. Kondisi itu tentu tidak bisa diandalkan oleh kelompok nelayan dalam memenuhi kehidupan mereka sehari-hari.

“Karena itu bersama prajuru dan kelompok nelayan menggagas upaya untuk mengembangkan kondisi hutan mangrove. Konsepnya ekowisata mangrove, jadi ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan, seperti tour mangrove tour atau sightseeing. Para wisatawan atau pengunjung diperkenalkan pada kegiatan untuk menelusuri mangrove yang total luas, yaitu 22 hektar,” jelas Mertha, Minggu (13/3).

Konsep ekowisata mangrove ini, lanjut Mertha, mengadopsi kegiatan wisata ekologi. Ada beberapa prinsip yang nantinya dilaksanakan, yaitu konservasi, edukasi, dan manfaat bagi masyarakat lokal. Pihaknya sendiri sudah mempunyai program konservasi mangrove, yaitu dengan menjaga kebersihan mangrove dan melakukan penanaman bakau. Hal tersebut kemudian dimaksimalkan dengan mengemasnya menjadi wisata tour mangrove. “Jadi, ini kami lakukan sekaligus untuk membangun brand awernes, dan mengajak kepedulian semua pihak akan kondisi mangrove. Keragaman daya tarik mangrove ini kita manfaatkan sebagai objek wisata daya tarik wisata alam dan edukasi,” jelasnya.

Saat ini, untuk kegiatan menanam mangrove, memancing, maupun aktivitas kano juga sudah mulai berjalan. Namun hal itu diakuinya masih dilakukan terbatas dan belum optimal, karena masih minimnya fasilitas sarana dan prasarana pendukung maupun keterbatasan SDM. Saat ini, yang sudah bisa dilakukan secara konsisten adalah aktivitas yang terkait dengan konservasi, yaitu menjaga kebersihan mangrove dan penanaman mangrove. Hal itu menurutnya justru menjadi daya tarik utama dari kegiatan ekowisata mangrove. *dar

Komentar