nusabali

Indah Menawan, Tapi Krisis Wisatawan

Pesona Alami Bendungan Titab–Ularan, Buleleng

  • www.nusabali.com-indah-menawan-tapi-krisis-wisatawan
  • www.nusabali.com-indah-menawan-tapi-krisis-wisatawan

SINGARAJA, NusaBali - Bendungan Titab-Ularan berada dalam kawasan 6 desa di Kecamatan Seririt dan Busungbiu, Buleleng. Kawasan bendungan ini masuk menjadi salah satu dari 86 Daya Tarik Wisata (DTW) dengan SK Bupati Buleleng. Namun, DTW ini masih krisis pengunjung, sebagaimana bentang alam indah lain di Bali.

DTW buatan dengan luas 137 hektare ini juga masuk dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Buleleng Tahun 2020-2025. Setelah rampung dikerjakan dan mulai dilakukan pengisian air pada tahun 2015 silam, Bendungan Titab-Ularan sempat ramai dikunjungi warga yang jadi wisatawan lokal. Memang, lokasi bendungan agak sulit dijangkau karena jauh dari ibu kota Kecamatan Seririt maupun Kota Singaraja. Bendungan Titab-Ularan merupakan proyek nasional yang dimulai sejak tahun 2010 silam, diawali dengan proses pembebasan lahan.

Lahan seluas 137 hektare di enam desa, yakni Desa Titab, Kekeran, Telaga, Busungbiu, Kecamatan Busungbiu. Selain itu, Desa Ularan dan Ringdikit di Kecamatan Seririt, tuntas dibebaskan pada tahun 2013. Proses pembangunan dan pengisian air bendungan yang luas genangannya mencapai 64 hektare ini mulai dilakukan pada tahun 2015. Keindahan alam dan aliran Tukad (sungai) Saba pun tergambar jelas setelah proyek tuntas dan dibuka untuk umum. Nama bendungan pun dipilih menjadi Titab-Ularan, mewakili dua kecamatan yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan sebagai bendungan.

Keberadaan Bendungan Titab-Ularan sempat mendatangkan wisatawan lokal. Mereka datang sekedar untuk melihat pemandangan alam yang asri atau mengagumi mega proyek yang berhasil membendung air sungai dan dikelola untuk irigasi, air baku hingga sumber listrik. Namun kunjungan warga ke bendungan indah ini tak seramai bentangan alam asri di tempat lain. Terlebih, belakangan saat pandemi mewabah dua tahun terakhir, kunjungan di Bendungan Titab-Ularan mulai sepi. Pedagang yang biasanya berjualan di sekitar bendungan pun memilih tutup, karena ketentuan pembatasan kunjungan dan aktivitas selama pandemi.

Foto: Kadis Pariwisata Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara. -LILIK

Dihubungi Jumat (4/3), Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara mengatakan, Bendungan Titab-Ularan telah ditetapkan sebagai salah satu dari 86 DTW di Buleleng. Namun pengelolaannya dilakukan oleh Balai Wilayah sungai (BWS) Bali-Penida yang bertanggungjawab penuh atas keberadaan bendungan. Selama ditetapkan menjadi DTW pada tahun 2019 silam hingga sekarang, DTW Bendungan Titab-Ularan tak mengenakan tarif masuk pada wisatawan yang berkunjung alias gratis.

Selama ini, jelas Dody, pengelolaan bidang pariwisata Bendungan Titab-Ularan memang hanya menawarkan pemandangan alam saja. Kecamatan Busungbiu bekerjasama dengan Undiksha, beberapa tahun lalu sempat melakukan penelitian untuk pengembangan wisata arum jeram di aliran sungai saba di hilir bendungan. Hanya saja hingga saat ini belum ada kepastian. “Ke depan ada keinginan kami mengembangkan wisata tracking di sekeliling bendungan dan wisata tirta, seperti penyewaan perahu, arum jeram, atau wisata memancing karena disana sering dikunjungi warga sebagai spot mancing. Nanti kami akan bicarakan dulu dengan BWS,” ungkap mantan Kadis Kebudayaan Buleleng ini.

Sejauh ini, beber Dody, Dinas Pariwisata di tengah masa pandemi hanya berupaya untuk memromosikan semua potensi yang menjadi daya tarik wisata di Buleleng. Baik yang sudah di SK-kan maupun tempat wisata yang baru muncul.7k23

Komentar