nusabali

Pedagang Pasar Ubud Paksa Buka Lapak

  • www.nusabali.com-pedagang-pasar-ubud-paksa-buka-lapak

Ada pedagang hanya karena cari beras sekilo, kalau kita usir, secara manusiawi ndak enak

GIANYAR, NusaBali

Sejumlah pedagang terpaksa kembali buka lapak di kawasan Pasar Ubud, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar, Kamis (24/2). Mereka memanfaatkan sisa waktu sebelum bangunan pasar  itu benar-benar dibongkar untuk revitalisasi fisik pasar.

Pedagang pun enggan direlokasi oleh Pemkab Gianyar ke Pasar Desa Singakerta, Kecamatan Ubud. Karena pasar itu sepi pengunjung. "Pengalaman dulu, kami sudah pernah direlokasi ke sana. Tapi pasar ini (Pasar Singakerta), sepi. Tidak ada tamu," ungkap sejumlah pedagang. Sementara pedagang kebutuhan sehari-hari memilih peruntungan di pinggir jalan raya seputar Ubud.

Camat Ubud Wayan Suwija tak menampik kondisi ini. Kata dia, revitalisasi Pasar Ubud harus disikapi dengan kepala dingin. "Ini sesuatu yang harus disikapi dengan tenang oleh semua komponen," jelas Suwija saat ditemui di ruang kerjanya.

Mantan Sekdis Kebudayaan Gianyar ini mengatakan pihak terkait sudah menggelar rapat, dan mulai ada titik temu. Diantaranya, mencari lahan untuk pedagang berjualan sementara di sekitar Desa Adat Kutuh dan Desa Adat Ubud. "Sudah ada tempat di Banjar Sambahan, Ubud, basement Wantilan Pura Puseh, cukup menampung 60 pedagang. Rencananya, kalau bisa diperluas lagi, kemungkinan bisa menampung lebih banyak. Cuman ini masih persiapan. Astungkara setelah Nyepi pedagang bisa masuk," jelasnya.

Yang menjadi kendala saat ini, sulit dibedakan mana pedagang Pasar Ubud yang asli mana siluman. Sebab tak dipungkiri, sejumlah pedagang menduga ada pedagang baru yang mengais rejeki di Ubud. "Jadi pedagang yang sehari-hari jualan di Pasar Ubud, beberapa kali melihat wajah pedagang baru," jelasnya. Atas kondisi ini, Camat Ubud Wayan Suwija sudah meminta kepala pasar untuk memastikan data pedagang Pasar Ubud sekitar 1.156 orang.

Sementara itu, pedagang yang buka lapak di pinggir jalan raya Ubud diberikan toleransi waktu. Mereka hanya boleh berjualan mulai pukul 05.00 - 09.00 Wita. "Kondisi Ubud sekarang banyak pedagang di atas trotoar. Ini masih ditoleransi dengan alasan kemanusiaan. Pedagang sudah tidak punya tempat jualan, mau kemana nyari rejeki," ungkap Suwija. Toleransi batas waktu ini pula sudah disepakati stakeholder di Ubud. "Kami sudah berkoordinasi. Diizinkan sementara dengan catatan jam 9 pagi sudah bersih semua," terangnya.

Terkait rencana relokasi pedagang ke Pasar Singakerta, belum ada pedagang yang mau pindah. "Sampai hari ini pedagang belum kesana. Harus hati-hati karena ini urusan isi perut. Ada pedagang hanya karena cari beras sekilo, kalau kita usir, secara manusiawi ndak enak. Yang penting beri pemahaman, bahwa trotoar untuk pejalan kaki, bukan untuk jualan. Kami juga sudah turunkan tim penertiban pasar kerjasama Satpol PP dan Trantib, Kaling sama sama beri pemahaman," jelas Suwija. *nvi

Komentar