nusabali

Bisnis Hortikultura Bali Masih Lesu

  • www.nusabali.com-bisnis-hortikultura-bali-masih-lesu

Kasus Omicron dan PPKM level 3 berdampak pada kunjungan wisatawan ke Bali

DENPASAR, NusaBali

Bisnis hortikultura Bali kembali mengalami kelesuan pasca  keramaian pariwisata Bali pada periode  liburan Natal, 25 Desember 2021 dan Tahun Baru 1 Januari 2022 (Nataru). Kelesuan tersebut bukan saja karena siklus normal masa sepi wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara (wisman) hingga Maret, kemudian  Juli-Agustus – September. Namun ancaman kelesuan kali ini juga akibat dampak kasus Omicron yang berujung kembali penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3.

“Awalnya kita sempat optimistis, sekarang tentu harus realistis,” ujar  Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiartha, Selasa (8/2).

Kata Sugiartha pelaku bisnis horti sebelumnya membayangkan bisnis horti akan membaik juga lepas liburan Nataru. Alasannya simple, karena diprediksi permintaan  buah dan sayur akan kembali meningkat, karena pawisata menunjukkan arah membaik.

Hal itu berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelum pandemi. Kunjungan wisatawan (domestik) stabil . Pengiriman produk buah dan sayur ke hotel, restoran dan pusat perbelanjaan  juga tetap lancar.

 “Alur bisnis horti dari petani ke suplier dan ke hotel akan jalan. Itu awalnya. Namun kini untuk sementara mandek. Peningkatan kasus omicron disusul penerapan PPKM Level 3, diyakini berimbas secara psikologis mengurangi kunjungan wisatawan ke Bali. Permintaan produk  horti untuk pasokan  hotel, restoran dan juga pasar swalayan otomatis menurun.

 “Mudah-mudahan tidak lama,” ujar Sugiartha.

Kondisi yang tentu berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19. Ketika itu, permintaan produk horti tinggi.

Dikatakan Sugiartha  satu hotel besar  membutuhkan 1 ton produk horti dalam sehari. Produk horti itu beragam. Mulai dari produk sayur mayur, kubis, wortel, kentang, sawi, paprika dan lainnya hingga  buah-buahan.

Misalnya orderan pepaya 100 kilo, wortel 50 kilo, mangga 25 kilo,  tomat 20 kilo dan seterusnya.  “Karena macam dan jenisnya banyak, sehingga seluruhnya bisa  sampai 1 ton,” terangnya..

Sugiartha  mencontohkan dirinya. Sebelum pandemi Covid-19, dia  memasok untuk 17 hotel. Namun sejak  pandemi,  permintaan hotel terhenti, sampai sekarang.

Terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bali I Nengah Nurlaba, menyatakan pada Desember 2021 lalu, secara umum sudah terlihat ada gerakan dan geliat pariwisata dan usaha lain di Bali.

“Itu bisa dirasakan langsung suasananya,” ungkap Nurlaba. Dimana kunjungan wisatawan  domestik meningkat, keramaian yang menunjukkan pergerakan ekonomi juga terjadi.

Namun karena  kasus omicron meningkat, disusul dengan penerapan PPKM Level 3, kata Nurlaba  tentu berdampak pada geliat perekonomian Bali. “ Pasti berdampak. Walaupun demikian, kita semua berharap  tidak lama,” kata Nurlaba.*k17.

Komentar