nusabali

Dulu Berjaya, Kini Makin Tak Berdaya

Geliat Armada Dokar di Kota Denpasar

  • www.nusabali.com-dulu-berjaya-kini-makin-tak-berdaya

DENPASAR, NusaBali
Kota Denpasar, salah satu kota di Bali yang sangat terkenal dengan keramaian angkutan dokar. Karena tofografi kota ini relatif datar dibandingkan kota-kota lain di Bali.

Tapi geliat keramaian dokar itu sudah jadi cerita lawas. Di kota modern ini, dokar pernah amat berjaya, tapi kini makin tak berdaya. Semua itu karena perubahan zaman, masyarakat kini beralih ke kendaraan bermotor pribadi.

Dulu ada puluhan pemilik dokar sekaligus jadi kusir dokar, kini tinggal beberapa orang saja. I Nyoman Mantra Manik,70, salah seorang dari segelintir pemilik dan kusir dokar di Kota Denpasar yang kini masih bertahan. Dia mengawali kegiatannya mulai pagi dini hari.

Sekitar pukul 05.00 wita mengeluarkan jaran (kuda) dari kandang berikut memasangkan dokar.  Setelah semua siap, dia berangkat bersama dokarnya dari rumahnya di Banjar Belong Gede, Kelurahan Pemecutan Kaja, Denpasar menuju Pasar Badung. Syukur dalam perjalanan mendapat penumpang.  Kalau tidak Mantra Manik mesti keliling atau berhenti di beberapa titik di Pasar Badung dan sekitarnya, ngantri menunggu penumpang.

Bagi Mantra Manik dan kusir dokar lainnya di Denpasar mendapatkan orang yang mau naik dokar, bukanlah perkara yang gampang. Dia menunjuk masa antara 1980-1990-an, dimana dokar masih diminati di Denpasar.

Masing-masing kelompok dokar ada areanya. Misalnya untuk kelompok dokar yang mangkal di seputaran Pasar Kreneng, tidak  dibolehkan mengambil penumpang di luar area jalur kelompok dokar di Kreneng.

Demikian juga di area lainnya, masing-masing diatur kawasannya. “Itu dulu karena dokar masih ramai, penumpang juga banyak,” ungkap Mantra Manik Kamis (6/1).

Namun kini cerita sudah berbeda. Kendaraan bermotor mengantarkan orang dengan cepat ke tujuan, menjadikan dokar tersisih dengan sendirinya.

“Yang numpang dokar biasanya orang tua-tua yang merasa masih nyaman bawa barang dengan dokar. Jumlahnya tidak banyak,” tuturnya.

Dampaknya, penghasilan sebagai kusir dokar merosot. Kalau sedang mujur ramai penumpang, Mantra Manik mengaku bisa mengantongi pendapatan Rp 100 ribu. Atau kebetulan ada orang yang mengontrak dokarnya untuk acara khusus, seperti mengantar pasangan penganten baru, ongkosnya bisa berlipat. Namun itu ‘mujur’ yang sangat-sangat jarang  terjadi.

Kalaupun ada, juga tidak gampang. Karena jaraknya tempuh jauh dan macet mengepung di sana -sini. “Itu sangat berat juga,” ungkapnya menuturkan pengalaman dikontrak membawa dokar ke beberapa tempat.

Diantaranya  ke Desa Tua, Marga, Tabanan, ke Bongkasa, ke Ubud, Gianyar dan beberapa tempat lain di Bali.

Keadaan berbeda saat dokar masih berjaya di tahun 1980-1990-an. Jalanan masih ‘ramah’ bagi dokar. Pendapatan sebagai kusir dokar juga memadai. Ketika itu, bisa Rp 100.00 sampai Rp 200.000 per hari. Dengan pendapatan tersebut, dalam dua tahun sudah cukup untuk membayar pembelian kuda dan dokar, kalau seandainya modal hasil pinjam kredit.

Kini tidak  hanya penumpang yang ‘hilang’, kepadatan kota, terutama arus lalin mempercepat pengurangan ‘populasi’ dokar di Denpasar. Dokar tak bisa lagi leluasa  bergerak, karena lalu lintas sering macet. Area terbuka untuk melatih kuda juga hampir tidak ada. Semuanya berpengaruh, sehingga jumlah dokar terus berkurang. “Kalau dulu kita bisa latih kuda dari kecil, sekarang tidak ada lagi tempat melatih.

Yang kita beli adalah kuda yang sudah siap pakai,” ungkap Mantra Manik. Harganya kuda berkisaran Rp 25 juta sampai Rp 30 juta.

Jumlah dokar yang tidak seberapa itu menyebabkan Mantra Manik menanggalkan keterampilannya  yang  lain sebagai montir  atau tukang servis kereta dokar.”Karena tidak ada lagi pasuh,” ungkap Mantra Manik.

Saat dokar masih ramai, Mantra Manik adalah salah seorang tukang dokar mumpuni. Pemilik dokar akan mendatangi rumah Manik Mantra di Banjar Belong Gede Kelurahan Pemecutan Kaja, Denpasar Barat, memintanya untuk menyervis dokar. Mulai dari reparasi ringan sampai dengan servis berat, seperti merekatkan bantalan besi roda dokar bisa dilakoni Mantra Manik. “Nggih karena tiyang memang tukang servis  dokar, belajar dulu di sini,” ungkap dia  menunjuk salah satu pojok bangunan di belakang rumahnya yang dulu berfungsi sebagai bengkel. Perkakas perbengkelan, seperti palu, tang, hingga peralatan las teronggok lengkap namun tidak terpakai,. Demikian juga beberapa potongan kayu sisa-sisa bekas dokar. “Sekarang tiyang hanya cari penumpang saja,” kata Mantra Manik.7k17

Syukur, Dapat Rp 50.000 Sudah Banyak 


Kejayaan dokar di Denpasar juga pernah dirasakan oleh I Nengah Purna,80, salah seorang kusir dokar sepuh asal Denpasar Utara. Dulu banyak dokar lalu-lalang membawa penumpang di Denpasar. Namun kini, kata dia, masa kejayaan dokar sudah berlalu. Dia menuturkan, kini dia jarang dapat penumpang. Kebanyakan orang sudah menggunakan kendaraan pribadi. Meski begitu, Purna masih melakoni pekerjaan kusir dokar karena tidak ada pekerjaan lain. “Nggih satu, dua penumpang kadang ada,” ujar pria asal Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem ini.

Purna lebih sering antri di perempatan Jalan Kartini menuju kawasan Wangaya. Namun tidak berlama-lama. Jika sudah tengah hari, pria yang sudah makumpi (bercicit) ini memilih pulang ke tempat tinggalnya di kawasaan Jalan Nangka, Denpasar Utara.  “Dapat lima puluh ribu sudah banyak,” kata Purna.

Khusus di Kota Denpasar sekarang jumlah dokar tercatat 8. Di luar itu yakni di Pemogan, ada 40 dokar. Kabid Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Anak Agung Widnyana mengatakan jumlah dokar di Kota Denpasar memang sudah jauh berkurang.” Kalau dulu mungkin sampai ratusan,” ucapnya, Jumat (4/2).

Sejak tahun 2017, dokar diarahkan untuk mendukung program City Tour. 

Awalnya pangkalan dokar diarahkan di jalan Surapati, sekitar Kantor LVRI. Namun rencananya pangkalan akan dipindah. Empat dokar nanti akan ditempatkan di kawasan Tegal dan empat dokar lagi di ujung jalan Sulawesi, dekat Pura Melanting Pasar Badung. “Namun itu baru rencana.

Perlu mendapat persetujuan pimpinan,” jelasnya. Sedangkan 40 dokar yang ada di Pemogan memang sudah melayani trayek wisata di kawasan wisata Kuta dan sekitarnya.  7k17.

Komentar