nusabali

Angota Polresta Denpasar Tewas Gantung Diri

Musibah Maut di Gudang Kawasan Desa Bongkasa

  • www.nusabali.com-angota-polresta-denpasar-tewas-gantung-diri
  • www.nusabali.com-angota-polresta-denpasar-tewas-gantung-diri

Aiptu Wayan Metro diketahui sudah tidak dinas sejak 28 Januari 2022 lalu, karena hendak terapi di RSUP Sanglah

MANGUPURA, NusaBali
Seorang anggota Polri yang berdinas di Satuan Reserse Kriminal Umum (Sat Reskrim) Polresta Denpasar, Aiptu I Wayan Metro, 55, ditemukan tewas gantung diri di gudang belakang rumahnya kawasan Banjar Kambang, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Badung, Rabu (2/2) sore. Polisi berusia 55 tahun ini nekat ulahpati, diduga karena derpresi akibat penyakit yang dideritanya.

Korban Aiptu I Wayan Metro ditemukan tewas menggantung dengan leher terjerat selendang warna biru yang dikaitkan pada balok lambang gudang di belakang rumahnya, Rabu sore pukul 16.00 Wita. Korban ditemukan tak bernyawa berselang 3 jam setelah pamitan kepada anaknya mau jalan-jalan.

Belum diketahui pasti, penyebab polisi yang pegang jabatan sebagai Bamin Urmintu Sat Reskrim Polresta Denpasar ini nekat ulhpati (bunuh diri). Dari informasi beredar, Aiptu Wayan Metro diduga nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung giri karena depresi akibat penyakit klenjar getah bening yang dideritanya. Korban kabarnya pernah menjalani operasi di RS Trijata Bhayangkara Polda Bali, Jalan Trijata Denpasar.

Informasi di lapangan, sebelum ditemukan tewas gantung diri, korban Wayan Metro sempat berpamitan ke anaknya mau jalan-jalan, Rabu siang sekitar pukul 13.00 Wita. Namun, hingga sore korban tak kunjung pulang ke rumah. Anak korban lalu mencarinya di sekitar rumah. Sang anak terkejut menemukan ayahnya tewas menggantung di gudang, sore pukul 16.00 Wita.

Dalam kondisi panik, anak korban lalu minta tolong kepada warga sekitar untuk menurunkan ayahnya yang menggantung dengan leher terjerat selendang. Musibah ini juga dilaporkan ke polisi. Tak lama berselang, petugas Polsek Abiansemal terjun ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi jasad korban, melakukan olah TKP, dan meminta keterangan saksi-saksi. Polisi juga menggandeng petugas medis ke TKP untuk memeriksa kondisi korban. Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan. 

Jenazah korban Wayan Metro sore itu langsung dibawa ke rumah duka di Banjar Kambang, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal untuk disemayamkan. Rencananya, jenazah polisi korban ulahpati ini akan diabenkan keluarganya pada Radite Pon Prangbakat, Minggu (6/2) lusa.

Sayangnya, hingga Kamis (3/2) pihak kepolisian belum banyak memberikan keterangan terkait kematian tragis anggota Sat Reskrim Polresta Denpasar ini. Saat dikonfirmasi NusaBali, Kasi Humas Polresta Denpasar, Iptu Ketut Sukadi, mengakui korban Aiptu Wayan Metro memang anggota Sat Reskrim Polresta. Namun, Iptu Ketut Sukadi enggan menjelaskan secara detail, dengan dalih data tentang peristiwa itu belum diterimanya. 

"Saya belum dapat data kronologis kejadiannya. Saya tidak tahu kapan kejadiannya, seperti apa kejadian, dan lain sebagainya. Yang jelas, peristiwanya di rumah korban kawasan Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal," ujar Iptu Sukadi.

Informasi lain menyebutkan, korban Aiptu Wayan Metro sudah tidak ngantor sejak 28 Januari 2022 lalu. Pasalnya, korban hendak menjalani kemo terapi di RSUP Sanglah, Denpasar, 31 Januari 2022. Korban dikabarkan menderita penyakit kelenjar getah bening sejak lama. 

Sementara itu, pihak keluarga juga enggan menceritakan kronologis kejadian dan masalah yang dialami korban, hingga nekat ulahpati. Saat NusaBali mendatangi rumah duka di Banjar Kambang, Desa Bongkasa, Kamis siang, pihak keluarga enggan memberikan keterangan. Pantauan Nusabali, di rumah duka terlihat banyak keluarga berkumpul. Mereka menyiapkan sarana upacara.

"Mohon maaf ya Pak, kami tidak bisa menceritakan peristiwa ini. Biar tidak muncul spekulasi liar. Kami melihat postingan di Medsos sangat sedih rasanya. Tolong pahami situasi kebatinan kami," ujar seorang pria yang mengaku sebagai menantu dari korban Wayan Metro.

Sedangkan Kelian Adat Banjar Kambang, Desa Bongkasa, I Ketut Murjana, mengatakan korban Wayan Metro berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri dan empat orang anak perempuan. "Almarhum punya empat anak perempuan. Dua orang sudah menikah, satu orang sudah tamat SMA dan sudah bekerja, sementara satunya lagi masih duduk di bangku SMA," ungkap Ketut Murjana saat ditemui NusaBali di rumahnya kemarin siang.

Ketut Murjana mengaku mengenal korban Wayan Metro sebagai pribadi yang baik. Meski sakit, namun tetap terlihat cerah. Korban juga rajin mengikuti kegiatan banjar dan suka membantu. “Beberapa hari sebelum upahpati, saya pernah minta bantuan ke almarhum untuk urus Samsat sepeda motor,” kenang Murjana.

Sementara, Perbekel Bongkasa, I Ketut Luki, mengatakan setahu dirinya, korban Wayan Metro memiliki riwayat penyakit kelenjar getah bening dan itu sudah berlangsung lama. “Namun, sejak kapan almarhum sakit, saya tidak tahu persis,” kata Ketut Luki.

Disinggung terkait dugaan almarhum nekat ulahpati karena depresi atas penyakitnya, Ketut Luki enggan berkomentar. “Yang jelas, dari penuturan pihak keluarga, almarhum memiliki penyakit kelenjar getah bening itu,” papar Perbekel yang juga mantan anggota DPRD Badung ini. 7 pol,asa

Komentar