nusabali

Mengajar Seni, Ditantang Buat Ogoh-ogoh

Lawatan Seni Seniman Nyoman Arjawa ke Pontianak

  • www.nusabali.com-mengajar-seni-ditantang-buat-ogoh-ogoh

GIANYAR, NusaBali
PANDEMI sejak Maret 2020, dan tak pasti kapan berhenti, tak mesti menjadikan orang berdiam diri. Seperti I Nyoman Arjawa, salah seorang seniman asal Banjar/Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.

Dia tetap beraktivitas melukis dan menari Bali. Di sela-sela kesibukan itu, dia sempat mengajar melukis dan seni kriya di Desa Sandai Kiri, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Oleh kepala desa setempat, dia diminta ke desa itu lagi untuk membuatkan patung Ogoh-ogoh sebagai maskot spot wisata desa.

Bagaimana kisah seniman topeng ini bisa berpetualang ke kampung berhutan produktif itu? Dia berangkat ke Desa Sandai Kiri pada 12 Januari 2022, dari Bandara Ngurah Rai, Bali, menuju Bandara Supadyo di Pontianak, Kalimantan Barat, dengan transit pesawat di Jakarta. Dia balik dari desa itu ke Bali, Rabu (26/1).

Ihwal keberangkatannya bermula dari Kades Sandai Kiri, Harman Susandi,38, bersama keluarga berwisata kedua ke Gianyar, sekitar dua bulan lalu. Nyoman Arjawa dan Kades Harman bertemu di tempat menginap Kades Harman, sebuah villa di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, 9 Desember 2021. Dalam segenap perbincangan yang intens.

Kades Harman mengungkapkan kedatangannya ke Bali tak semata berwisata. ‘’Saya sudah dua kali ke Bali. Kedatangan ke Bali kedua saya bertemu Pak Nyoman Arjawa,’’ jelas sarjana Sosial Islam ini.

Dua kali ke Bali, dia mengunjungi sejumlah objek wisata alam dan budaya, terutama seni patung, lukis, hingga pelbagai jenis kerajinan. Sebagai pemimpin di desa, Harman mengaku tak mau hanya menikmati keindahan seni budaya dan alam Bali. Dalam dua momen ke Bali itu, dirinya ingin dapat ‘ilmu’ lebih mendalam tentang pengembangan sumberdaya manusia, budaya, dan alam sebagaimana ada di Bali, khususnya di Gianyar.

‘Ilmu’ itu ingin dia kembangkan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat sekaligus memperkaya khazanah program pembangunan di desa.

‘’Kami di desa punya banyak sumber daya alam, terutama bahan baku seni dan kerajinan kayu. Alam kami juga indah, bagus. Kami ingin potensi ini berkembang seperti di Bali. Hanya saja kami tak punya tenaga ahli untuk mengembangkan potensi itu,’’ ujar ayah lima anak ini.

Dia mengaku desanya punya potensi bidang mebel  yang mesti dihiasi dengan ragam seni ukir. Selama ini banyak usaha mebel dari Pulau Jawa, bahan baku kayunya dari Sandai Kiri dan sekitar. Namun mebelnya malah dijual balik di wilayah Ketapang, termasuk di Desa Sandai Kiri.

Harman yang piawai melukis kaligrafi ini mengaku di desanya tak ada pegiat seni untuk mengelola kayu-kayu jadi barang seni. Padahal desanya punya bahan baku terutama kayu pelbagai jenis, antara lain yang terkenal yakni kayu Ulin, bambu, rotan, dan lainnya. Kampung ini juga punya Bukit Mantas dengan pemandangan menarik berlatar kebun karet, sawit, sawah, dan beberapa tambang bauksit.

Harman mengaku senang bisa bertemu Nyoman Arjawa di Bali. Selama di Bali, Harman menyaksikan langsung kemahiran Nyoman Arjawa melukis foto keluarga Harman. Lukisan memakai media kanvas, bahan cat minyak dan lukisan bahan krayon. Setahunya, Nyoman Arjawa juga piawai mengolah kayu atau bahan lain menjadi barang kerajinan. Oleh karena itu, Harman terpanggil untuk minta Nyoman Arjawa mengajar seni dan kriya kepada anak-anak sekolah di desa setempat. ‘’Lebih lanjut, saya sudah minta Pak Nyoman Arjawa untuk datang lagi ke Desa Sandai Kiri untuk pengembangan potensi seni budaya dan membuat spot wisata alam,’’ jelas kades periode 2017-2022 ini.

Arjawa mengaku, kegiatan hari pertama, dia menyosialisasikan tentang hakikat seni budaya dan pariwisata di Bali hingga membuat Bali terkenal di manca negara. Kegiatan berlangsung di Kantor Desa Sandai Kiri dan dihadiri anggota BPD dan ibu-ibu PKK. Namun waktu selama dua jam itu lebih banyak dimanfaatkan seperti work shop tentang seni.

Hari ke-2, dia mengajarkan praktek seni, dimulai pengenalan alat dan bahan, desain berupa daun dan bunga, serta media untuk seni ukir kayu.

Selanjutnya, sket media sebagai dasar teknik mengukir kayu atau benda lain. Karena tahu akan mengajarkan seni ini, Arjawa telah melengkapi perjalanannya ke pulau itu dengan membawa 3 perancak (set) pahat ukir, pengutik atau pisau ukir, kanvas, dan kertas media lukis. Lanjut hari ke-3, praktek mengukir kayu, buat desain dengan kertas. ‘’Praktik kesenian ini baik dilakukan siang sampai malam hari,’’ jelasnya.

Dia juga sempat mengajarkan seni lukis kepada guru-guru TK Desa Sandai Kiri. Selain itu, masuk ke rumah tangga penduduk untuk mengajar anyaman berbahan pandan. Selanjutnya, mengajar melukis dan menganyam untuk anak-anak. ‘’Saya memang diminta lagi ke sana untuk penataan spot wisata alam dengan dipasangi patung sejenis Ogoh-ogoh,’’ ujar mantan anggota DPRD Gianyar ini.*lsa

Komentar