nusabali

Angka Stunting di Bali Cukup Rendah, Tapi Belum Merata

20 Persen Siswa di Bali Memiliki Berat Badan Berlebih

  • www.nusabali.com-angka-stunting-di-bali-cukup-rendah-tapi-belum-merata

DENPASAR, NusaBali.com - Hari Gizi Nasional yang jatuh setiap 25 Januari pada tahun ini mengambil tema ‘Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas’. Stunting dan obesitas masih menjadi permasalahan dunia, karena itu pemahaman dan penerapan pola makan teratur dengan gizi yang seimbang sangat perlu ditingkatkan.

Di Bali sendiri, angka prevalensi stunting masih cukup baik berada di angka 10,9 persen. Bali menjadi satu-satunya provinsi yang angka stuntingnya di bawah 15 persen, sekaligus menjadi satu-satunya provinsi yang tidak mengalami masalah gizi stunting dari kriteria kesehatan masyarakatnya.

Namun di balik angka itu, ternyata terdapat kesenjangan yang cukup jauh pencapaian angka stunting pada setiap kabupaten/kota di seluruh Bali. Kabupaten dengan angka stunting terendah yakni Kabupaten Gianyar dengan angka stunting 5,1 persen berbeda jauh dengan angka stunting tertinggi di Pulau Surga, yakni di Kabupaten Karangasem dengan angka stunting 22,9 persen. 

“Bali menjadi satu-satunya provinsi yang tidak termasuk masalah kesehatan masyarakat untuk stunting. Hanya saja, yang perlu kita waspadai rentang antarkabupaten yang terlalu tinggi,” terang Ketua DPD Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) Bali, Dr I Putu Suiraoka SST MKes, Selasa (25/1/2022). 

Suiraoka mengatakan, stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dialami oleh hampir seluruh negara di dunia. Hal ini terbukti dengan ditetapkannya salah satu target SDG’s untuk mengakhiri kelaparan dan segala bentuk kekurangan gizi pada tahun 2030, sebagai bentuk komitmen berbagai negara dalam menghadapi masalah malnutrisi tersebut.

Beberapa masalah penyebab masih tingginya stunting di beberapa daerah (hasil monev lapangan) di antaranya kurangnya asupan gizi pada anak, rendahnya pendidikan orangtua, pola asuh yang salah, hingga kurangnya tenaga kesehatan terutama ahli gizi dalam pemantauan perkembangan balita. 

"Masalah sebenarnya bukan tubuh pendek. Tetapi kalau seseorang terkena stunting, proses-proses lain di dalam tubuh juga terhambat, seperti pertumbuhan otak yang berdampak pada kecerdasan,” kata Suiraoka yang juga akademisi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Denpasar. 

Di sisi lain, sejalan dengan tema Hari Gizi Nasional tahun ini, Suiraoka juga mengingatkan bahaya kelebihan berat badan (obesitas). Suiraoka menyebut ada kecenderungan peningkatan angka obesitas di Indonesia termasuk di Bali sendiri.

Sekitar 20 persen anak sekolah di Bali, dikatakan Suiraoka, telah mengalami kelebihan berat badan (obesitas). Kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang kurang tepat, diduga menjadi penyebab meningkatnya jumlah anak yang memiliki kelebihan berat badan.

“Angka tersebut lumayan tinggi, artinya memang perlu penanganan secara kesehatan masyarakat,” sebut Suiraoka. 

Suiraoka menjelaskan adanya permasalahan stunting bersamaan dengan permasalahan obesitas dikenal dengan sebutan beban ganda masalah gizi. Beban ganda masalah gizi ditandai dengan adanya masalah gizi kurang yang disertai masalah gizi berlebih.
 
Masalah gizi kurang termasuk kurus atau wasting, pendek atau stunting, dan defisiensi mikronutrien. Sementara masalah gizi berlebih termasuk berat badan berlebih atau overweight, obesitas, dan berbagai penyakit tidak menular yang berhubungan dengan diet.

Lebih jauh dijelaskan, kekurangan gizi pada anak-anak bisa mulai terjadi pada tahap sangat awal dalam hidup. Saat seorang anak menerima asupan gizi yang kurang baik saat masih dalam kandungan, tubuhnya akan ‘terprogram’ agar bisa bertahan hidup dalam kondisi gizi yang kurang. 

Akibat ‘pemrograman’ ini, apabila kelak ia hidup dalam lingkungan dengan asupan gizi yang mudah diperoleh, tubuh mereka akan sangat rentan terhadap obesitas sehingga mudah terkena penyakit tidak menular seperti diabetes dan jantung.

Untuk pencegahan stunting dan obesitas, lanjut Suiraoka, maka perlu diterapkan gizi seimbang dengan 4 pilar utama. “Pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga, menjaga berat badan ideal, mengkonsumsi makanan dengan beraneka ragam, dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat,” sebutnya.

Komentar