nusabali

Lembu Putih Antar Jenazah Ida Tjokorda Pemecutan XI

Sebelum Jenazah Dibakar, Dipersembahkan Tari Baris Ketekok Jago

  • www.nusabali.com-lembu-putih-antar-jenazah-ida-tjokorda-pemecutan-xi

DENPASAR, NusaBali
Lembu putih antar jenazah Raja Puri Pemecutan, Ida Tjokorda Pemecutan XI, 76, menuju Setra Badung di Kelurahan Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat saat upacara palebon pada Sukra Paing Matal, Jumat (21/1) siang.

Selain itu, ribuan kerabat mulai dari para moncol (tokoh/keluarga besar puri), kolega, politisi, hingga masyarakat umum mengiringi Ida Tjokorda Pemecutan XI ke peristirahatan terakhir dalam palebon menggunakan bade tumpang solas (tingkat 11) dengan tinggi 18 meter dan berat 2 ton ini.

Prosesi palebon Ida Tjokorda Pemecutan XI, tokoh masyarakat yang notabene pendiri Partai Golkar Bali, Jumat kemarin, dimulai siang sekitar pukul 12.05 Wita dari rumah duka di Puri Pemecutan, Jalan Thamrin Nomor 2 Denpasar. Prosesi pemberangkatan jenazah menuju Setra Badung yang berjarak sekitar 500 meter ke arah selatan, dimulai dengan iring-iringan ogoh-ogoh cupak, bale pamuspan, dan lembu putih.

Lembu putih tampak ditunggangi cucu ngarep (keturunan langsung) almarhum Ida Tjokorda Pemecutan XI, yakni Anak Agung Ngurah Manik, 17. Barulah di belakangnya menyusul bade tumpang solas berisi jenazah raja. Bade tersebut dinaiki putra kedua almarhum, AA Ngurah Agung Damar Negara.

Selain itu, iring-iringan diisi dengan tarian wali berupa Baris Ketekok Jago (Baris Poleng), gamelan baleganjur, dan gamelan angklung. Ada juga tim Kesenian Rodat dari Kampung Islam Kepaon, Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan.

Prosesi pengarakan bade palebon, lembu putih, dan lainnya dari rumah duka menuju Setra Badung memakan waktu hampir 1 jam, sejak pukul 12.05 Wita sampai 12.55 Wita. Padahal, jarak tempuhnya hanya 500 meter. Hal ini karena ribuan krama ikut terlibat dalam rangkaian prosesi, yang pengaturannya juga melibatkan jajaran Pemkot Denpasar. Walhasil, perjalanan iring-iringan melambat.

Bade tumpang solas yang digerakkan dengan roda oleh para penyandang (pengusung), menjadi tontonan masyarakat. Pantauan NusaBali, belasan drone juga berseliweran di udara. Puluhan drone ini dikerahkan para fotografer profesional untuk mengabadikan momen langka ini. Selama 1 jam prosesi pengarakan bade palebon menuju setra, kawasan Jalan Thamrin Denpasar dan sekitarnya praktis lumpuh total.

Sementara, begitu bade tiba di Setra Badung, prosesi selanjutnya adalah menurunkan jenazah almarhum Ida Tjokorda Pemecutan XI dari atas bade tumpang solas ke lembu putih. Prosesi pemindahan jenazah ini dilakukan kerabat puri. Jenazah yang ditempatkan dalam peti berbentuk perahu kemudian ditempatkan ke dalam lembu, untuk selanjutnya dilaksanakan proses pembakaran.

Sebelum jenazah dilakukan pebasmian atau dibakar, terlebih dulu dipersembahkan Tari Baris Ketekok Jago oleh Sekaa Baris Ketekok Jago Puri Muncan, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung. Pebasmian dilaksanakan sekitar 3 jam. Istri almarhum, Anak Agung Ayu Suryaningsih, 69, beserta putra-putri dan cucu-cucunya tampak memberikan penghormatan terakhir.

Yang menarik, di depan lembu putih berisi jenazah almarhum, para pendekar Pencak Silat Kertha Wisesa melakukan penghormatan terakhir dengan atraksi pencak silat. Para pendekar ini dikomandani oleh Ketua DPW Kertha Wisesa, AA Ngurah Gede Widiada, politisi NasDem asal Puri Peguyangan, Denpasar Utara yang notabene adik ipar dari almarhum Ida Tjokorda Pemecutan XI. Almarhum Ida Tjokorda Pemecutan XI, yang semasa walaka bernama Anak Agung Ngurah Manik Parasara, hingga saat ini masih tercatat sebagai Dewan Pembina Utama Perguruan Pencak Silat Kertha Wisesa.

Proses palebon raja yang dikoordinasikan langsung Ketua Umum Warga Ageng Pemecutan, Anak Agung Ngurah Rai Sudarma, Jumat kemarin, dipuput 5 sulinggih: Ida Pedanda Gede Ngurah Telaga, Ida Pedanda Gede Keniten, Ida Pedanda  Gede Sari Arimbawa, Ida Pedanda Gede Ngurah Geriya Tegeh, dan Ida Pedanda Buda Saraswati. Sedangkan prosesi nganyut abu jenazah di segara Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, Badung sore harinya, dipuput Ida Pedanda Made Karang.

Palebon Raja Puri Pemecutan ini bernama ‘Pratiwa Nyawa Ngasti Wedana’. Menurut pangenter pelebon kemarin, Ida Bagus Gede Pidada, Palebon Pratiwa Nyawa Ngasti Wedana merupakan pelebon yang dibuat khusus untuk mereka yang sudah bergelar Abhiseka Ratu maupun Abhiseka Wiku. Singkatnya, pelebon ini tingkat utama. “Dari beliau (Tjok Pemecutan) lebar hingga puncak pelebon, total dipuput oleh 11 sulinggih,” jelas IB Pidada.

IB Pidada menyebutkan, untuk bade digunakan bade tumpang solas dengan tinggi sekitar 18 meter dan berat hampir 2 ton. Tinggi badan bade yakni 9,70 meter dan tinggi tumpang sekitar 7,5 meter. Proses pembuatan bade ini dibatasi waktu, mengikuti arahan dari pihak Puri Pemecutan. “Pembuatan bade ini dikerjakan dalam waktu hanya 17 hari,” beber IB Pidana yang sekaligus ditunjuk jadi arsitek bade palebon Tjok Pemecutan.

Sementara, AA Ngurah Gede Widiada mewakili keluarga Puri Pemecutan, menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada masyarakat dan seluruh pihak yang sudah membantu proses palebon ini. "Kami menyampaikan matur suksma kepada seluruh masyarakat yang telah memberikan bantuan dalam prosesi palebon ini. Termasuk Pemprov Bali yang membantu dengan memfasilitasi 1.000 rapid test antigen kepada kami, sehingga prosesi tetap taat dengan Prokes," ujar Gung Widiada yang juga anggota DPRD Denpasar.

Ida Tjokorda Pemecutan XI sendiri lebar (wafat) di usia 76 tahun pada Buda Paing Krulut, Rabu, 22 Desember 2021 subuh pukul 05.30 Wita, setelah berjuang melawan sakit komplikasi. Mantan Ketua DPRD Badung dan anggota MPR di era Orde Baru ini menghembuskan napas terakhir di kediaman putranya, AA Ngurah Damar Negara, 44, di Jalan Mohamad Yamin Niti Mandala Denpasar. Tjok Pemecutan tinggal di rumah anaknya itu sejak November 2021 lalu, setelah sempat selama 29 hari dirawat inap di RSUP Sanglah, Denpasar.

Pasca meninggal, jenazah almarhum dibawa pulang ke Puri Pemecutan di Jalan Thamrin Nomor 2 Denpasar kawasan Kelurahan Pemecutan, Ke-camatan Denpasar Barat, siang harinya pukul 11.30 Wita. Penyambutan jenazah dikomandoi salah satu panglingsir Puri Agung Pemecutan, AA Ngurah Rai Sudarma.

Almarhum Tjok Pemecutan berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta AA Ayu Suryaningsih dan 4 anak (Anak Agung Ratna Ambarsari, 45, Anak Agung Ngurah Damar Negara, 44, Anak Agung Sagung Mas Indah Sari, 43, Anak Agung Ngurah Gede Kerthagama, 38), serta 12 orang cucu.

Sementara itu, palebon almarhum Tjok Pemecutan kemarin dihadiri pula anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali, AA Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi. Putra dari politisi Golkar Bali almarhum I Gusti Ketut Adiputra ini merupakan salah satu moncol Puri Pemecutan.

Menurut Gus Adhi, almarhum Tjok Pemecutan adalah sosok kharismatik, figur pemimpin yang memiliki banyak kolega. Dalam dunia politik, Tjok Pemecutan adalah seangkatan dengan ayah Gus Adhi, yakni almarhum IGK Adhiputra, saat mendirikan Sekber Golkar di Bali awal 1970-an. Bahkan, Tjok Pemecutan dan Adhiputra konsisten berada di Golkar, sejak mulai berdiri, masa jaya, hingga pasca reformasi.

"Tjok Pemecutan yang mendampingi Ketua Umum (DPP Golkar waktu itu) Akbar Tandjung kampanye keliling Bali tahun 2004. Saat itu, Golkar sedang dalam ujian berat pasca reformasi. Perjuangan dan dedikasi Tjok Pemecutan di partai patut dicontoh," ujar Gus Adhi sedusai mendampingi adik tirit almarhum, Anak Agung Ngurah Gede Parmadi, memberikan penghormatan terakhir di depan jenazah di Setra Badung, Jumat kemarin.

Gus Adhi mengatakan, Tjok Pemecutan juga seorang kritikus, baik terhadap pemerintah maupun organisasi. "Namun, kritikan Tjok Pemecutan adalah sebuah vitamin. Rasanya pahit, tetapi memberikan kesembuhan. Beliau teguh dalam berpendapat dan punya prinsip," ujar politisi Golkar asal Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini.

Sedangkan kader Golkar lainnya, AA Citra Umbara, mengatakan sosok Tjok Pemecutan adalah sang mahaguru di dunia politik. Citra Umbara sendiri mengaku dibimbing langsung oleh almarhum saat masih menjadi Ketua Pengurus Kecamatan (PK) Golkar Abiansemal, Badung tahun 1997.

"Beliau guru saya di Golkar. Kalau Ida Tjokorda mengatakan maju, saya maju. Diminta ambil pedang, ya ambil pedang. Nah, itu situasi dulu, kami banyak belajar dari Ida Tjokorda," ujar mantan Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Bali yang sempat duduk di Fraksi Golkar DPRD Badung 2004-2009 ini. * nat,ind

Komentar