nusabali

Pawai Ogoh-ogoh Diserahkan ke Desa Adat

MDA Badung : Sejumlah Desa Adat Memilih Tidak Lakukan Pawai

  • www.nusabali.com-pawai-ogoh-ogoh-diserahkan-ke-desa-adat

Alasan sejumlah desa adat tidak melaksanakan pawai ogoh-ogoh, salah satunya khawatir kasus Covid-19 kembali meningkat.

MANGUPURA, NusaBali

Pelaksanaan pawai ogoh-ogoh saat pengrupukan serangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1944, diserahkan ke masing-masing desa adat. Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Badung, menerima laporan sebagian desa adat memilih tidak melaksanakan pembuatan maupun pawai ogoh-ogoh.

Ketua MDA Kabupaten Badung AA Putu Sutarja, mengatakan pembuatan serta pawai ogoh-ogoh bisa dilakukan atau tidak merupakan keputusan dari masing-masing desa adat. “Kami di MDA Badung imbauannya sama dengan MDA Provinsi Bali,” ujarnya, Jumat (21/1).

Sutarja mengakui sudah mendapatkan laporan di beberapa kecamatan, sebagian desa adat tidak melaksanakan pawai ogoh-ogoh. “Laporan yang kami terima sejumlah desa adat tidak melaksanakan pawai ogoh-ogoh,” akunya.

Menurut Sutarja, alasan dari sejumlah desa adat tidak melaksanakan pawai ogoh-ogoh, karena khawatir tidak bisa memenuhi standarisasi protokol kesehatan (prokes) Covid-19 sesuai imbauan dari pemerintah. Di samping pula khawatir akan kembali meningkatkan kasus Covid-19. “Jadi ada kekhawatiran kembali meningkatkan kasus Covid-19 di wewidangan desa adat mereka masing-masing,” kata Sutarja yang juga Bendesa Adat Kerobokan.

Untuk di Desa Adat Kerobokan, lanjut Sutarja, juga tidak melakukan pawai ogoh-ogoh. “Sudah disepekati dengan sekaa teruna dari 50 banjar se-Desa Adat Kerobokan, kami tidak mengadakan pawai ogoh-ogoh. Sedangkan untuk kegiatan melasti, kami di Kerobokan serta di desa adat se-Kabupaten Badung, akan melaksanakan pemelastian ngubeng. Hal ini sama seperti tahun lalu,” tandasnya.

Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan Badung I Gede Eka Sudarwitha, mengatakan pembuatan dan pawai ogoh-ogoh dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1944 dapat dilakukan dengan tetap mencermati kondisi dan situasi pandemi Covid-19. “Untuk pawai ogoh-ogoh dibatasi keliling wilayah banjar adapt saja,” tegasnya.

Namun, lanjutnya, ada sejumlah desa adat di Badung yang sepakat tidak menggelar arak-arakan serta membuat ogoh-ogoh, dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Bagi yang tidak membuat ogoh-ogoh, kata Sudarwitha, bukan berarti hilang kesempatan mendapatkan bantuan dana kreativitas sebesar Rp 10 juta. Seka teruna tersebut tetap mendapatkan dana kreativitas sebesar tersebut jika mengajukan proposal ke Pemerintah Kabupaten Badung. “Nanti pengajuan proposalnya tidak dalam pembuatan ogoh-ogoh , namun dengan kegiatan lain seperti dharma shanti atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan adat, seni, agama, dan budaya Bali,” ujarnya.

Mantan Camat Petang itu pun memastikan bantuan dana kreativitas untuk sekaa teruna yang tidak membuat ogoh-ogoh tidak melanggar aturan, karena nomenklaturnya adalah dana untuk sekaa teruna dalam berkegiatan kreativitas, adat, seni, dan budaya serta agama yang bernafaskan agama Hindu. “Bantuan yang diberikan ini berdasarkan proposal yang diajukan oleh seka teruna. Jika tidak (untuk membuat ogoh-ogoh, Red) ya bisa digunakan untuk kegiatan lainnya, tergantung proposal yang mereka ajukan,” tegasnya.

Untuk proposal kegiatan, kata Sudarwitha lagi, sekaa teruna bisa mengajukan pada awal Februari 2022. “Setidaknya nanti awal Februari tahun 2022 seka teruna di Kabupaten Badung sudah boleh mengajukan proposal untuk dana kreativitas ini,” tandasnya. *asa, ind

Komentar