nusabali

PAM Tirta Sanjiwani Kehilangan Rp 1 Miliar Per Bulan

Ribuan Pelanggan Pilih Putus Sambungan Air karena Tak Mampu Bayar

  • www.nusabali.com-pam-tirta-sanjiwani-kehilangan-rp-1-miliar-per-bulan

GIANYAR, NusaBali
Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir 2 tahun sejak Maret 2020, membuat banyak pelanggan Perumda Air Minum (PAM) Tirta Sanjiwani Gianyar tidak mampu membayar air. Bahkan, ribuan pelanggan pilih putus sambungan alias berhenti langganan PAM Tirta Sanjiwani.

Akibatnya, PAM Tirta Sanjiwani kehilangan pendapatan Rp 1 miliar per bulan. Direktur Utama PAM Tirta Sanjiwani, Ir Made Sastra Kencana, mengatakan pelanggan yang tidak mampu bayar air ini bukan hanya dari kalangan rumah tangga, namun juga pelaku usaha (kategori niaga). "Ada alasan aktivitas niaga berhenti, sehingga mereka tidak bisa melakukan pembayaran, akhirnya meminta pemutusan sambungan PAM Turta Sanjiwani," ungkap Made Sastra Kencana saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya, Kantor PAM Tirta Sanjiwani Gianyar, Jumat (21/1) pagi.

Menurut Sastra Kencana, mereka yang lakukan pemutusan sambungan PAM Tirta Sanjiwani selama tahun 2021 sudah mencapai 1.287 pelanggan. Dari jumlah tersebut, yang tidak mampu bayar sebanyak 595 pelanggan. Sedangkan yang berhenti langganan dengan alasan sudah ada air desa sebanyak 267 pelanggan.

Selebihnya, kata Sastra Kencana, 231 pelanggan putus sambungan PAM Tirta Sanjiwabni dengan alasan sudah punya sumur bor, 28 pelanggan berdalih ada PAM Simas, 12 pelanggan berdalih bangkrit, ada pula berhenti berlangganan dengan alasan yang lain. Misalnya, memiliki meteran air dalam satu pekarangan rumah, lalu alasan rumah kosong, ada pula berdalih pindah tempat tinggal.

"Pemutusan sambungan PAM Tirta Sanjiwani itu terjadi hampir di semua kecamatan di Gianyar, yang didominasi pelanggan rumah tangga. Tadinya kami harapkan bisa naik dari rumah tangga menjadi golongan niaga, ternyata tidak bisa. Hampir di seluruh kecamatan pelanggan kami mengalami penurunan," keluh Sastra Kencana.

Ditanya terkait kemungkinan terjadi penurunan kepercayaan pelanggan terhadap PAM Tirta Sanjiwani, sehingga ribuan pelanggan putus sambungan air, menurut Sastra Kencana, bukan itu penyebabnya. "Ini karena daya beli menurut dan mereka punya sumber air alternatif. Ada pula beberapa pelanggan yang sudah mempunyai sambungan rumah dalam satu song, sehingga penggunaan air PAM jadi pilihan kedua," katanya.

Ribuan pelanggan yang berhenti ini, kata Sastra Kencana, sangat mempengaruhi pendapatan PAM Tirta Sanjiwani. Semula, diprediksi ada peningkatan pendapatan di masa pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Namun kenyataannya, selama tahun 2021 ribuan pelanggan meminta pemutusan sambungan.

Menurut Sastra Kencana, pendapatan PAM Tirta Sanijawani yang hilang karena diputus ribuan pelanggan ini mencapai sekitar Rp 1 miliar per bulan. Sebelum pandemi, pihaknya bisa dapatkankan pemasukan Rp 7,3 miliar per bulan. Begitu masuk pandemi, terjadi penurunan pendapatan menjadi Rp 6,3 miliar per bulan.

“Tahun ini, kita alokasikan di Rp 6,6 miliar sebulan. Pendapatan awal tahun ini saja (hingga 21 Januari 2022, Red) belum mencapai Rp 6 miliar," papar Sastra Kencana.

Penurunan pendapatan ini juga berpengaruh pada investasi PAM Tirta Sanjiwani, khususnya investasi jangka panjang pergantian pipa. Sebelum pandemi, kata dia, pihaknya bisa investasi Rp 36 miliar per tahun. Namun sekarang, cuma mampu berinvestasi Rp 12 miliar per tahun. “Jadi, kita harus memilah dan memilih investasi apa yang bisa kita lakukan dan betul-betul bisa memberikan timbal balik peningkatan pendapatan," jelas Sastra Kencana.

Karena terjadi penurusan pendapatan, PAM Tirta Sanjiwani juga terpaksa melakukan upaya efisiensi. Contoh, penggunaan listrik ditekan seminim mungkin. Untuk pemeliharaan, kalau ada pipa bocor atau rusak, diperbaiki saja, tidak sampai ganti baru. Selain itu, juga dilakukan efisensi ATK dan segala bidang lainnya.

PAM Tirta Sanjiwani juga berupaya mengejar pelanggan yang memiliki tunggakan. "Untuk bulan Januari 2022 ini saja, yang nunggak dan bulan berjalan nilainya Rp 322 juta. Yang bulan berjalan Rp 74 juta, sisanya tunggakan Rp 248 juta. Nah, ini yang dikejar sama pegawai secara door to door," terang Sastra Kencana.

Saat menemui pelanggan yang menunggak, menurut Sastra Kencana, pegawai PAM Tirta Sanjiwani melakukan pendekatan humanis. "Jadi kita edukasi terlebih dulu, beri penjelasan. Tidak langsung todong harus bayar. Akhirnya, mereka sendiri yang menyadari, sehingga kebanyakan langsung bayar saat didatangi." *nvi

Komentar