nusabali

Meski Mulai Tenar Berkat Suara Emasnya, Tak Mau Berhenti Jadi Juru Parkir

Tibortius Hamny Wijaya, Juru Parkir Pantai Legian yang Digandeng Dewi Persik Tampil di Trans TV

  • www.nusabali.com-meski-mulai-tenar-berkat-suara-emasnya-tak-mau-berhenti-jadi-juru-parkir

Tibortius Hamny Wijaya yang akrab disapa Tibor awalnya merantau dari Manggarai Barat ke Bali dengan menjadi OB di Kantor Harian Umum NusaBali, awal Oktober 1994. Pada 2001, Tibor pindah kerja jadi juru parkir di Pantai Legian.

MANGUPURA, NusaBali
Seorang juru parkir di Pantai Legian, Kecamatan Kuta, Badung, Tibortius Hamny Wijaya, 44, menjadi buah bibir setelah viral karena memiliki suara. Bahkan, man¬tan office boy (OB) di Kantor Harian Umum NusaBali ini sampai diundang pe¬dang¬dut kondang Dewi Persik dalam acara ‘Pagi-pagi Ambyar’ di Trans TV, Rabu (19/1). Kendati mulai tenar berkat suara emasnya, dia tidak mau berhenti jadi juru parkir dan banting haluan sebagai penyanyi.

Kesehariannya, Tibortius Hamny Wijaya menjalankan tugas sebagai juru parkir di Pantai Legian. Pria berusia 44 tahun yang akrab disapa Tibor ini tidak hanya mem¬berikan tiket parkir kepada pengunjung pantai seraya mengatur posisi kendaraan¬nya, namun juga kerap menghibur mereka dengan menyanyikan lagu. Nah, vi¬de¬onya menya¬nyi hibur pengunjung pantai itulah yang kemudian viral.

Saat ditemui NusaBali di Pantai Legian, Kamis (20/1) sore, Tibor mengaku sama sekali tidak menyangka dirinya akan menjadi so¬rotan masyarakat luas, apalagi sa¬m¬pai diundang tampil di stasiun TV Nasional. Menurut lajang kelahiran 10 Okto¬ber 1978 di kawasan Kecamatan Lembor, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, aksi menyanyinya itu adalah spontanitas yang sering dilakukan saat me-mberi tiket parkir kepada pengunjung.

“Saya tidak menyangka saja respons masyarakat. Tapi, saya tetap bersyukur atas kesempatan yang sudah diberikan kepada saya. Ini sebuah kebanggaan juga bagi saya,” tutur Tibor.

Meski sudah diundang tampil di Trans TV, namun Tibor mengaku masih mencintai pekerjaannya sebagai juru parkir di Pantai Legian. Dia sama sekali tidak berpikir akan banting haluan jadi penyanyi dan tinggalkan profesi sebagai juru parkir di Pa¬n¬tai Legian. Itu sebabnya, sehari usai sepulang dari Jakarta, Tibor langsung kemba¬li bekerja dan menghibur pengunjung maupun pedagang di Pantai Legian, Kamis kemarin.

“Sampai saat ini, saya masih mencintai pekerjaan saya. Dan, saya juga tetap mela¬kukan aktivitas seperti biasa. Karena untuk bekerja dan dipercaya oleh Desa Adat Legian hingga sampai saat ini, butuh waktu dan perjuangan,” papar Tibor yang kini masih ngekos di kawasan Jalan Tukad Balian Renon, Denpasar Selatan.

Tibor sendiri mengaku merantau ke Bali sejak tahun 1994 silam. Saat awal keda¬tang¬annya, dia langsung melamar pekerjaan di Harian Umum NusaBali---yang saat itu masih bernama Harian Nusa Tenggara. Di perusahaan media cetak ini, Tibor bertugas sebagai OB sejak awal Oktober 1994. Selama jadi OB di Kantor NusaBa¬li, Jalan Hayam Wuruk 110 Denpasar, Tibor dikenal sangat rajin dan tak pernah menolak jika dimintai bantuan apa pun. Itu sebabnya, dari jajaran manajemen hingga satf NusaBali suka dengan Ti¬bor. Saat itu, Tibor sudah suka kerja sambil bernyanyi-nyanyi.

Setelah selama 7 tahun kerja di Kantor NusaBali, Tibor memutuskan untuk berhen¬ti pada 2001. OB penghibur nan rajin dan periang ini kemudian mencari pekerjaan baru di kawasan Desa Legian, Kecamatan Kuta. Sat mencari kerja itu, Tibor hanya bermodalkan pergaulan. Salah satu tokoh di Legian mengajaknya untuk bertugas sebagai juru parkir.

“Saya ingat betul, saya mulai kerja sebagai juru parkir di Pantai Legian sejak bulan Juni 2001 silam. Ya, awalnya karena saya sering jalan-jalan dan tegur sapa semua orang gitu, hingga akhirnya ditawari pekerjaan juru parkir ini,” kenang Tibor, pria yatim piatu yang lahir dari lingkungan keluarga Muslim namun dibesarkan oleh Pas¬tor Katolik di NTT ini.

Menurut Tibor, dirinya bekerja sebagai staf juru parkir yang berada dalam tang¬gung jawab Desa Adat Legian. Selama hampir 21 tahun jadi juru parkir, Tibor me¬ng¬anggap Desa Legian sebagai kampung halamannya. Warganya Legian pun di¬ang¬gap sebagai keluarga besar. Hal ini karena dia diterima dan menjadi salah satu pegawai, meskipun hanya sebagai juru parkir.

“Saya ini merantau ke Bali dari Manggarai Barat, NTT dengan tujuan bekerja. Sa¬ya sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Desa Adat Legian yang sudah me¬nerima dan menganggap saya bagian dari mereka,” tutur Tibor, yang saat ini se¬dang menjalin asmara dengan seorang wanita di kampung halamnnya.

Karena bertanggung jawab kepada Desa Adat Legian, maka hasil uang parkir yang dipungut Tibor setiap harinya diserahkan ke khas desa. Baru setelah itu, untuk ga¬jinya diakumulasikan dari pemasukannya. Saat awal-awal bekerja, Tibor mendapat gaji sebesar Rp 2,1 juta per bulan. Kalau sekarang, dia digaji Rp 3 juta sebulan.

Semenatara itu, seorang pedagang yang berjualan di pintu masuk Pantai Legian, Ni Nyoman Werti, 30, mengatakan Tibor adalah sosok yang humoris dan periang. “Ji¬ka Tibor tidak kerja, serasa ada yang kurang di sini. Kita yang jualan juga jadi sepi, karena hanya Tibor yang biasa membangkitkan suasana ceria,” cerita Nyoman Wer¬ti di Pantai Legian, Kamis kemarin.

Paparan senada disampaikan Ketua LPM Legian, I Wayan Puspa Negara. Menurut Puspa Negara, keberadaan Tibor di Pantai Legian memberikan warna tersendiri. Pasalnya, Tibor memiliki kepribadian yang unik. Tibor bisa cepat bergaul dengan berbagai kalangan. “Kalau saya menilai memang orang ini sangat unik. Humoris, cepat bergaul dan juga memiliki suara bagus,” puji Puspa Negara.

Puspa Negara sendiri mengaku mengenal Tibor sejak 15 tahun silam. Kala itu, pe¬ngawasan parkir di Pantai Legian masih ditangani LPM, sehingga dia sering berte¬mu dan berinteraksi dengan Tibor. Saat beraktivitas, Tibor sering bernyanyi dan ju¬ga guyonan dengan pengunjung pantai. “Melihat Tibor saat ini viral di mana-mana, saya sangat senang dan mendukungnya,” kata Puspa Negara. *dar

Komentar