nusabali

Dilema Ogoh-Ogoh di Masa Pandemi, Kedux: Nikmati Saja Proses Berkreasinya

  • www.nusabali.com-dilema-ogoh-ogoh-di-masa-pandemi-kedux-nikmati-saja-proses-berkreasinya

DENPASAR, NusaBali.com - Ada dilema dalam banyak hati pemuda di Bali mengenai apakah sebaiknya membuat ogoh-ogoh atau tidak menyambut Hari Suci Nyepi tahun ini. Pasalnya dalam situasi pandemi seperti saat ini pawai ogoh-ogoh pada malam pengerupakan berpotensi besar menimbulkan kerumunan massa.

Surat Edaran Majelis Desa Adat Provinsi Bali Nomor: 009/SE/MDA-Prov Bali/XII/2021 tentang Pembuatan dan Pawai Ogoh Ogoh Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1944 tidak banyak membantu. Karena meskipun mendapat izin terbatas melakukan pawai ogoh-ogoh, pemuda tetap khawatir jika pada saat menjelang arak-arakan kasus Covid-19 kembali meningkat. 

Maestro ogoh-ogoh asal Banjar Tainsiat, Desa Adat Denpasar, Komang Gede Sentana Putra atau yang akrab dipanggil Kedux Garage, mengajak para pemuda untuk tidak terpaku soal pawai atau arak-arakan ogoh-ogoh pada malam pangerupukan. Kedux mengajak pemuda menikmati saja proses berkreasi membuat ogoh-ogoh.

“Kalau solusi saya, kita nikmati prosesnya. Dalam artian bisa ketemu teman-teman lagi, bisa berkreativitas bersama lagi, istilahnya berkolaborasinya, tidak satu orang saja,” ujar Kedux, Senin (17/1.2022).

Meskipun pada saatnya nanti pawai ogoh-ogoh tidak mendapat izin dari pemerintah, setidaknya, kata Kedux, selama proses pembuatan ogoh-ogoh juga bisa mendukung perputaran ekonomi masyarakat.

“Dari pembelian material, pembelian konsumsi, biasanya juga ada branding-branding UMKM yang menyumbang konsumsi ditukar dengan branding sosmed atau pasang banner, kita nikmati di sananya saja,” ucap Kedux yang juga seorang builder motor custom.

Lebih jauh Kedux mengatakan, para penonton ogoh-ogoh pada masa sekarang tidak mesti berasal dari penonton pada saat pawai di hari pengerupukan. Penikmat karya ogoh-ogoh, ujar Kedux, dengan adanya kemajuan teknologi saat ini, bisa melihat karya ogoh-ogoh masing-masing banjar melalui media sosial. 

Menurut Kedux, semakin banyak yang memberikan tanda suka (like) pada postingan ogoh-ogoh yang sedang dibuat juga memberikan satu kenikmatan tersendiri bagi yang membuat ogoh-ogoh. Selain itu masyarakat juga masih bisa datang langsung ke tempat pembuatan ogoh-ogoh, yang bisa dilihat sebagai bentuk apresiasi kepada kreativitas para pemuda.

“Buat teman-teman yang mungkin posisi banjarnya agak jauh di dalam, mungkin media sosial yang bisa membantu untuk menunjukkan karya-karya mereka, sehingga penikmatnya bisa datang ke banjar masing-masing,” kata Kedux.

“Itu kan nikmat juga, walaupun ditonton di hari-H nikmat juga,” imbuhnya.

Kedux sendiri mengaku sedang mempersiapkan konsep ogoh-ogoh yang akan dibuat oleh Banjar Tainsiat. “Pemuda Tainsiat, soal jalan atau tidaknya pawai ogoh-ogoh sudah tidak menjadi masalah lagi. Jadi tetap kita buat, tapi kita main di durasi yang agak kecil,” pungkasnya.   

Komentar