nusabali

Sekdes Belega Tewas Gantung Diri di Kantor Desa

  • www.nusabali.com-sekdes-belega-tewas-gantung-diri-di-kantor-desa

GIANYAR, NusaBali
Sekretaris Desa (Sekdes) Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, I Ketut Candra Suratana, 56, lakukan aksi ulah pati (bunuh diri).

Dia ditemukan tewas gantung diri di lantai II Kantor Desa Belega, Sabtu (15/1) pukul 12.00 Wita. Korban asal Banjar Jasri, Desa Belega ini ditemukan pertama kali oleh Perbekel Belega I Ketut Trisna Jaya,45. Korban dilihat sudah dalam keadaan gantung diri di plafon pintu dengan tali plastik warna biru. Keadaan korban leher tergantung, mulut tertutup kain warna coklat dan di sampingnya ada kursi kayu.

Sebelum ditemukan, Perbekel Trisna Jaya sedang mendampingi TP PKK Desa Belega mengikuti zoom meeting di lantai I kantor desa sejak pukul 11.00 Wita. Perbekel inisiatif mengecek lantai II setelah mendapat telepon yang menanyakan keberadaan korban karena hilang sejak pagi. Belum dapat dipastikan motif korban nekat mengakhiri hidup. Namun diduga karena alasan sakit yang diderita selama ini.

Perbekel Belega, Ketut Trisna Jaya ketika ditemui di TKP mengatakan kantor sejatinya dalam kondisi tutup. Namun karena ada zoom meeting PKK, Trisna Jaya bersama istri dan sejumlah kader PKK masuk kantor desa sekitar pukul 10.00 Wita. Mulanya, Perbekel Trisna Jaya tidak menaruh curiga. Bahkan sempat melakukan pembersihan area kantor dan membantu persiapan zoom meeting. Hingga akhirnya sekitar pukul 11.00 Wita, pihak keluarga korban menghubungi Perbekel Trisna Jaya guna menanyakan keberadaan korban.

"Saya ditelepon sama anaknya pak Candra (korban), menanyakan apakah ayahnya ada di kantor. Karena hilang sejak pagi. Saya bilang tidak ada, karena memang saya ndak melihat korban. Kantor juga tutup, hanya kegiatan PKK, tidak ada kegiatan lain," ungkapnya. Usai menerima telepon itulah, sekitar pukul 11.50 Wita, Perbekel Trisna Jaya inisiatif mengecek ke lantai II. Betapa kagetnya, Trisna Jaya melihat sendiri Sekdes-nya gantung diri pada kusen pintu.

"Saya naik tangga, begitu hampir sampai tinggal tiga langkah lagi, saya sudah lihat sosok tubuh korban tergantung. Saya spontan menjerit langsung turun," ungkap Perbekel asal Banjar Jasri ini. Begitu turun dan memberitahu kejadian tragis tersebut, ibu PKK pun ikut kaget dan zoom meeting sempat berhamburan. "Tapi saya minta agar ibu-ibu tetap tenang dan melanjutkan zoom meeting, sementara saya mengontak Babinsa, Babhinkamtibmas, Puskesmas, Polsek Blahbatuh dan Bendesa. Selanjutnya kita bersama-sama melakukan pengecekan," jelasnya.

Menurut Perbekel, pemeriksaan medis terhadap korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Korban diperkirakan meninggal sekitar 6 jam sebelum ditemukan. Mengenai motif korban nekat mengakhiri hidup, Trisna Jaya tidak mengetahui secara pasti. Sebab selama ini korban dikenal sebagai Sekdes yang bekerja sesuai aturan. Trisna Jaya juga mengaku tidak ada firasat sama sekali.

"Kemarin tampak biasa. Sampai jam 3 sore saya ajak mediasi masalah di kantor desa. Bahkan ada video dokumentasinya, beliau sesekali ikut tertawa ketika ada yang lucu kami bahas. Perilaku sehari-hari juga biasa, tidak ada gerak gerik mencurigakan," kenangnya. Sepengetahuan Trisna Jaya, korban sudah bekerja di kantor Desa Belega sejak 20-an tahun. "Beliau senior tiyang. Semasih saya sebagai Kepala Dusun beliau sudah menjabat Kaur Perencanaan. Tentu kami merasa sangat kehilangan," ujarnya.

Trisna Jaya memastikan tidak ada masalah dengan pekerjaan korban di kantor desa. Termasuk permasalahan pribadi dengan perangkat desa. "Saya pastikan tidak ada masalah di kantor," ujar Trisna Jaya. Sementara terkait posisi Sekdes pasca korban gantung diri, Trisna Jaya mengatakan akan meminta petunjuk Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Gianyar.

Jenazah korban pasca kejadian sudah dibawa ke rumah duka yang jaraknya sekitar 100 meter selatan Kantor Desa Belega. Jenazah korban diantar menggunakan mobil Expander operasional desa. Menurut sepupu korban, Nyoman Agus Widiana, 46, saat ditemui di rumah duka, korban selama ini dikenal tidak ada memiliki masalah di lingkungan rumah tangga. Hanya saja, korban sempat beberapa kali mengobati penyakit vertigo, asam lambung dan mengecek kesehatan jantung ke dokter maupun rumah sakit.

Sebelum ditemukan gantung diri, korban diketahui hilang dari rumah sejak pukul 06.00 Wita.

Ketika seperti biasa seisi rumah yang terdiri dari 4 KK mulai bangun tidur, termasuk korban, biasanya sudah beraktivitas meskipun hari libur. Namun tumben kali ini korban belum keluar dari kamar tidur. "Awalnya keluarga ndak curiga sama sekali. Anaknya mengira korban masih tidur, mungkin karena hari libur. Jadi dibiarkan saja, agak siang rencana dibangunin," jelasnya. Keluarga tidak curiga karena sandal korban masih ada di luar kamar.

Namun hingga pukul 07.30 Wita, korban belum juga muncul sehingga keluarga mengecek ke kamar. "Biasanya meski libur, jam segitu sudah bangun. Kadang ngabas (nebas) rumput bersih-bersih," kenangnya. Benar saja, begitu dicek dalam kamar ternyata kosong. Hanya ada handphone korban. "Ternyata sudah kosong, HP masih tertinggal. Sepatu olahraga hilang, sandal masih. Motor yang biasa dibawa masih di rumah. Jadi keluarga masih sempat mengira kalau dia jalan-jalan pagi. Jadi ditunggu lagi, masih santai kita," ungkapnya.

Namun begitu waktu menunjukkan Pukul 09.00 Wita, korban belum juga nampak sehingga keluarga mulai khawatir. "Kalau dia lari pagi, setelah pukul 09.00 Wita semestinya sudah pulang, ternyata belum. Barulah kita cek beberapa teman. Mungkin ada singgah, tapi dari temen dekat semua bilang ndak tau. Sampai Perbekel ditelepon, katanya gak ada kegiatan di kantor," terang Nyoman Agus Widiana yang juga Kelian Adat Banjar Jasri ini.

Saat itulah keluarga semakin khawatir dan melakukan pencarian ke sekitar rumah. Bahkan sampai dilakukan penyusuran sungai dengan rumah namun juga tidak ada.

"Sampai akhirnya sekitar pukul 11.30 Wita, kami ditelepon oleh Perbekel diminta untuk datang ke kantor desa. Tolong ke kantor jebos (sebentar), saya kira ada rapat atau apa. Ternyata sampai sana baru dikasih info bahwa sepupu saya ini gantung diri di lantai II, semua keluarga langsung syok kaget begitu tiba-tiba," ungkapnya.

Keluarga merasa sangat kehilangan karena selama ini korban dikenal baik-baik saja. "Tidak ada masalah di rumah, sama istri, anak, menantu ndak ada masalah. Cuman, dua Minggu lalu sempat sakit muntah panas. Cek dokter katanya asam lambung tinggi sama vertigo. Tiga bulan lalu juga pernah ke UGD sendiri, karena merasa drop. Punya kolesterol dan diabet," jelas Agus Widiana.

Meski syok, keluarga mencoba ikhlas. Jenazah kemarin disemayamkan di rumah duka untuk selanjutnya dilakukan prosesi mapendem di Setra Adat Belega sekitar pukul 16.00 Wita. Korban Ketut Candra Suratana meninggalkan seorang istri Ni Luh Niati, 50, dua orang anak laki-laki dan perempuan, seorang menantu dan seorang cucu masih bayi. *nvi

Komentar