nusabali

Mahasiswa Seni Rupa Undiksha Hadirkan Pameran Visualisasi Makhluk Mitologi

  • www.nusabali.com-mahasiswa-seni-rupa-undiksha-hadirkan-pameran-visualisasi-makhluk-mitologi

SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Buleleng, menggelar pameran bersama bertajuk Artifact, Senin (3/1), di ruang pameran Fakultas Bahasa dan Seni Undiksha, Singaraja.

Pameran yang merupakan tugas akhir (TA) ini menghadirkan bentuk visualisasi tentang makhluk mitologi di Bali. Tema besar makhluk mitologi dijabarkan dalam beberapa sub tema, yang kemudian dituangkan dalam karya rupa.

Salah seorang mahasiswa, I Dewa Putu Mahesatya Kencana memamerkan patung visualisasi lima wujud makhluk astral dari bahan material serbuk paras dari Desa Sangsit, Kecamatan Sawan. Makhluk mitologi yang dihadirkan yakni Aji Pengiwa Camra Berag, Garuda Mas, Nyejek Mupu, Rerajahan, serta Taru Pula dari lontar Taru Pramana. Dewa Mahesatya mengaku memvisualisasikan wujud makhluk-makhluk tersebut dari imajinasi sendiri.

“Dalam dunia magis, Bali juga memiliki banyak makhluk supranatural, serta beragam. Baik dari makhluk halus maupun mitologi. Di sini pada studi khusus TA Seni Patung, saya memilih konsep tersebut, sebagai karya yang memang merupakan ketertarikan saya dalam hal-hal yang berbau mistik atau pun bernuansa horor,” tutur Dewa Mahesatya.

Dewa Mahesatya membeberkan masing-masing sub tema dari konsep besar karya seni patungnya. Secara garis besar, karyanya mengacu pada konsep makhluk mitologi Bali. Dirinya meyakini keberadaan makhluk-makhluk itu. “Nyejek Mupu itu inspirasinya dari makhluk astral di Bali yang disebut ancangan setra. Sementara taru pramana itu saya ambil lebih spesifik lagi seperti pohon pule yang dikenal pingit atau angker,” bebernya.

Mahasiswa lainnya, Ngakan Adi Parwata menghadirkan lukisan lontar yang disebut prasi dengan konsep Soroh Pra Bali. Lukisan tersebut terbagi dalam lima bagian dan masing-masing prasi memiliki kisahnya sendiri. Ngakan Adi menjelaskan, karya tersebut merupakan interpretasi kehidupan pra Bali.

Konsep yang pertama diilustrasikan dengan gambar meru tumpang tiga, yang berarti tempat pemujaan leluhur yang dilakukan keluarganya di meru tumpang tiga. Selanjutnya, menggambarkan palinggih khusus yang merupakan penghargaan untuk warga pra Bali. Gambar-gambar di prasi tersebut awalnya disketsa dalam sebuah kertas. Yang ketiga, menceritakan kehidupan keturunan pra Bali, yang memiliki tugas mengemong palinggih di Pura Batukau.

Keempat, diilustrasikan dengan tokoh pewayangan dengan tema melepas tahta. Mengisahkan peperangan antara pejabat-pejabat tinggi pada zaman kerajaan Bali kuno sebelum Majapahit. Dan yang terakhir, menggambarkan tokoh patih yang mengabdi kepada rajanya, dan rela berperang demi kesejahteraan rakyatnya.

Kata Ngakan Adi, narasi kisah tersebut diambil dari kampung halamannya di kaki Batukaru, Tabanan. Seluruhnya dibuat dalam kurun waktu dua pekan. “Gambar dalam prasi ini dari imajinasi saya sendiri. Proses pembuatannya sekitar dua mingguan, karyanya dikerjakan sambil proses riset,” kata Ngakan Adi. *mz

Komentar