nusabali

Tahun 2021 Masih Menyisakan Benih Instabilitas

  • www.nusabali.com-tahun-2021-masih-menyisakan-benih-instabilitas

JAKARTA, NusaBali
Tahun 2021 segera berakhir. Ketua MPR RI Bambang Soesatyo memiliki catatan akhir tahun 2021 di bidang politik, hukum dan keamanan (Polhukam).

Menurut politisi yang biasa disapa Bamsoet ini, tahun 2021 masih menyisakan benih instabilitas. "Beragam masalah di Polhukam sepanjang tahun 2021 telah direspons dengan bijaksana dan efektif, sehingga stabilitas nasional di masa pandemi tetap terjaga dan kondusif. Namun, tahun 2021 masih menyisakan masalah berupa benih-benih instabilitas yang wajib diwaspadai pada tahun 2022 mendatang," ujar Bamsoet dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/12).

Benih-benih instabilitas, antara lain peristiwa ledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada 28 Maret 2021. Kasus itu menonjol, karena mengundang perhatian komunitas internasional. Ledakan bom menyebabkan dua pelakunya tewas, sementara sekitar 20 orang lainnya terluka.

Pihak berwajib mengidentifikasi pelaku sebagai anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Lalu pekan ketiga Mei 2021, polisi menyatakan bahwa sebanyak  53 terduga teroris menjadi tersangka dalam kasus ledakan bom tersebut. Menyusul peristiwa ini, pihak berwajib memperluas area investigasi yang berlanjut hingga jelang akhir 2021.

"Kinerja Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-teror Polri yang dipublikasikan selama bulan-bulan terakhir 2021 ini memberi gambaran sekaligus peringatan kepada semua elemen masyarakat, bahwa  benih kelompok-kelompok yang coba menciptakan instabilitas itu masih eksis. Karena itu, tetap masih harus diwaspadai sepanjang tahun mendatang," ucap Bamsoet.

Bamsoet menjelaskan, benih instabilitas masih berlanjut asumsinya dengan memaknai kinerja dari Densus 88 Anti-teror Polri. Hingga penghujung 2021, Densus 88 Antiteror telah menangkap 370 orang terduga teroris. Jumlah ini lebih besar dibanding jumlah tangkapan tahun 2020, yaitu 232 orang. Selain itu, dalam operasi pencegahan di Lampung, Densus 88 menyita sedikitnya 2.000 kotak amal.  Data ini memberi gambaran bahwa upaya pencegahan makin intens dan efektif. Namun, tangkapan itu bukan berarti persoalan sudah selesai.

Sebab, mereka yang sudah ditangkap adalah anggota dari sejumlah jaringan kelompok atau sel teroris. Berarti, lanjut pria dari Fraksi Golkar ini, masih ada anggota jaringan yang belum tertangkap. Mereka merupakan ancaman nyata bagi kehidupan masyarakat. "Densus 88 anti-teror dipastikan terus bekerja. Sementara kepedulian serta kewaspadaan masyarakat sangat diharapkan. Semua potensi ancaman harus diminimalisir. Kewaspadaan juga harus ditingkatkan sejak dini, karena pada tahun mendatang, Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi G20," papar Bamsoet. *k22

Komentar