nusabali

Konsisten Gunakan Dekorasi Ala Bali

Persiapan Natal di GKPB Sabda Bayu Singaraja

  • www.nusabali.com-konsisten-gunakan-dekorasi-ala-bali

SINGARAJA, NusaBali
Sekelompok ibu-ibu yang melantai di depan pintu masuk Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Sabda Bayu Singaraja, Jalan Gatot Kaca, Kelurahan Banjar Tegal, Kecamatan/Kabupaten Buleleng nampak sibuk dengan daun lontar.

Mereka sedang menyiapkan dekorasi untuk perayaan Natal. Daun-daun lontar tersebut dibentuk menjadi paku pipid, kolong-kolong hingga hiasan penjor pancasila, khas Bali.

Secara kasat mata, GKPB Sabda Bayu Singaraja juga sangat kental dengan nuansa budaya Bali. Bangunan gerejanya di beberapa sisi dihias dengan ukiran Bali. Bahkan di depan altar nampak seperti di bingkai ukiran khas Bali.

Pengurus gereja Pendeta Putu Yosea Yogiartha ditemui disela-sela kesibukannya, Kamis (23/12) kemarin menjelaskan, GKPB Sabda Bayu Singaraja dibangun bertahap dari tahun 1968. Bangunan gereja pun baru diresmikan pada tahun 1995 oleh Bupati Buleleng masa itu Drs Ketut Wirata Sindhu.

Sejak awal didirikan, jemaat setempat merayakan Natal yang tak lepas dengan budaya Bali. Sejumlah budaya Bali terutama dari dekorasi diadopsi dan digunakan dalam perayaan Natal. “Kami gereja Bali memang basicnya dari Bali. Bahkan saya sendiri orang Bali. Spiritnya tetap Bali, meski agama kami Kristen tidak menghilangkan konsep budaya Bali,” ungkap Pendeta Yosea.

Bahkan konsep bangunan gereja dijelaskan Yosea juga mengadopsi bangunan Bale Banjar di Bali. GKPB Sabda Bayu Singaraja, pada awal dibangun persis menyerupai bangunan bale banjar. Hanya ada tiang-tiang penyangga besar dan tinggi ditutupi atap. Sedangkan sisi kiri kanan, depan belakangnya dibiarkan terbuka tidak berdinding. Hanya saja, karena perkembangan zaman dan permukiman di sebelahnya semakin padat dan berbatasan langsung dengan jalan umum, pengurus gereja akhirnya menambahkan dinding.

“Memang dari dulu konsep akulturasi budaya Bali tetap dilestarikan. Banyak juga keluarga jemaat dari luar Bali yang bergabung di sini, tetapi mereka tidak keberatan dan mereka paham kami berupaya melestarikan budaya Bali,” jelas dia.

Selain dekorasi ala budaya Bali, yang menarik perhatian, GKPB Sabda Bayu juga konsisten menggunakan pohon yang terbuat dari botol bekas plastik sebagai pohon natal. Meskipun pada perayaan tahun ini ada dua pohon Natal yang sudah dihias. Satu pohon Natal dari botol plastik bekas, satu lagi dari pohon cemara. Yosea menjelaskan, pohon natal berbahan botol plastik bekas itu disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

Menurutnya pada umumnya Natal identik dengan pohon cemara yang mengadopsi tradisi Eropa. Karena saat Natal di sana hanya pohon cemara yang bisa hidup. Cemara melambangkan kehidupan dan hiasannya melambangkan suka cita. “Sedangkan konteks di Indonesia kami menerjemahkannya dengan bahan botol plastik bekas. Berusaha tidak menambah sampah, harapan bumi kita semakin baik. Selain mengedukasi anak-anak juga, bahan yang tidak terpakai bisa diolah dan bermanfaat,” kata Yosea yang juga Ketua Musyawarah Pelayanan Umat Kristiani (MPUK) Buleleng ini.

Sementara itu dalam perayaan Natal masa pandemi Covid-19 ke dua kalinya, GKPB Sabda Bayu Singaraja, tidak melaksanakan perayaan natal seperti sebelum pandemi. Pengurus gereja merancang acara yang lebih pada aksi nyata dan sosial. Seperti kegiatan kerja bakti di Bale Banjar dan pantai.

Panitia natal juga disebutnya akan merayakan Natal dengan membagikan sekitar 30 paket sembako kepada orang yang membutuhkan. Namun jauh sebelumnya juga dilakukan akses sosial pembanguann kamar mandi dan WC kepada warga yang membutuhkan.

“Panitia sudah mengatur semuanya untuk perayaan Natal pada masa pandemi. Termasuk menyeting ruang ibadah. Kursi satu deret yang biasanya diisi 6 orang sekarang maksimal 3, belakangnya 2, begitu seterusnya, sesuai prokes,” tutur dia.

Perayaan Natal di tahun kedua pandemi tak dipungkiri Pendeta Yosea ada kerinduan jemaat merayakannya dengan berkumpul bersama. Terlebih manusia merupakan mahluk sosial dan kekerabatan bangsa Indonesia salah satunya tercermin dari senangnya orang berkumpul. Hanya saja dengan kondisi pandemi yang mendunia, Yosea mengatakan tetap bersyukur karena masih diberikan umur panjang. Mereka pun siap mendukung pemerintah dengan melakukan aturan yang berlaku, sehingga tak memicu munculnya klaster Covid-19 baru. *k23

Komentar