nusabali

Tari Topeng Iringi Palebon Maestro Topeng Tugek

  • www.nusabali.com-tari-topeng-iringi-palebon-maestro-topeng-tugek

MANGUPURA,NusaBali
Upacara palebon maestro seniman Topeng Tugek Carangsari, I Gusti Ngurah Windia, 75, dilaksanakan di Setra Bebalang Desa Adat Carangsari, Kecamatan Petang, Badung pada Wraspati Pon Krulut, Kamis (23/12) siang.

Upacara untuk mengantar almarhum ke peristirahatan terakhir kemarin, diiringi pula dengan penampilan tari baris, tari topeng, dan tabuh baleganjur. Pantauan NusaBali, persiapan keberangkatan layon sang maestro ke Setra Bebalang Desa Adat Carangsari dimulai sejak pagi. Namun, baru siang sekitar pukul 11.50 Wita layon almarhum dikeluarkan dari rumah duka di Banjar Pemijian, Desa Carangsari menuju bade yang akan mengantarkan ke setra. Pada saat bersamaan, para penari baris dan topeng dengan berbagai macam karakter juga keluar dari rumah duka dan bersiap mengiringi menuju setra. Sedangkan dua barung gambelan baleganjur saling bersahutan di sepanjang perjalanan menuju setra.

Sesampainya di setra, para penari baris langsung menari di depan bade berisi layon IGN Windia. Saat layon siap untuk diaben, para penari topeng kemudian mulai pentas dengan berbagai karakter, mulai dari karakter lingsir, lucu, bongol, hingga bibir sumbing. Sembari menari mendekati bade, mereka melantunkan tembang karya almarhum ‘Manyelonte tindakane tayung-tayung. Nilotama peliatne tunjung biru’. Tembang ini dulunya terkenal mengiringi Topeng Tugek Carangsari di setiap pentas.

Para seniman topeng itu pun berjanji untuk meneruskan perjuangan merawat kesenian Bali. Penghormatan ini membuat pihak keluarga sang maestro terharu. Anak bungsu almarhum, I Gusti Ngurah Artawan, mengatakan penampilan tari topeng ini merupakan apresiasi yang tulus dari para seniman dalam mengantar kepergian almarhum menuju sunia loka.

“Yang paling berkesan adalah adanya apresiasi para seniman dari Badung maupun seluruh Bali. Mereka menari topeng, menggunakan seperangkat pakaian topeng dan sama-sama memberikan doa terbaik untuk ayah kami,” ujar IGN Artawan kepada NusaBali.

Artawan menjelaskan, prosesi palebon ayahnya diawali dengan ritual nyiramang layon (memandikan jenazah) pada Radite Wage Krulur, Minggu (19/12). Kemudian, prosesi ngaskara digelar pada Buda Paing Krulut, Rabu (22/12). Menurut Artawan, mulai dari nyiramang layon hingga ngaskara, berlangsung tarian, gambelan, dan balih-balihan di rumah duka sebagai apresiasi dari seniman. Sementara, upacara memukur atau nyekah akan dilaksanakan pada Sukra Umanis Merakih, Jumat (31/12) depan.

Sang maestro Topeng Tugek Carangsari, IGN Windia, sebelumnya meninggal dunia dalam perawatan di RSD Mangusada, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, Minggu (12/12) malam pukul 22.45 Wita, akibat komplikasi kadar gula tinggi, paru-paru, dan penurunan fungsi ginjal. Sang maestro berusia 75 tahun ini awalnya dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya drop sehari setelah pentas topeng terakhir, 3 Desember 2021 lalu.

Almarhum IGN Windia berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Desak Ayu Suriati dan empat orang anak: I Gusti Ayu Putri, I Gusti Ayu Sari, I Gusti Ngurah Putra, dan I Gusti Ngurah Artawan, serta 12 orang cucu. Dari empat anak yang ditinggalkan sang maestro Topeng Tugek Carangsari kelahiran 31 Desember 1946 ini, hanya IGN Artawan dan IGA Putri yang masih meneruskan darah seni almarhum.

Sebagai penerus berkesenian, Artawan memandang almarhum ayahnya sebagai sosok yang istimewa dan terbaik. Sosok IGN Windia juga menjadi inspirasi bagi para seniman lainnya. Menurut Artawan, almarhum merupakan sosok yang totalitas dalam pengabdian di bidang seni.

“Sejak kecil saya sudah melihat aktivitas ayah, bahkan diajak pentas keliling. Sehingga saya lama-lama bisa menyerap dan memahami bagaimana style Topeng Tugek Carangsari. Setelah kepergian beliau, saya akan berusaha melestarikan Topeng Tugek Carangsari ini,” papar Artawan. Menariknya, Artawan mengaku belum pernah sama sekali memerankan Topeng Tugek Carangsari, karena dia amat menghormati kebesaran sang ayah.

“Sepanjang beliau masih hidup dan sepanjang saya menjadi penari, saya tidak pernah mementaskan dan memerankan sebagai Topeng Tugek Carangsari. Karena menurut saya, jika itu saya ambil, taksunya tidak bisa kita geser. Sekarang beliau sudah tiada, mungkin saya akan coba memerankan Topeng Tugek ini,” janjinya.

Karakter Topeng Tugek Carangsari sendiri menggambarkan karakter seorang wanita biasa yang diberi panggilan Tugek, namun lucu dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Biasanya, Tugek tampil bersama dua karakter lainnya yakni si gigi sumbing dan si bongol (tuli). Yang menjadi daya tarik dari karakter Tugek adalah kreativitas dan kejenakaannya. Kemampuannya melucu namun mengedukasi, menjadi nilai tambah mengapa nama Topeng Tugek Carangsari melegenda. *ind

Komentar