nusabali

Tak Punya Jaminan Kesehatan, Keluarga Korban Longsor Bingung Biaya RS

  • www.nusabali.com-tak-punya-jaminan-kesehatan-keluarga-korban-longsor-bingung-biaya-rs

Bencana tanah longsor yang menimpa tiga desa di kawasan Kecamatan Kintamani, Bangli, Jumat (9/2), menyisakan trauma.

Pimpinan DPRD Bali Desak Gubernur Kerahkan Dana Bencana


DENPASAR, NusaBali
Salah seorang korban, I Wayan Selang, 19, asal Desa Sukawana, Kintamani yang alami patah tulang dalam bencana longsor itu, hingga harus dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar.

Selang yang dirujuk sejak Jumat (10/2) sore, ditemani kakak kandungnya, Ketut Arya, 22, hingga kini belum bisa banyak bergerak. Dia hanya mampu menggerakkan dua tangannya, juga terkadang menggerakkan kepalanya.

Tatapan mata Selang kosong. Beberapa saat kemudian air matanya berlinang, seolah sedang mengingat kejadian yang menimpanya waktu itu. Dia pun sesekali memalingkan wajah, karena tak mampu menyembunyikan air mata.

Anak kelima dari enam bersaudara itu tak pernah menyangka akan mengalami peristiwa seperti ini. Peristiwa mengerikan, dimana saat terbangun kayu dan genteng telah menindih bagian perut hingga kakinya. “Waktu itu saya masih tidur, tiba-tiba kayu dan genteng sudah ada di depan mata,” kenang Selang saat ditemui di ruang bedah IGD RSUP Sanglah, Sabtu (11/2) pagi.

Karena kejadian itu, bagian perut hingga kakinya tak bisa digerakkan hingga kini. Sebelum dirujuk ke RSUP Sanglah, Selang sempat ditangani di RSUD Bangli. “Kata dokter di sana (RSUD Bangli), sepertinya adik saya patah tulang. Karena itu dirujuk ke sini (RSUP Sanglah). Tapi di sini saya tidak tahu apakah akan dioperasi atau tidak,” tutur kakak Selang, Ketut Arya, yang mendampingi korban.

Arya menuturkan, adiknya sampai saat ini masih dilakukan observasi, belum ada tindakan khusus. Terlihat, pasien memang sudah diberikan obat dan dipasangi infus. Namun apakah akan dioperasi, dia belum mendapat kepastian dari pihak RS. “Tiyang nak ten nawang napi. Lakar operasine napi ten niki. (Saya tidak tahu apa-apa. Apakah ini akan dioperasi atau tidak),” ucapnya.

Selama mendampingi adiknya dirawat, Ketut Arya juga kebingungan memikirkan soal biaya perawatan. Sebab selama ini dia dan keluarganya belum memiliki jaminan kesehatan. Dia mengaku tim medis RSUP Sanglah sempat beberapa kali menanyakan kartu jaminan atau tanda pengenal yang lainnya.

“Ten ngelah (jaminan kesehatan). Napi angge? Makejang barang-barange sampun ten kari. Umah tiyang mase ampun kenten keadaane. (Tidak punya. Apa yang bisa dipakai? Semua barang-barang sudah tidak ada. Rumah saya juga sudah seperti itu keadaannya,” ucapnya, pilu.

Sementara Kasubbag Humas RSUP Sanglah dr Kadek Nariyantha, mengatakan, pasien diduga mengalami fraktur kompresi dan direncanakan untuk opname. Sedangkan hingga kini masih dilakukan tindakan observasi. Pihaknya membantah timnya tidak melakukan tindakan karena pasien tidak memiliki kartu jaminan kesehatan.

“Tim kami sedang melakukan observasi untuk persiapan tindakan. Sambil diobservasi, sambil dipersiapkan tindakan yang akan dilakukan,” ujarnya.

Ketut Arya bingung, karena sama sekali tidak memiliki jaminan kesehatan. Apalagi saat ini dia hanya bekerja sebagai sopir angkutan galian C. Ayahnya, I Made Kawi, 50, telah meninggal dunia dalam peristiwa itu. Dia pun kini menjadi tulang punggung keluarganya. “Saya kerja nyopir. Jarang di rumah. Keluarga yang lain biasanya bertani jeruk, Juli ini mulai menanam. Bapak sudah rabun, penglihatannya kabur. Sekarang bapak sudah tiada,” kata Arya mengenang almarhum.

Hingga kemarin belum ada tanda-tanda dari pihak pemerintah menjenguk keadaan Selang. Namun beruntungnya ada salah satu yayasan yang membantu korban bencana ini sejak Jumat malam.

Ketut Arya bersaudara 6 orang. Tiga kakaknya sudah tidak tinggal serumah, sedangkan dia bersama orangtua, dua adik laki-laki, satu ipar perempuan, dan satu bayi berusia dua bulan, masih tinggal satu atap di rumah yang tertimpa bencana di Desa Sukawana, Kintamani.

Saat peristiwa bencana longsor terjadi, hanya empat keluarganya yang tinggal di rumah. Ayahnya, I Wayan Kawi meninggal dunia, sedangkan ibunya, Wayan Swari, 50, mengalami luka di bagian wajah, serta kedua lengan. Sementara adik kandungnya, Wayan Selang, alami patah tulang dan keponakannya yang masih bayi berusia dua bulan, alami lecet di dahi dan kini masih dirawat RSUD Bangli.

“Waktu kejadian cuma empat orang di rumah. Saya pas lagi nyopir. Keponakan saya, dititipkan oleh orangtuanya karena bekerja. Saya tidak menyangka akan begini,” katanya, lirih.

Ketut Arya mengaku sempat mendapat firasat, ada perasaan tidak enak saat hujan lebat disertai angin kencang mengguyur desanya selama tiga hari. Saat itu, dia sudah menyarankan ayahnya untuk pindah sementara di rumah keluarga di desa sebelah. “Bapak menolak saat saya ajak pindah karena ingin berkumpul sama keluarga di rumah sendiri. Saya sudah merasa tidak enak, dan ternyata ada kejadian seperti ini," tuturnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Bali I Nyoman adi Wiryatama mendesak Pemprov Bali kucurkan dana bencana untuk membantu para korban dan membenahi fasilitas umum yang rusak.

Adi Wiryatama menyebutkan, membantu korban bencana alam saat ini dengan dana bencana yang sifatnya kejadian luar biasa, diperbolehkan dalam aturan dan perundang-undangan. “Kan itu tidak perlu dibahas ruwet lagi antara dewan dan eksekutif. Karena sudah setiap tahun dianggarkan sebagai dana taktis yang bernomenklatur dana bencana. Kami desak Pemprov Bali, dalam hal ini saudara Gubernur, supaya mengucurkan dana bencana ini untuk rakyat di daerah secepatnya,” ujar Adi Wiryatama di Denpasar, Sabtu (11/2).

Politisi senior PDIP ini menegaskan dalam kondisi wilayah Bali Utara porakporanda akibat bencana alam, tidak mungkinlah hanya mengandalkan teman-teman di kabupaten (bupati). Apalagi dengan anggaran yang terbatas. “Ini duka dan musibah kita semua. Jelek melah (baik buruk) kita tanggung bersama. Mereka saudara-saudara kita,” tandas mantan Bupati Tabanan dua periode ini.

Adi Wiryatama menegaskan perbaikan infrastruktur supaya lebih diutamakan. “Saya harap semua peduli. Pemerintah lebih cepat melakukan perbaikan infrastruktur di wilayah bencana alam. Karena infrastruktur ini penting dan vital. Seperti di kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli, ada jembatan penghubung desa terputus, itu diprioritaskan,” ucapnya.

Adi Wiryatama akan menggelar rapat kerja dengan jajaran untuk mengawal proses bantuan penanganan bencana alam ini oleh pemerintah. “Di masing-masing kabupaten ada wakil rakyat yang mewakili dapilnya. Mereka ini akan kami ajak ke lapangan untuk membantu warga. Yang jelas sekarang pemerintah Bali bantu dengan dana bencana yang ada koordinasi dengan kabupaten dan kota,” kata mantan Sekretaris DPD PDIP Bali ini.   

Atas kondisi ini Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta dikonfirmasi secara terpisah usai rapat koordinasi dengan jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Sabtu sore kemarin, mengatakan Pemprov Bali sudah mengerahkan bantuan kepada korban yang sifatnya darurat terlebih dulu. “Kami serahkan yang sifatnya darurat terlebih dahulu, seperti sembako dan santuan kepada korban. Saya sudah serahkan dengan koordinasi bersama kabupaten dan kota. Kalau dana bencana untuk perbaikan infrastruktur itu kami sedang bahas mekanismenya,” ujar Sudikerta.

Menurutnya dana bencana memang bisa dicairkan tanpa harus melalui pembahasan panjang lagi karena sudah dipasang di APBD setiap tahun anggaran. Yang diprioritaskan dulu adalah wilayah Bedugul, Baturiti, Tabanan dan Kintamani, Bangli.

“Kan kita harus hitung kebutuhan dan titik- titik yang perlu dibantu. Tim bencana daerah sudah mengeceknya ke lapangan. Mungkin satu atau dua hari ini ada keputusan yang mana saja akan kami bantu. Kami prioritas yang parah dulu,” kata politisi senior Golkar Bali asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, ini.

Sudikerta telah mengunjungi korban longsor Desa Songan, Kintamani Bangli, Jumat (10/2). Begitu tiba di lokasi, Sudikerta langsung menemui sejumlah warga korban bencana yang sudah dikumpulkan di posko yang dibuat oleh BPBD.

Kepada warga yang menjadi korban tanah longsor, Sudikerta menyampaikan duka cita mendalam dan berharap mereka tabah menghadapi cobaan ini. Selain menyampaikan duka cita mendalam atas jatuhnya korban jiwa, Sudikerta juga mengimbau agar warga yang tinggal di daerah rawan longsor, untuk sementara waktu mengungsi ke daerah yang aman.

Sudikerta juga minta jajaran BPBD Provinsi Bali bekerjasama dengan BPBD Kabupaten Bangli melaksanakan tugas dengan optimal untuk membantu warga korban longsor.

Selain BPBD, tim dari Dinas Kesehatan dan PMI tetap di lokasi untuk menangani kondisi korban. * in, nat

Komentar