nusabali

Cabai dan Minyak Goreng Picu Inflasi Buleleng

Pergerakan Ekonomi Membaik Per Oktober

  • www.nusabali.com-cabai-dan-minyak-goreng-picu-inflasi-buleleng

SINGARAJA, NusaBali
Kenaikan harga cabai dan minyak goreng yang berfluktuasi di tahun ini, menjadi salah satu pemicu inflasi Buleleng.

Namun pertumbuhan ekonomi hingga akhir Oktober 2021 ini diklaim menunjukkan pergerakan ke arah positif. Kondisi perekonomian masyarakat Buleleng pun secara umum sudah membaik. Data Bagian Ekonomi dan Pembangunan Setda Buleleng mencatat hingga akhir Oktober ini Buleleng mengalami inflasi 0,55 persen.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Buleleng, Ni Made Rousmini, Kamis (9/12) kemarin mengatakan pergerakan ekonomi sudah membaik. Bahkan tahun ini tidak seperti tahun 2020 lalu yang mengalami inflasi hingga 2,48 persen. “Saya melihat belakangan ini perekonomian mulai membaik, seiring dengan melandainya Covid-19. Dengan inflasi akumulasi hingga Oktober kemarin menandakan ketersediaan komoditi dan keterjangkauan harga masih bisa diatasi,” jelas Rousmini.

Inflasi tertinggi selama ini terjadi pada  Bulan Januari lalu yakni sebesar 0,94 persen. Namun disisi lain, perekonomian Buleleng juga sempat mengalami deflasi lima kali, yakni pada Bulan April, Mei, Juni, Agustus dan September. Menurut Rousmini, komoditas yang paling berpengaruh terhadap inflasi Buleleng ada pada sektor perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, selain dari sektor makanan.

Khusus dari sektor makanan komoditas penyumbang inflasi terbesar yakni cabai merah, canang, minyak goreng, beras, cabai rawit dan daging ayam. “Memang beberapa bahan pokok seperti cabai dan minyak goreng saat ini menunjukkan peningkatan harga. Hanya saja tidak terlalu berpengaruh karena jumlah konsumsi dan kebutuhan di masing-masing keluarga juga tidak terlalu besar,” imbuh Rousmini yang juga mantan Kepala BKD Buleleng ini.

Meski begitu, pemerintah tetap mengantisipasi terjadi lonjakan harga di beberapa komoditas pokok. Salah satunya dengan pemantauan harga rutin di pasaran dan juga pemantauan ketersediaan stok di distributor dan pengepul. “Syukur sejauh ini ketersediaan masih aman, kecuali minyak goreng karena kita di Buleleng tidak ada produksi langsung skala besar, mudah-mudahan ini tidak terus naik, terutama kami antisipasi jelang Nataru ini,” kata dia.

Sementara itu untuk menjaga stabilitas harga di pasaran, Pemkab Buleleng juga berencana akan menyusun kerjasama dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) seperti Perumda Pasar dan PD Swatantra untuk mendistribusikan produksi pertanian dan perkebunan petani Buleleng. Sehingga seluruh produksi petani di Buleleng dapat terserap untuk pemenuhan kebutuhan lokal Buleleng. Upaya tersebut pun sudah diawali dengan penerbitan Surat Edaran (SE) Sekda Buleleng yang mewajibkan ASN Lingkup Pemkab Buleleng wajib mengkonsumsi beras produksi petani lokal.*k23

Komentar