nusabali

Komunitas Seni Semeton Kerauhan Pentaskan Tari Topeng Massal Brahma Wada

  • www.nusabali.com-komunitas-seni-semeton-kerauhan-pentaskan-tari-topeng-massal-brahma-wada

GIANYAR, NusaBali.com – Pujawali atau piodalan (peringatan hari jadi) Pura Taman Pule, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar yang bertepatan dengan hari raya Kuningan, dimeriahkan dengan pementasan tari inovatif Topeng Massal Brahma Wada.

Pentas seni pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (20/11/2021) sebagai wujud bakti (ngayah) Komunitas Seni Semeton Kerauhan.

Tari Topeng Massal Brahma Wada yang dipentaskan tersebut tergolong tari inovatif yang unik, dan berbeda dengan Tari Topeng pada umumnya yang hanya maksimal menampilkan lima penari topeng saja atau biasa disebut dengan Tari Topeng Manca. Sedangkan dalam pementasan Tari Topeng Massal Brahma Wada melibatkan banyak penari dalam pementasannya. 

“Ada sebelas penari yang terlibat di dalamnya, dan berbagai jenis topeng. Seperti topeng keras, tua, Pedanda, wijil, patih dan lainnya,” ujar I Wayan Gede Aditya Pratita, 26, Ketua Komunitas Seni Semeton Kerauhan.

Tercipta pada awal tahun 2021 Tari Topeng Massal Brahma Wada yang digagas oleh seorang maestro topeng Bali I Ketut Kodi asal Banjar Mukti, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati ini menceritakan bagaimana perlawanan kaum Brahmana pada era Kerajaan Kediri terhadap seorang raja angkuh dan arogan di Kerajaan Kediri yang bernama Dandang Gendis. 

Kaum Brahmana pada saat itu diceritakan mendapat bala bantuan dari seorang raja di Kerajaan Singasari yang bernama Ken Arok untuk meruntuhkan kepemimpinan Raja Dandang Gendis yang arogan tersebut. “Diceritakan pada masa Kerajaan Kediri Raja Dandang Gendis tidak memperbolehkan rakyatnya menyembah Tuhan, dan dilarang melaksanakan upacara yadnya. Semua rakyat harus menyembahnya dan saat itulah kaum Brahmana dengan Raja Ken Arok dari Singasari berperang melawan Raja Dandang Gendis. Yang akhirnya dimenangkan oleh kaum Brahmana bersama Raja Ken Arok,” jelas I Wayan Gede Aditya Pratita yang kerap disapa Yande Palak.

Dengan tidak meninggalkan pakem kostum Tari Topeng pada umumnya, seperti saput (jubah), kancut (kain putih), bapang atau badong (kerah tambahan), keris, setewel (pelindung kaki) dan lainnya pementasan Tari Topeng Massal Brahma Wada tampil memukau ditambah iringan instrumen musik tradisional Bali Semar Pagulingan oleh Sanggar Bingin Mas dengan alunan yang indah nan merdu. 

“Sebelumnya tarian ini sudah sempat dipentaskan pertama kali pada 29 April 2021 yang bertepatan dengan hari tari sedunia. Jadi kami Komunitas Seni Semeton Kerauhan hanya berlatih seminggu saja untuk mengingat kembali gerakan tarinya,” ungkap Yande Palak.

Lebih lanjut Yande Palak menyatakan bahwa sebelum mementaskan tari tersebut, para penari terlihat dengan khusyuk melakukan persembahyangan guna memohon keselamatan serta kelancaran dalam melaksanakan pementasan. “Di Pura Taman Pule Mas Ubud ini juga diyakini oleh sebagian masyarakat Bali, sebagai tempat memohon taksu (aura atau kharisma),” tambahnya.

Pementasan Tari Topeng Massal Brahma Wada yang dipersembahkan oleh Komunitas Seni Semeton Kerauhan berjalan dengan lancar, dan diakhiri tepuk tangan masyarakat yang menyaksikan sebagai wujud apresiasi terhadap pementasan tari tersebut. “Semoga pementasan Tari Topeng Massal Brahma Wada ini dapat menjadi sarana hiburan untuk masyarakat yang sedang tangkil (berkunjung) ke Pura Taman Pule Mas Ubud,” tutup Yande Palak. *rma

Komentar