nusabali

Warga Apuh Eco Enzyme dari Buah Lungsuran

  • www.nusabali.com-warga-apuh-eco-enzyme-dari-buah-lungsuran

GIANYAR, NusaBali
Komunitas Tol-tol bekerja sama dengan masyarakat Banjar Apuh, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar,  menggelar sosialisasi paket komplit pengelolaan sampah dari sumber, Sabtu (13/11) pagi.

Paket dimaksud yakni pemanfaatan sisa buah upakara khususnya hari Raya Galungan diolah jadi eco enzyme.  Selajutnya, pembuatan dan pemanfaatan Teba Modifikasi. Ketiga, plastic exchange Penukaran sampah plastik dengan beras. Aksi ini juga melibatkan penggiat lingkungan seperti Teman Parta, Bersih-bersih Bali, Pesan-Pede (pengelolaan sampah mandiri pedesaan), Megaloman, dan lainnya.

Ketua Komunitas Tol-tol I Wayan Suartika mengatakan paket komplit ini merupakan implementasi nyata dari Pergub Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. Sehingga sampah yang dibawa ke TPA hanya sampah residu, semisal popok bayi atau pembalut wanita. Sementara sampah sisa lungsuran buah dan kulit sayur mayur diolah menjadi eco enzyme, sampah organik dedaunan sisa canang masuk dalam teba modifikasi, sedangkan sampah plastik ditukar beras atau dijual kembali menghasilkan rupiah.

"Kami inisiasi, ambil habis hari raya Galungan karena ada lungsuran buah banyak. Biar berguna dijadikan eco enzyme, kaya manfaat untuk lingkungan, kesehatan dan pupuk tanaman. Hasilnya bisa di panen 3 bulan, bisa untuk ngepel, cuci piring, hilangkan bau amis," jelas pria yang akrab disapa Wayan Gabler ini.

Wayan Gabler berharap aksi semacam ini bisa dilakukan pula oleh banjar-banjar lain di Bali. Hadir memberikan motivasi disela pembuatan eco enzyme, anggota DPR RI Dapil Bali Nyoman Parta. Menurutnya, Banjar Apuh sudah berhasil mengelola sampah berbasis sumber. Bahkan sejak beberapa tahun terakhir. "Di Banjar ini sudah berhasil memilah sampah di sumber. Kami dampingi sejak lama dan kelihannya juga komitmen, kami apresiasi. Tentang manfaat eco enzyme sudah banyak ada di google," jelas wakil rakyat asal Desa Guwang, Kecamatan Sukawati ini.  

Kata dia, keberhasilan pengelolaan sampah ini diyakini berdampak positif terhadap dunia pariwisata di Bali, khususnya Banjar Apuh yang kini masih asri dikelilingi hamparan sawah hijau.

Kelian Dusun Banjar Apuh, Wayan Eka Sudiarta mengatakan masyarakatnya sudah komitmen mengelola sampah demi menjaga keasrian lingkungan. Sebab pendapatan utama sebagian besar warganya dari sektor pariwisata. "90 persen warga kita adalah pelaku pariwisata, pemilik villa di sini. Jadi memang wajib kita jaga lingkungan, agar wisatawan nyaman dan betah tinggal disini," ujarnya. Untuk teba modifikasi, dibuat di lahan sempit di bawah tangga. Dengan diameter 80 centimeter dan kedalaman 2 meter. "Sementara kita buat satu dulu di Banjar. Selanjutnya kita akan menyasar setiap rumah tangga," jelas Eka.

Diharapkan, dengan adanya teba organik ini dapat mengurangi durasi pengiriman sampah ke TPA. "Tahun ini kita ada anggaran peremajaan armada. Tapi akan kita alihkan dengan membuatkan warga teba modifikasi. Jadi, sampah organik tidak akan keluar lagi. Selesai di rumah tangga," jelasnya. Selama ini, durasi pengangkutan sampah organik dan residu ke TPA yakni 3 hari sekali. Nanti diharapkan, pembuangan ke TPA hanya sampah residu seminggu sekali. "Yang ke TPA hanya pampers dan pembalut," ujar Eka. *nvi

Komentar