nusabali

Persembahyangan di Pura Payogan Agung Desa Ketewel Terapkan Sistem Shift

  • www.nusabali.com-persembahyangan-di-pura-payogan-agung-desa-ketewel-terapkan-sistem-shift

GIANYAR, NusaBali.com –  Guna mencegah terjadinya kerumunan yang berlebihan pada saat pelaksanaan persembahyangan hari raya Galungan pada Budha Kliwon Dungulan, Rabu (10/11/2021), prajuru Desa Adat Ketewel memberlakukan sistem bergilir.

Perbekel Desa Ketewel, I Putu Gede Widya Kusuma Negara, mengatakan bahwa meskipun level PPKM di Bali telah turun ke level dua, masyarakat harus tetap waspada dan taat menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran virus Covid-19. “Persembahyangan Galungan diadakan secara bergilir, guna meminimalisir terjadinya kerumunan,” ujarnya Selasa (9/11/2021) siang.

Penerapan sistem shift atau sistem bergilir pun akan dilakukan di Pura Payogan Agung Desa Ketewel. “Pengamanan akan dilakukan bersama pecalang adat, Bhabinkamtibmas dan Babinsa Desa Ketewel,” tambah I Putu Gede Widya Kusuma Negara.

Per Banjar atau Tempekan akan diwakilkan kurang lebih 25 orang, yang dapat melaksanakan kegiatan persembahyangan di Pura Payogan Agung. “Di Desa Ketewel ada empat macam soroh, yakni soroh Puseh, Kacagan, Pamesan, dan Gumicik,” ungkapnya.

Lebih lanjut Bendesa Adat Desa Ketewel, I Wayan Ari Sutama mengatakan bahwa persembahyangan yang dilaksanakan di Pura Payogan Agung akan berlangsung dari pukul 07.00 hingga 19.00 Wita. “Pukul 07.00 – 09.00 Wita soroh Puseh, yang terdiri dari Banjar Puseh dan Banjar Pasekan, pukul 10.00 – 12.00 Wita soroh Kacagan, yang terdiri dari Banjar Kacagan dan Banjar Tengah, pukul 13.00 – 15.00 Wita soroh Pamesan, yang terdiri dari Banjar Pamesan, Banjar Keden, Banjar Kucupin dan Banjar Pabean, lalu pukul 16.00 – 19.00 Wita soroh Gumicik, yang terdiri dari Banjar Gumicik, Banjar Kubur, dan Banjar Manyar,” terangnya.

I Putu Gede Widya Kusuma Negara pun berharap, dengan diterapkannya sistem bergilir atau sistem shift tersebut, masyarakat Desa Ketewel dapat terhindar dari penularan virus Covid-19 yang masih mewabah, tanpa mengurangi nilai serta makna yang terkandung dalam pelaksanaan hari raya Galungan di tengah masyarakat. “Semoga pandemi segera berakhir, agar masyarakat dapat melaksanakan kegiatan persembahyangan dengan tenang, dan tanpa kekhawatiran,” tutupnya. *rma

Komentar