nusabali

Kajeng Kliwon Enyitan Sasih Kanem, Desa Adat Kuta Gelar Nangkluk Merana

  • www.nusabali.com-kajeng-kliwon-enyitan-sasih-kanem-desa-adat-kuta-gelar-nangkluk-merana

MANGUPURA, NusaBali.com - Desa Adat Kuta menggelar upacara Nangkluk Merana pada Sasih Kanem bertepatan Rahinan Kajeng Kliwon Enyitan, Jumat (5/11/2021).

Upacara yang dilaksanakan setiap tahun tersebut dipusatkan di Pura Dalem Kahyangan Kuta. Sementara sebelumnya juga dilaksanakan prosesi upacara di seluruh catus pata wewidangan Desa Adat Kuta.

Rangkaian upacara Nangkluk Merana dimulai dengan nunas tirta di Pantai Kuta pada pagi hari, kemudian dilanjutkan dengan menggelar upacara di catus pata (persimpangan) yang ada di wilayah Desa Adat Kuta. Upacara di catus pata menyertakan pelawatan dan ketakson yang disungsung oleh Desa Adat Kuta.

Ada lima pelawatan dan dua ketakson yang ada di Desa Adat Kuta, yang disertakan dalam prosesi di catus pata tersebut.  Catus pata batas utara (kaler) Desa Adat Kuta dilakukan upacara oleh pelawatan dari Banjar Pelasa, Banjar Pande Mas, Banjar Pemamoran. Sedangkan untuk batas selatan (kelod) Desa Adat Kuta dilaksanakan upacara oleh pelawatan Pura Tanjung Pikatan dari Banjar Segara.

Setelah upacara di masing-masing catus pata selesai, maka biasanya dilanjutkan dengan masing-masing pelawatan menuju Pura Dalem Kahyangan. Namun, karena kondisi pandemi Covid-19, rangkaian upacara tersebut ditiadakan setelah upacara di masing-masing catus pata selesai.

“Karena situasi masih PPKM Level 2, tiyang tidak berani mengambil risiko, untuk mengurangi berkerumunnya masyarakat. Sehingga dalam rapat desa diputuskan setelah prosesi di masing-masing wewidangan banjar, pelawatan kembali ke payogan masing-masing,” ungkap Bendesa Adat Kuta, I Wayan Wasista, Jumat (5/11/2021).

Upacara di Pura Dalem Kahyangan sendiri dipuput oleh Ida Pedanda dari Griya Timbul Mengwi, dimulai pukul 10.00-12.00 Wita dengan banten pacaruan Panca Sata Medurga.  

Setelah upacara di Pura Dalem Kahyangan selesai, maka para pamangku dan 13 kelian banjar di Kuta, masing-masing mengambil tirta untuk diserahkan ke payogan masing-masing. Selanjutnya warga Kuta nantinya bisa meminta tirta dan beras tawur ke masing-masing jeroan, griya, atau puri yang ada di masing-masing banjar.

Jero Bendesa Wasista mengatakan sasih kanem dimaknai sebagai  sasih mrana, dalam artian bulan terjadinya wabah (banyak orang sakit). Upacara Nangkluk Merana dimaksudkan sebagai penetralisir secara niskala (nyomya) jagat raya, sehingga segala penyakit yang ada bisa lebur tidak mengganggu manusia.

“Sekarang sedang terjadi pandemi Covid-19, harapan kita dengan pelaksanaan upacara ini, wabah yang ada di muka bumi ini bisa sirna, bisa hilang, apalagi sekarang sudah ada penurunan. Semoga dengan adanya upacara ini semakin hilang wabahnya tidak lagi mengganggu masyarakat kami, khususnya di Kuta bisa kembali normal, bisa mengais rezeki di daerah pariwisata,” tandas Jero Bendesa Wasista.  *adi

Komentar