nusabali

PHRI Badung Ingin Karantina Ditiadakan

  • www.nusabali.com-phri-badung-ingin-karantina-ditiadakan

Beri waktu pada Pemerintah apakah karantina 3 hari menarik minat wisman ke Bali

DENPASAR,NusaBali

Meski Pemerintah sudah mengurangi masa karantina bagi turis asing yang masuk ke Indonesia dari 5 hari menjadi 3 hari, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kabupaten Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya mengaku belum puas. Pria yang akrab dipanggil Rai Suryawijaya, ini meminta masa karantina untuk wisman yang datang ke Bali sebaiknya ditiadakan.

Namun demikian pihaknya tidak mendesak hal itu diterapkan dalam waktu dekat. Rai Suryawijaya memberi waktu pada Pemerintah untuk melakukan evaluasi dan kajian terus menerus mengenai pelaksanaan karantina 3 hari.

“Sementara  jalan dulu dan tunggu perkembangannya,” ujar Ketua BPC PHRI Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya atau yang akrab dipanggil Rai Suryawijaya, Rabu (3/11).

Dikatakan Rai Suryawijaya, sebelumnya pelaku pariwisata mengusulkan dua opsi kepada pemerintah terkait karantina. Pertama tanpa karantina dan kedua karantina selama 3 hari dari sebelumnya 5 hari yang ditetapkan Pemerintah. Keputusan Pemerintah mengurangi karantina menjadi 3 hari, kata Rai Suryawijaya, sudah sesuai dengan usulan pelaku pariwisata.

“Kita juga memahami pemerintah ekstra hati-hati terkait pandemi Covid-19,”ujarnya. Apalagi Indonesia, oleh pihak luar dinilai sudah mampu menangaani pandemi Covid-19, sehingga kasus positif Covid-19 terus menurun.

Namun demikian, sambil menunggu perkembangan ketentuan karantina  3 hari tersebut, Rai Suryawijaya berharap  terus dilakukan evaluasi. Apakah dengan ketentuan karantina 3 hari, akan ada  wisman yang datang. “Itu yang kita tunggu,” ucap pria yang sekaligus Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung dan Wakil Ketua BPD PHRI Bali ini.

Rai Suryawijaya sendiri mengharapkan untuk masuk ke Bali khususnya tidak perlu melalui karantina. “Without quarantine  ,”tandas dia .

Karena menurutnya dengan tanpa karantina itulah, menurut Rai Suryawijaya, pariwisata Bali akan mampu bersaing. Hal itu mengingat pesaing-pesaing Bali, diantaranya Thailand, Maladewa, Unit Emirat Arab/UEA dan Turki, sudah tidak memberlakukan karantina bagi wisman yang datang. Apalagi wisman dari pasar Asia-Pasifik, yang memiliki waktu berwisata rata-rata sepekan.

“Mereka tidak ingin waktu liburan mereka habis hanya untuk karantina,” ujarnya. Tentunya wisman tersebut akan memilih tujuan wisata yang tidak menerapkan karantina.

Kalaupun memang harus ada karantina, Rai Suryawijaya meminta agar wisman bisa beraktivitas di area hotel. Tidak harus terkurung di dalam kamar saja. “Dengan catatan bagi wisman yang memang negatif Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan,” ujarnya.

Sebaliknya yang positif tanpa gejala barulah menurutnya diisolasi dan positif dengan gajela langsung dirujuk ke rumah sakit.

Ketua Umum DPP Association of Hospitality Leader Indonesia (AHLI) Ketut Swabawa menyatakan hal senada. “Kalau bisa dikaji lagi,” pintanya, dihubungi terpisah.

Kata Swabawa, jika memang persyaratan bepergian wisman dari negara asalnya sudah ketat, selama perjalanan juga prosedurnya ketat dan pemeriksaan saat tiba di Bali hasilnya negatif, menurut Swabawa  sebaiknya tidak diberlakukan karantina.

Kata Swabawa sudah 3 pekan lebih sejak open border 14 Oktober lalu belum ada penerbangan internasional yang datang ke Bali, tentu menjadi tanda tanya, kenapa ? Menurut Swabawa hal itu karena adanya ketentuan penerapan karantina. “Pintunya sudah dibuka, tetapi gemboknya masih dipegang,” ujar Swabawa mengandaikan.

Sebagaimana diberitakan Pemerintah Pusat memutuskan karantina bagi wisatawan asing karantina cukup 3 hari. Ketentuan karantina itu turun dari sebelumnya 5 hari, dengan syarat wisman tersebut sudah vaksinasi lengkap. *K17

Komentar