nusabali

Seni Jadi 'Pendorong' Manusia Untuk Mulat Sarira

Timbang Rasa FSBJ III Angkat 'Seni Sebagai Seruan Kesadaran'

  • www.nusabali.com-seni-jadi-pendorong-manusia-untuk-mulat-sarira

DENPASAR, NusaBali
Seni menjadi salah satu bagian dalam hidup manusia. Berkesenian bukan saja soal mengolah rasa. Namun melalui seni, seseorang juga bisa melihat ke dalam dirinya sendiri. Maka, berkesenian menjadi momen untuk mulat sarira, terlebih dalam situasi psikis yang tengah menghadapi tekanan pandemi Covid-19.

Mengambil tema ‘Seni Sebagai Seruan Kesadaran’, timbang rasa atau sarasehan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) III pada Senin (1/11) menghadirkan dua narasumber yakni Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof Dr drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika dan dokter yang juga pegiat sastra, dr Dewa Putu Sahadewa SpOG (K), dan dipandu oleh Jurnalis NusaBali, I Nyoman Wilasa. Digelar secara daring (zoom meeting), peserta begitu antusias. Bahkan jumlah peserta lebih dari 100 orang.

Masa sulit pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal. Termasuk salah satunya situasi berkesenian di Bali selama masa ‘gering agung’ ini. Pembicara Prof Mahardika menilai, pandemi ini adalah sebuah pelajaran berharga, di mana saat ini justru manusia sangat baik untuk melihat ke dalam, untuk introspeksi dan mengenal diri sendiri. “Lewat berkesenian, memberikan proses pendidikan agar tercipta sebuah kesadaran jiwa, berkomunikasi kepada sang diri,” ujarnya.

Ahli virus lulusan Jerman ini mengatakan, bahwa meski mengubah banyak hal, namun saat pandemi juga tercipta suatu peluang, yang mana banyak lahirnya ide dan karya-karya baru selama menghadapi tantang pandemi. Dirinya tidak pesimistis terhadap orang-orang yang melakoni seni. Karena menurutnya, mereka akan tetap memiliki peluang untuk bertahan hidup dengan proses kreatif seorang seniman yang mampu menghasilkan nilai-nilai secara ekonomi meski harus beralih media dengan virtual.

“Pandemi melahirkan banyak ide karya. Misalnya seorang sastrawan atau penyair disaat pandemi mampu menerbitkan karya dalam bentuk buku, pelukis berkarya, begitupun seni drama, seni wayang hadir di publik,” ungkap Prof Mahardika.

Di sisi lain, dalam kesempatan tersebut, Prof Mahardika juga mengkritisi kondisi Bali saat ini. Saat pariwisata Bali berkembang pesat dan menjadi sektor pendapatan utama, begitu dihantam pandemi Covid-19, kondisi Pulau Dewata kini sungguh berbanding berbalik. Bali seolah kehilangan segalanya, bahkan kini harus ‘tiarap’.

“Artinya, saya melihat ada kesalahan dalam pengambilam sumber pendapatan Bali yang mengabaikan pertanian. Di saat pandemi, Bali merasakan kehilangan sumber pendapatannya. Belum lagi masalah jumlah penduduk, sosial dan sebagainya. Inilah tantangan kita untuk berpikir ulang kembali. Dan tugas seniman harus mampu hadir di ruang yang tepat menyampaikan pesan kepada ke publik,” kata Prof Mahardika.

Sementara itu pegiat sastra sekaligus dr Dewa Putu Sahadewa menilai, selain menjadi pendorong untuk mulat sarira, seni juga memiliki kemampuan untuk men-terapi seseorang untuk lepas sejenak dari masalah hidup yang dialaminya. Karena itu, berkesenian tidak saja untuk kesadaran, tetapi juga terkadang menjadi kebutuhan untuk hidup seseorang. Dalam kesempatan tersebut, dr Sahadewa mengapresiasi atas prakarsa Ny Putri Suastini Koster, seni modern yang kini telah diberikan kesempatan memiliki ruang berekspresi di FSBJ.

“Tugas kita memelihara apa yang diwariskan, apa yang diciptakan dan disempurnakan. Jadi seni atau berkesenian itu tak semata-mata untuk kebahagiaan diri sendiri. Akan tetapi bagaimana mengharmonisasikannya ke dalam sendi-sendi kehidupan, dan bermanfaat bagi masyarakat luas serta alam,” jelasnya.

Kurator FSBJ III Tahun 2021, Warih Wisatsana mengatakan, sarasehan atau Timbang Rasa diagendakan merujuk pada tema besar FSBJ yang fokus pada harmoni diri dan bumi. Warih menambahkan, tema yang diangkat dan dipaparkan menautkan situasi saat ini yaitu menyikapi pandemi. “Satu momentum perubaham, momentum penciptaan seni, ada prokes, larangan tampil di tempat umum, dan sebagainya, Jadi momentum pandemi  untuk mulat sasarir, saya kira pesanya sangat  kuat sekali,” kata Warih. *ind

Komentar