nusabali

Ekonomi Kerthi Bali Jawab Tantangan Bali ke Depan

Prof Raka Suardana Bedah Buku Koster

  • www.nusabali.com-ekonomi-kerthi-bali-jawab-tantangan-bali-ke-depan

DENPASAR, NusaBali
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undiknas Denpasar, Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana, membedah buku ‘Ekonomi Kerthi Bali’ yang memuat konsep yang disiapkan Gubernur Wayan Koster menyeimbangkan pembangunan.

Ekonomi Kerthi Bali adalah konsep untuk menjawab tantangan Bali ke depan.  Prof Raka Suardana menyebutkan, terbitnya buku Ekonomi Kerthi Bali boleh dikata merupakan hal baru tentang bagaimana suatu daerah dibangun dengan sebuah konsep perencanaan, berdasarkan pemikiran dari pemimpinnya, yang memadukan konsep pembangunan menuju keseimbangan struktur dan fundamental, dengan mengutamakan sektor-sektor yang dianggap belum tergarap secara optimal.

Sektor yang belum digarap optimal itu, antara lain, bidang pertanian, kelautan/perikanan, IKM/UMKM, industri, ekonomi kreatif, dan digital. “Saya sangat apresiasi dengan peluncuran buku Ekonomi Kerthi Bali ini," ujar Prof Raka di Denpasar, Rabu (27/10).

Menurut Prof Raka, di awal ada hal yang menarik dari buku Ekonomi Kerthi Bali, yaitu adanya kutipan pesan adiluhung, sebuah wejangan dalam bentuk bhisama yang tertuang dalam Lontar Batur Kelawasan. "Jika semua krama Bali, terlebih lagi pemimpinnya, meresapi lalu mengimplementasikan bhisama ini, niscaya Bali akan tetap langgeng sepanjang masa, tidak tergerus atau terdegradasi oleh apa pun," beber profesor pertama non PNS di lingkungan Kopertis Wilayah VIII Bali-NTB-NTT ini.

Ditegaskan Prof Raka, jika dilihat dari regulasi tentang blue print pembangunan Bali, sebenarnya sudah pernah ada regulasi berupa Perda Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Bali Tahun 2005-2025. Kemudian, Perda tersebut direvisi menjadi Perda Nomor 2 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Semesta Berencana Provinsi Bali Tahun 2005-2025.

Dalam Perda Nomor 2 Tahun 2019 ini, kata Prof Raka, sudah disebutkan tentang RPJPD Semesta Berencana yang dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana, yang kemudian dielaborasi dan dioperasionalkan dalam kearifan lokal Sad Kerthi. "Ternyata, penjabarannya termuat dalam buku kecil ini (Ekonomi Kerthi Bali, Red) dengan penyesuaian-penyesuaian sesuai kondisi terkini," tandas Prof Raka.

Akademisi kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat, 1 Februari 1964, ini menggeber juga Bab II buku Ekonomi Kerthi Bali. Menurut Prof Raka, dalam Bab II dengan cukup gamblang dan komprehensif dipaparkan mengenai permasalahan dan tantangan membangun Bali dari sisi alam, manusia (krama Bali), dan kebudayaannya.

"Hal ini membuktikan Gubernur Pak Wayan Koster selaku pemimpin Bali mengetahui dengan jelas permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Bali. Sebagai leader, beliau tentu berupaya mencarikan solusi mengatasi masalah dan tantangan itu. Solusi itulah yang kemudian terpaparkan secara baik di bab-bab berikutnya dalam buku Ekonomi Kerthi Bali ini," kata jebolan S2 Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat ini.

Menurut Prof Raka, pemikiran Gubernur Koster tentang transformasi perekonomian Bali terlihat jelas dalam prinsip-prinsip Ekonomi Kerthi Bali yang ada dalam buku ini. Sebab, di masa lalu dominasi sektor pariwisata sangatlah besar. Namun, untuk masa datang, pariwisata diposisikan sebagai sumber tambahan (bonus) dalam perekonomian Bali.

"Tentu semua itu sudah dengan berbagai pertimbangan. Selain karena berdasarkan dimilikinya kekuatan Bali di sektor yang lain, juga dikarenakan rentannya sektor pariwisata terhadap pengaruh luar, pengaruh bencana, keamanan, dan isu kesehatan (pandemi)," katanya. "Menurut saya, pergeseran prioritas sektor unggulan tersebut boleh juga dianggap sebagai bagian dari Bali Era Baru."

Agar dapat terwujudkan transformasi ini, kata Prof Raka, tentu harus didukung oleh politik anggaran dalam APBD Bali. Jika tidak, tentu tak akan terwujud transformasi yang dicanangkan Gubernur Koster. "Hal yang mungkin menjadi problem berikutnya adalah konsep transformasi yang menggeser sektor pariwisata sebagai unggulan ini muncul saat adanya pandemi Covid-19," tegas akademisi yang sudah meraih gelar guru besar di usia 42 tahun pada 2006 ini.

Prof Raka juga menjelaskan, buku Ekonomi Kerthi Balii telah memuat dengan sangat baik tentang orientasi, arah kebijakan, dan program membangun Bali. Sebab, disadari saat ini Bali harus ditata ulang dan dilaksanakan secara terpola, komprehensif, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam satu kesatuan wilayah Bali, yang taat asas pada sumber daya dan kearifan lokal Bali.

"Pada buku ini, keenam sektor unggulan dalam konsep Ekonomi Kerthi Bali telah dibuatkan tabel/matrik yang cukup rinci berupa prinsip, uraian, dan arah kebijakannya. Maka, bagi pemangku kepentingan (stakeholders) yang berkaitan dengan pembangunan perekonomian Bali, tentulah buku ini dapat dipakai pedoman," ujarnya.

Mantan Mahasiswa Teladan Kopertis Wilayah VIII ini menambahkan, jika semua pemangku kepentingan di Bali melaksanakannya dan kemudian berhasil baik, maka visi pembangunan Bali ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ pastilah dapat tercapai. "Itu berarti dapat terjaganya kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, serta terwujudnya kesejahteran kehidupan krama Bali," sebut Prof Raka. "Namun, buku ini akan lebih sempurna lagi jika dalam matrik yang ada (Bab V sampai X) memuat juga target pencapaian. Kalaupun tidak dalam bentuk target secara kuantitatif atau kualitatif, maka paling tidak pencapaian target dari sisi waktu."

Terakhir, Prof Raka menjelaskan buku Ekonomi Kerthi Bali bukanlah karya ilmiah, karena mirip dengan buku rencana strategis (Renstra). Namun, karena isinya komprehensif, praktis, dan taktis, yang disertai uraian program implementatif berdasarkan analisis SWOT, maka buku ini layak dijadikan buku saku bagi siapa pun yang berkepentingan dengan pembangunan Bali. Termasuk pula bagi kalangan akademisi dan pihak lainnya yang peduli Bali. *nat

Komentar