nusabali

Putri Koster Kawal Upaya Perlindungan Tarian Sakral

  • www.nusabali.com-putri-koster-kawal-upaya-perlindungan-tarian-sakral

DENPASAR, NusaBali
Manggala Utama Pasikian Paiketan Krama Istri (Pakis) Desa Adat Provinsi Bali, Ni Putu Putri Suastini, tegaskan komitmennya untuk mengawal adat dan budaya Bali.

Istri Gubernur Bali Wayan Koster ini pun mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama memperkuat dan melindungi keberadaan tarian sakral, yang belakangan seringkali ditampilkan di tempat dan acara yang tidak sesuai dengan pakem yang seharusnya.

Ajakan ini disampaikan Putri Suastini Koster saat menjadi narasumber dalam acara wirasa yang ditayangkan secara live dari Studio TVRI Denpasar, Selasa (26/10) malam. Dalam acara wirasa tersebut, hadir juga seniman yang kini menjabat Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof Dr I Gede Arya Sugiartha.

Masalah pementasan tarian sakral di tempat dan acara sembarangan, menjadi topik paling disorot dalam acara wirasa malam itu. Putri Koster pun mendorong elemen krama Bali mengawal tarian sakral, tidak efouria begitu saja. Sebab, tarian sakral sifatnya sebagai wali, untuk keagamaan.

Menurut Putri Koster, dewasa ini terjadi euforia di tengah masyarakat yang menampilkan tarian sakral tidak sesuai dengan tempat dan fungsinya. Padahal, tarian sakral atau yang disebut juga tarian wali, hanya dapat dipentaskan di tempat terpilih. "Para penari tidak sembarangan, mereka terpilih dan dalam suatu upacara keagamaan tertentu. Artinya, tarian sakral tersebut tidak boleh ditarikan tanpa adanya suatu rangkaian atau prosesi upacara keagamaan," tandas Putri Koster.

Putri Koster menyebutkan, belakangan seringkali terjadi Tarian Rejang ditarikan untuk tarian penyambutan atau tujuan lain di luar upacara keagamaan. Padahal, Tarian Rejang adalah salah satu tarian sakral yang dipentaskan hanya di tempat dan acara tertentu saja.

"Tarian Rejang tidak bisa dipentaskan untuk tujuan selain berhubungan dengan upacara keagamaan. Untuk itu, kita harus bangun kesadaran bersama, kita kembalikan tarian sakral ini ke pakemnya masing-masing," ujar tokoh perempuan yang dikenal sebagai seniwati multitalenta ini.

Putri Koster menambahkan, sosialisasi di tengah masyarakat terkait keberadaan tarian sakral, harus terus dilakukan. Dengan begitu, masyarakat menjadi paham, tarian mana yang masuk dalam tarian wali, tarian bebali, dan mana pula masuk tarian balih-balihan (tontonan).

"Pakis Bali memegang peran yang sangat strategis dalam sosialisasi keberadaan tarian sakral ini. Jika ada tarian sakral yang hampir punah, kita gandeng stakeholder terkait untuk merekonstruksi kembali tarian tersebut. Ayo kita perkuat, lindungi, dan jaga kelestarian tarian sakral yang ada di masing-masing desa adat," pinta Putri Koster yang juga menjabat Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali ini.

Paparan senada juga disampaikan Kadis Kebudayaan Provinsi Bali, Gede Arya Sugiartha. Menurut Arya Sugiartha, euforia menarikan tarian sakral seperti Tarian Rejang yang tidak sesuai pakemnya, perlu mendapat perhatian serius. "Perlu dilakukan sosialisasi serta pemahaman kepada masyarakat yang mana merupakan tari wali, tari bebali, maupun tari balih-balihan," papar mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini.

Demikian pula halnya dengan tarian wali yang ada di desa-desa adat. Versi Arya Sugiartha, banyak tari wali di desa adat yang saat ini hampir punah dan jarang sekali ditampilkan. "Nah, ini dapat kita rekonstruksi dengan menggandeng stakeholder terkait, termasuk ISI Denpasar, Dinas Kebudayaan, dan para pemangku kebijakan lainnya. Dengan demikian, tarian wali tidak punah, namun akan semakin kuat dan terjaga kelestariannya," ujar birokrat asal Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan ini. *nat

Komentar