nusabali

Gubernur Koster Siapkan Konsep Ekonomi Kerthi Bali

Seimbangkan Perekonomian Bali, Pariwisata Sebagai Bonus

  • www.nusabali.com-gubernur-koster-siapkan-konsep-ekonomi-kerthi-bali

Dalam buku Ekonomi Kerthi Bali yang ditulis Gubernur Koster, mengupas tiga unsur yang harus dipahami secara komprehensif, yakni alam, manusia dan kebudayaan Bali.

DENPASAR, NusaBali

Bali harus mengembangkan sumber-sumber perekonomian baru agar tidak tergantung dengan satu sektor pariwisata saja. Gubernur Bali Wayan Koster menyiapkan konsep Ekonomi Kerthi Bali di mana akan terjadi keterhubungan langsung sektor unggulan untuk menyeimbangkan struktur ekonomi Bali ke depan. Sementara pariwisata adalah sebagai bonusnya.

Hal itu terungkap dalam peluncuran buku ‘Ekonomi Kerthi Bali, Membangun Bali Era Baru’ di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali (Art Centre) Denpasar, Rabu (20/10) pagi. Dalam peluncuran buku yang digelar secara virtual tersebut hadir langsung Menteri PPN/Kepala Bappenas RI Suharso Monoarfa, Prof Dr Drs I Wayan Ramantha dari Universitas Udayana, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Nasional Denpasar Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana SE MM, Dr I Nyoman Mahendra Yasa dari Universitas Udayana (membedah buku Ekonomi Kerthi Bali yang ditulis Gubernur Koster).

Dalam buku Ekonomi Kerthi Bali, mengupas 3 unsur yang harus dipahami secara komprehensif, yakni alam, manusia dan kebudayaan Bali. Ketiga unsur utama ini yang menjadi satu kesatuan tata cara kehidupan Krama Bali yang berkebudayaan tinggi.

Gubernur Bali Wayan Koster mengungkapkan alam Bali sangat kaya dengan potensi luar biasa. Bali memiliki pertanian dengan luas 353.400 hektare, lahan bukan pertanian 210.266 hektare, kawasan hutan 136.832 hektare dan garis pantai sepanjang 633,2 kilometer. Alam Bali menghasilkan produk yang berkualitas dan sangat terkenal. Laut Bali memiliki potensi yang dapat menghasilkan produk unggulan yang terkenal.

"Selain kekayaan alam, secara historis dan sosiologis menunjukkan Krama Bali adalah manusia unggul, punya kualitas dan integritas, loyalitas dengan nilai-nilai kebudayaan tinggi," ujar Ketua DPD PDIP Bali ini. Gubernur Koster menyebutkan kebudayaan merupakan sumber daya utama, penting dan strategis yang dimiliki oleh Bali. Keseharian Krama Bali dengan budayanya yang unik, senantiasa menampilkan kontur budaya lokal, dan semua itu menunjukkan bahwa perjalanan Bali telah melewati alur sejarah yang panjang.

"Indikasi tersebut dapat dilihat dari sekian banyak temuan arkeologis di berbagai wilayah Bali,yang menceritakan tentang masa lalu perjalanan panjang Bali," beber mantan Anggota Komisi X DPR RI dapil Bali 3 periode membidangi pariwisata, pendidikan adat dan budaya ini. Gubernur Koster membeber, kehidupan budaya Krama Bali juga tercermin dalam pertanian berupa Sistem Subak, sebagai manifestasi dari filosofi nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi.

"Sistem Subak sebagai suatu sistem pertanian budaya Bali mendapat pengakuan dan perlindungan dari UNESCO sebagai Warisan Dunia (World Heritage)," tegas Gubernur Koster.  Dengan kekayaan alam dan budaya  Bali ini, menurut Gubernur Koster, Bali dikenal dengan banyak sebutan oleh pemimpin dunia. Mulai The Island of Gods (Pulau Dewata), The Island of Thousand Temples (Pulau Seribu Pura), The Morning of the World (Mentari Pagi di Pulau Bali atau Paginya Dunia), The Paradise Island (Pulau Surga), The Last Paradise (Surga Terakhir di Bumi), dan The Island of Love (Pulau Cinta).

"Alam Bali yang unik, dan unggul secara historis dengan tradisi turun temurun sesungguhnya merupakan sumber  daya perekonomian yang menjadi sumber penghidupan utama masyarakat Bali," tegas politisi asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng ini. Dilanjutkan Gubernur Koster, Kebudayaan Bali yang sangat kaya, unik, dan unggul secara historis dan tradisi turun-temurun sesungguhnya merupakan sumber daya perekonomian yang menjadi sumber penghidupan utama masyarakat Bali. Sejak tahun 1930-an, kekayaan, keunikan, dan keunggulan kebudayaan Bali dalam berbagai karya seni, seperti di Wilayah Ubud, Kabupaten Gianyar telah menjadi daya tarik masyarakat dunia. Sehingga Bali dikunjungi masyarakat dari berbagai negara di dunia.

Ditegaskan Gubernur Koster, sejak saat itu, Bali semakin dikenal, kemudian berkembang menjadi destinasi wisata dunia. Dalam perkembangan selanjutnya, pariwisata berkembang dengan pesat yang ditandai dengan meningkatnya wisatawan domestik dan mancanegara berkunjung ke Bali, meningkatnya pembangunan fasilitas dan sarana prasarana pendukung pariwisata, semakin berkembangnya usaha jasa pariwisata. "Sektor pariwisata memberi konstribusi paling besar terhadap pertumbuhan perekonomian Bali, bahkan Bali menjadi semakin bergantung dari pariwisata," beber Gubernur Koster.

Nah, pembangunan pariwisata diselenggarakan dengan arah kebijakan yang kurang tepat, dan tidak menghidupi/memberi manfaat sektor pertanian, kelautan dan perikanan, serta industri kerajinan rakyat berbasis budaya. Akibatnya sektor pertanian, kelautan dan perikanan semakin ditinggal oleh masyarakat, beralih ke sektor pariwisata.

"Sektor pariwisata sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal, seperti, gangguan keamanan seperti kasus bom Bali, bencana alam erupsi Gunung Agung, dan bencana nonalam (virus SARS, Flu Burung), dan munculnya Pandemi Covid-19 yang melanda hampir semua negara di dunia," tegas Gubernur Koster. Kejadian yang menimpa sektor pariwisata ini, berdampak langsung yang mengakibatkan perekonomian Bali terpuruk.

Bertitik tolak dari dinamika tersebut, menurut Gubernur Koster, sudah saatnya Bali menata ulang perekonomian, untuk menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali. "Kembali kepada keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal meliputi alam, krama, dan Kebudayaan Bali, terutama di sektor pertanian, kelautan dan perikanan, dan industri kerajinan rakyat berbasis budaya branding Bali," ujar Gubernur Koster.

Bagaimana dengan pariwisata? Gubernur Koster mengatakan pariwisata diposisikan sebagai sumber tambahan (bonus/benefit) dalam perekonomian Bali, "Pariwisata menjadi bonusnya, di mana pariwisata harus dikelola agar berpihak terhadap sumber daya lokal Bali," ujar Gubernur Koster. Selain itu, menurut Gubernur Koster hendaknya pengembangan perekonomian Bali mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), termasuk teknologi digital yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi kreatif dan digital. "Perkembangan IPTEK juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian agar berkualitas, bernilai tambah, berdaya saing, dan berkelanjutan," ujar suami dari dramawati Ni Putu Putri Suastini ini.

Ekonomi Kerthi Bali memiliki 6 (enam) sektor  unggulan  sebagai Pilar Perekonomian Bali, yaitu Sektor Pertanian dalam arti luas termasuk Peternakan dan Perkebunan, Sektor Kelautan/Perikanan, Sektor Industri, Sektor Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi, Sektor Ekonomi Kreatif dan Digital dan Sektor Pariwisata. Ekonomi Kerthi Bali dengan 6 (enam) Sektor  Unggulan ini akan mewujudkan perekonomian Bali yang harmonis terhadap  alam,  berbasis sumber daya lokal, menjaga kearifan lokal,  hijau/ramah  lingkungan, berkualitas, bernilai tambah, tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan. *nat

Komentar