nusabali

Pembukaan Pariwisata Belum Berdampak

Bisnis Kopi Stagnan

  • www.nusabali.com-pembukaan-pariwisata-belum-berdampak

DENPASAR,NusaBali
Dibukanya Bali untuk wisatawan belum membawa dampak peningkatan bisnis kopi di Bali. Bisnis kopi masih stagnan.

Tidak ada peningkatan penjualan. Coffee Tour atau wisata ke kebun-kebun sambil menikmati kopi juga belum ada.

"Kalau di awal-awal pandemi dulu masih ada kunjungan. Sekarang belum ada,"ujar Komang Sukarsana, seorang petani sekaligus pengusaha kopi dari Kintamani, Bangli, Minggu(17/10)

Wisatawan yang masih bisa menikmati coffee tour di awal-awal pandemi adalah  wisatawan yang masih tinggal di Bali. Namun sesudahnya kunjungan makin berkurang dan masih sepi sampai sekarang.

"Barangkali ini karena baru awal pembukaan, sehingga dampaknya belum terasa," ujar Sukarsana.

Sementara bisnis penjualan kopi bertumpu pada pasar untuk konsumsi dalam negeri, baik dalam bentuk green been maupun yang sudah dalam bentuk olahan. Porsinya 80 persen pasar regional luar Bali. Kemudian 20 persen lagi dipasarkan atau diserap pasar lokal, konsumsi masyarakat.

"Jadi belum ada peningkatan penjualan," kata Sukarsana. Coffee shop atau gerai kopi di kawasan wisata juga minim pengunjung. Kalaupun ada yang terlihat ramai adalah coffee shop yang ada di kota seperti Denpasar dan sekitar. Sedang di luar itu masih sepi.

Terpisah I Wayan Terima petani kopi dari Pelaga, Petang Badung mengatakan hal senada. "Perkopian masih sepi," ujarnya.

Dikatakan Wayan Terima pemasaran kopi belum ada peningkatan, meskipun Bali sudah mulai dibuka untuk wisman.

Pasaran kopi masih bertumpu pasar-pasar yang sudah ada sebelumnya, baik pasar lokal Bali dan luar Bali.

"Jakarta, Bandung dan lainnya merupakan pasar kopi Bali, " ujar Terima. Produksi kopi di Plaga dipasarkan dalam bentuk olahan dan bijian. Harga perkilo biji kopi atau green diatas Rp 80.000 per kilogram. *k17

Komentar