nusabali

Orangtua di Singaraja Sempat Keliling Ngaturang Banten Pejati

Di Balik Sukses Komang Ayu Cahya Dewi Tembus Final Tunggal Putri Bulutangkis PON XX 2020

  • www.nusabali.com-orangtua-di-singaraja-sempat-keliling-ngaturang-banten-pejati

Kecewa gagal sabet medali emas, Komang Ayu Cahya Dewi sempat menangis saat video call dengan orangtuanya di Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng

SINGARAJA, NusaBali

Ada yang unik di balik sukses Komang Ayu Cahya Dewi, 19, sabet medali perak nomor bergengsi tunggal putri bulutangkis dalam PON XX 2020 di Papua, Rabu (13/10) siang. Sebelum medali perak bersejarah buat kontingen Bali di arena PON tersebut direngkuh, orangtua Komang Ayu Cahya Dewi yang tinggal di Banjar Bangkang, Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng sempat keliling ke sejumlah pura melakukan ritual ngaturang banten pejati, demi kesuksesnya putrinya.

Komang Ayu Cahya Dewi sendiri gagal sabet medali emas PON XX 2020, gara-gara banyak melakukan kesalahan pada set ketiga yang menentukan saat tarung final melawan pebuluitangkis andalan Jawa Barat, Saifi Riska Nurhidayah, di GOR Waringin Jayapura, Papua, Rabu siang. Di set ketiga itu, Komang Ayu takluk dengan skor 18-21, meski sempat unggul dulu 18-16. Padahal, pada set pertama, pebu-ltangkis berusia 19 tahun ini menang mudah 21-8 atas lawannya. Sedangkan di set kedua, permainan Komang Ayu kendor sehingga takluk 17-21 dan kemudian dilanjutkan dengan rubber game.

Meski Komang Ayu harus puas kebagian medali perak nomor tunggal putri PON XX 2020, kedua orangtuanya, I Putu Kusdianto, 55, dan Wayan Asih Sumberliani, tetap bangga. Pasalnya, Komang Ayu telah mengukir prestasi fenomenal yang membuat Bali untuk kali pertama sepanjang sejarah berhasil tembus babak final cabang olahraga populer bulutangkis di arena PON.

Saat NusaBali berkunjung ke rumahnya di Jalan Si Rama Singaraja kawasan Banjar Bangkang, Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Rabu sore, ibunda Komang Ayu, yakni Wayan Asih Sumberliani, baru saja keluar dari ruang keluarga seusai menelepon putri bungsunya itu. Sedangkan ayah Komang Ayu, I Putu Kusdianto, tampak duduk santai di halaman belakang rumahnya.

Kepada NusaBali, pasutri Putu Kusdianto dam Wayan Asih Sumberliani mengaku baru usai viedo call dengan Komang Ayu di Jayapura. Menurut Wayan Asih, Komang Ayu yang merupakan anak bungsunya dari tiga bersaudara baru mengangkat telepon setelah beberapa kali dihubungi pasca pertandingan final. Komang Ayu sempat kecewa, bahkan sampai menangis, atas hasil kerja kerasnya yang hanya berbuah medali perak, namun kemudian ditenangkan oleh orangtuanya.

Menurut Wayan Asih, pertandingan final tunggal putri bulutangkis yang dilakoni Komang Ayu di PON XX 2020 begitu mendebarkan bagi dia dan keluarga lainnya di Singaraja. Mereka tidak hanya standby di depan TV, tapi juga menanti live streaming melalui HP Androidnya. Sebelum pertandingan itu, Wayan Asih bahkan sempat keliling ngaturang banten pejati ke sejumlah pura. Tujuannya, untuk memohon kelancaran pertandingan final putrinya di Papua.

“Duh, saya dari kemarin (Selasa) sudah deg-degan. Dari pagi saya keliling ke sejumlah pura ngaturang pejati, untuk memohon kelancaran pertandingan final anak saya. Teramsuk ngaturang pejati di Pura Jagatnatha Singaraja dan di Padmasana GOR,” cerita Wayan Asih kepada NusaBali di rumahnya, sore itu. “Saya tadi nonton di rumah sama kakak-kakaknya (kedua kakak Komang Ayu, Red). Kalau ba-paknya nonton live streaming lewat HP,” lanjut perempuan pensiunan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) ini.

Wayan Asih mengaku sempat menenangkan Komang Ayu, yang kecewa setelah dikalahkan oleh Saifi Riska Nurhadiyah di final PON XX 2020. Bahkan, Komang Ayu sempat menangis. “Dia (Komang Ayu) tadi sem-pat nangis juga, saya juga ikut nangis akhirnya. Tapi, saya sudah tenangkan karena dia sudah berupaya maksimal dan mengukir prestasi bersejarah di arena PON,” papar Wayan Asih.

Sedangkan Komang Ayu Cahya Dewi mengakui dia sempat mengubah gaya permainan saat melawan Saifi Riska di final. Dia terpaksa ubah gaya permainan, karena sering ketemu lawannya itu di Pelatnas Bulutangkis---keduanya memang sama-sama penghuni Pelatnas.

Menurut Komang Ayu, dengan mengubah gaya permainan, dirinya bisa menang telak 21-8 di set pertama. Namun, permainannya mulai bisa dibaca dan diantisipasi lawan di set kedua. Dia pun kalah 17-21 di set kedua dan kembali takluk 18-21 di set ketiga yang menentikan. "Saya akui lawan memang ada di atas saya," tutur pebulutangkis kelahiran Singaeaja, 21 Oktober 2002, ini kepada NusaBali di Jayapura.

Lepas soal kekalahan di final tunggal putri, kehadiran Komang Ayu telah mendongkrak tim bulutangkis Bali di PON XX 2020, hingga mampu mendulang 1 medali perak dan 2 perunggu. Satu-satunya medali perak direbut Komang Ayu di tunggal putri. Sedangkan medali perunggu masing-masing dipersembahkan pasangan Nyoman Triadnya Arya Kurniawan/Ayu Gary Luna Maharani di nomor ganda campuran dan nomor beregu putri melalui Komang Ayu-Made Pranita Sulistya Devi-Ayu Gary Luna Maharani-Made Deya Surya Saraswati.

Sebelum tampil di PON XX 2020, Komang Ayu sempat mencatat sederet prestasi membanggakan. Di antaranya, juara USM Flypower 2017 (tunggal remaja putri), juara turanamen Victor Exist Junior International 2017 (tunggal putri), juara Superliga Junior 2018 (beregu putri), juara Djarum Sirnas Kaltim Open 2018 (tunggal putri remaja), hingga tembus semifinal Italian Junior International Challenge 2020 (tu-nggal putri).

Komang Ayu Cahya Dewi sudah hobi bulutangkis sejak kecil, dengan cita-cita menjadi juara dunia. Menurut ibundanya, Wayan Asih, cita-cita jadi juara dunia itu dipatri dalam gambar karikatur buatan Komang Ayu sendiri.

Disebutkan, darah atlet Komang Ayu mengalir dari ayahnya, Putu Kusdianto, yang dulu pemain andalan bulutangkis di kampungnya tahun 1983. Sedangkan Wayan Asih adalah pemain voli. Selain itu, Komang Ayu juga terobsesi menjadi atlet karena melihat keberhasilan kakak keduanya, Kadek Bayu Kusuma, 24, yang kini pemain bulutangkis andalan Buleleng.

Begitulah, Komang Ayu mulai menekuni bulutangkis saat usianya baru 7 tahun, dengan bergabung di Perkumpulan Bulutangkis Menang Kalah Sehat (PB MKS) Singaraja pada 2009. Waktu itu, dia dilatih I Nyoman Astawa dan Gede Suadnyana.

Kemudian, Komang Ayu memantapkan diri menjadi atlet bulutangkis profesional, dengan ikut seleksi PB Djarum Kudus di Jawa Tengah pada 2016 silam, ketika usianya menginjak 13 tahun dan duduk di Kelas III SMPN 1 Singaraja. Setelah lolos seleksi di BP Djarum Kudus, Komang Ayu pindah sekilah ke SMP Taman Siswa Kudus.

Di PB Djarum Kudus inilah kemapuan teknik Komang Ayu berkemnbang dengan baik, di bawah arahan pelatih Ellen Angelina, Wahyu Hartanto, dan Anjib Kurniawan. Prestasinya melesat tahun 2017 ketika menjuarai turnamen Victor Exist Junior Internasional yang diikuti 11 negara. Prestasinya itu kemudian mengantar Komang Ayu masuk Pelatnas Pratama Bulutangkis, di bawah arahan pelatih Asep Suharno, Morico Harda, dan Minarti Timur.

Meski sudah berada di Pelatnas Bulutangkis, Komang Ayu tidak melupakan pendidikan. Setamat SMP, dia melanjutkan ke SMA Kanisius Kudus. Saat ini, Komang Ayu kuliah di Fakultas Hukum Universitas Terbuka Denpasar. Proses perkuliahan dijalani secara online, karena dia tidak diberikan waktu keluar selain mengikuti prog-ram latihan di Pelatnas Pratama Bulutangkis.

“Kami selaku orangtuanya, mendukung apa keinginan anak,” ujar Putu Kusdianto, sang ayah yang kesehariannya menjabat sebagai Kepala Bidang Pengaduan, Kebijakan, dan Pelaporan Layanan Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Buleleng.

Komang Ayu sendiri sempoat mendapat tawaran masuk Koward tahun 2019 lalu, seperti profesi ibunya, Wayan Asih. Namun, tawaran khusus untuk menjadi tentara yang diberikan Panglima TNI itu ditolak Komang Ayu, karena ingin melanjutkan kerja kerasnya sebagai atlet. “Dia menolak masuk Kowad, karena katanya selama ini sudah berlatih keras di bulutangkis,” kenang sang ibu, Wayan Asih. *k23,dek

Komentar