nusabali

Cok Istri Agung Kembali Jawara, Karate Sabet 2 Medali Emas untuk Bali

Kornelis Dulang Emas dari Tinju, Julio Bria dan Cakti Kalah di Final

  • www.nusabali.com-cok-istri-agung-kembali-jawara-karate-sabet-2-medali-emas-untuk-bali

JAYAPURA, NusaBali
Cabang olahraga beladiri benar-benar menjadi lahan medali emas bagi kontingen Bali dalam PON XX 2020 di Papua.

Setelah cabang judo, tarung derajat, pencak silat, kempo, dan taekwondo, kini giliran beladiri karate dan tinju yang sukses sabet medali emas, Rabu (13/10). Cabang karate berhasil mempersembahkan 2 medali emas, sementara tinju sumbang 1 medali emas, selain juga 2 medali perak dan 3 perunggu.

Dua (2) medali emas cabang karate masing-masing dipersembahkan I Kadek Krisna Dwi Antara melalui kumite kelas -60 kg putra dan sang juara bertahan Cokorda Istri Agung Sanistyarani dari kumite kelas -55 kg putri. Sedangkan 1 medali emas cabang tinju dipersembahkan Kornelis Kwangu Langu dari kelas bantam (54 kg) putra.

Dalam tarung final cabang karate yang digelar di GOR Politeknik Penerbangan Kayu Batu Jayapura, Rabu kemarin, Kadek Krisna Dwi Antara berhasil mengalahkan karateka Sumatra Barat, Milo Oner, dengan skor 4-1. Karateka Inkai berusia 23 tahun yang kesehariannya bertugas sebagai anggota TNI di YONZIKON 13/KE Jakarta ini pun berhak atas medali emas kumite kelas -60 kg putra.

Krisna Dwi Antara sendiri melenggang ke babak final, setelah di laga se-mifinal berhasil menyingkirkan karateka andalan Lampung, Nur Halim Arlendi. Ini merupakan medali emas pertama bagi Krisna Dwi Antara di pesta olahraga multievent nasional empat tahunan PON. Krisna Dwi Antara adalah karetaka kelahiran 16 Maret 1998 asal Banjar Lelateng Terusan, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, yang merupakan anak dari pasangan I Ketut Suarsa dan Ni Nengah Suarnati.

Sementara Cok Istri Agung Sanistyarani sabet medali emas kumite kelas -55 kg putri, setelah dalam babak final kemarin berhasil mengalahkan karateka andalan Jawa Barat, Dinda Ayu, dengan skor 4-2. Sebelum berebut medali emas, karateka Inkai yang akrab disapa Coki ini sukses singkirkan Lia Angelia Saputri dari Bengkulu 4-3 di babak semifinal.

Ini untuk kedua kalinya secara beruntun bagi Coki sabet medali emas untuk kontingen Bali di arena PON. Sebelumnya, karateka asal Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung ini juga mempersembahkan medali emas buat kontingen Bali pada PON XIX 2016 di Jawa Barat.

Coki sendiri merupakan karateka nasional penghuni Pelatnas. Karateka berusia 27 tahun kelahiran 31 Desember 1994 ini adalah pemegang medali emas SEA Games 2017 di Malaysia dan perunggu Asian Games 2018 di Jakarta, namun sempat gagal alias tanpa medali pada SEA Games 2019 di Filipina.

Sejak kegagalan di SEA Games 2019 itu, Coki jarang tampil. Anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Cokorda Gede Purnomosidhi dan Cokorda Istri Agung Surat Mirah ini pun fokus menghadapi PON XX 2020 di Papua. Dia termotivasi untuk bangkit dengan medali emas dan berhasil mewujudkan harapannya.

Coki mengaku sempat gelisah dan takut tampil di PON XX 2020. Dia gelisah dan takut karena beban target harus sabet medali emas lagi. "Gelisah dan takut, semuanya jadi satu. Tapi, semuanya memberikan dukungan buat saya. Medali emas ini saya persembahkan untuk almarhum adik saya, semoga dia tenang di alam sana," ujar Coki yang ditinggal buat selamanya oleh sang adik jelang SEA Games 2019 lalu.

Keberhasilan Coki dan Krisna Dwi Antara kawinkan medali emas, Rabu kemarin, merupakan prestasi terbaik tim karate Bali di ajang PON. Pada PON XIX 2016 di Jawa Barat, karate hanya menyumbang 1 medali emas dan 6 perunggu. Satu-satunya emas saat itu dipersembahkan Coki dari kumite kelas -55 kg putri.

"Ini prestasi tertinggi. Pada PON tahun-tahun sebelumnya, tim karate belum pernah raih lebih dari 1 medali emas,” ujar Sekretaris Umum Pengprov Forki Bali, Ardi Ganggas, yang juga karateka peraih medali emas PON XII 1989 di Jakarta.

Menurut Ardi Gangga, target internal Forki Bali adalah sabet 3 medali emas dari karate dalam PON XX 2020. “Kalau untuk target KONI Bali, kita sudah berhasil melampauinya,” terang Ardi Ganggas.

Bali sendiri masih berpeluang tambah medali emasx cabang karate PON XX 2020 melalui kumite beregu putri, Kamis (14/10) ini. Hingga Rabu kemarin, cabang karate sudah mengoleksi 2 medali emas dan 1 perunggu buat kontingen Bali. Satu-satunya medali perunggu dipersembahkan karateka Ni Made Nada Dwimayanti dari kumite kelas -68 kg putri.

Sementara itu, cabang primadona tinju berhasil persembahkan 1 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu buat kontingen Bali. Satu-satunya medali emas dipersembahkan petinju Kornelis Kwangu Langu dari kelas layang (49 kg). Sedangkan medali perak dipersembahkan Julio Bria di kelas bantam (56 kg) dan Cakti Dwi Putra dari kelas menengah (75 kg), setelah dipecundangi lawannya di babak final, Rabu kemarin.

Dalam tarung final cabang tinju di GOR Cendrawasih APO Jayapura kemarin, Kornelis Kwangu Langu sabet medali emas setelah berhasil mengalahkan petinju andalan NTT, Mario Blasius Kali. Sebaliknya, Julio Bria yang sejak awal ditarget medali emas, gagal memenuhi harapan setelah di final kemarin dipecundangi petinju andalan Maluku, Yulius Frando Lumoly. Demikian pula Cakti Dwi Putra, gagal sabet medali emas kelas menengah setelah dikalahkan petinju andalan Jawa Barat, Maikhel Roberrd Muskita.

Dengan hasil ini, tim tinju Bali total sabet 1 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu di PON XX 2020 Papua. Artinya, seluruh 6 petinju yang diterjunkan semuanya dapat mnedali. Tiga (3) medali perunggu masing-masing diraih Yulianus Babu Eha dati kelas ringan (60 kg), Jekri Riwu di kelas welter ringan (64 kg), dan Krispinus Mariano Wonda di kelas lelas layang ringan (46 kg).

Ini jauh lebih baik dari prestasi PON XX 2016 di Jawa Barat, ketika cabang tinju hanya meraih 2 medali perak dan 1 perunggu untuk kongtingen Bali. Ada pun 2 medali perak saat itu dipersembahkan Kornelis Kwangu Langu di kelas layang dan Valentinus Nahak di kelas layang ringan. Kornelis Kwangu Langu sendiri saat itu dipecundangi petinju Jawa Barat, Ferdinand B Kase, di babak final.

Dalam PON XX 2020 kali ini, Kornelis Kwangu Langu bangkit dengan persembahkan medali emas. Kornelis sendiri adalah petinju nasional peraih medali emas bagi Indonesia di SEA Games 2017, selain medali perak SEA Games 2013 dan SEA Games 2019. Kornelis sudah bertahun-tahun menjadi petinju andalan Indonesia, bersama Julio Bria.

Medali emas yang dipersembahkan Kornelis ini sekaligus mengakhiri puasa gelar selama 24 tahun bagi tim tinju Bali di arena PON. Petinju Bali terakhir yang sabet medali emas adalah Pino Bahari pada PON XIV 1996 di Jakarta. Kala itu, juara Asian Games Beijing 1990 ini sabet medali emas di kelas menengah.

Ketua Umum Pengprov Pertina Bali, Made Muliawan Arya alias De Gadjah, memastikan Kornelis akan diberi hadiah sepeda motor. Menurut De Gadjah, hadiah motor itu akan langsung diterima setelah Kornelis tiba di Bali. "Sepeda motor itu untuk peraih medali emas saja. Peraih medali lainnya juga dapat dapat surprise," tandas Ketua DPD Gerindra Bali ini.

Sementara itu, selain tinju dan karate, ada 5 cabang olahfraga beladiri yang sukses sumbang medali emas bagi Bali dalam PON XX 2020, yakni judo, tarung derajat, kempo, pencak silat, dan taekwondo. Tim judo Bali bahkan tampil sebagai juara umum dengan koleksi 6 medali emas dan 6 perunggu.

Sedangkan tarung derajat sukses mempersembahkan 4 medali emas, 1 perak, dan 3 perunggu bagi kongtingen Bali. Sementara cabang kempo sumbangkan 2 medali emas, 2 perak, dan 2 perunggu, disusul pencak silat (1-2-6), dan taekwondo (1-1-6). *dek

Komentar