nusabali

Guru Tewas Terseret Arus

  • www.nusabali.com-guru-tewas-terseret-arus

Pasca guru tewas terseret arus, Perbekel Seraya Tengah usul dibangun tiga jembatan di wilayahnya

Korban dan Motornya Jatuh ke Jurang di Desa Seraya Tengah

AMLAPURA, NusaBali
Guru SMP Negeri 6 Amlapura, I Ketut Merta, 50, tewas terseret arus di Sungai Tibu Dalem, Banjar Ijo Gading, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem, Senin (23/1) siang. Korban Ketut Merta tewas mengenaskan, setelah sepeda motornya terpeleset, lalu terseret arus hingga jatuh ke dasar jurang.

Saat musibah terjadi, Senin siang sekitar pukul 11.30 Wita, korban Ketut Merta dalam perjalanan pulang dari SMPN 6 Amlapura yang berlokasi di Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem, dengan naik motor Honda Vario DK 8071 SV. Korban yang kesehariannya menjadi guru bidang studi Agama Hindu di SMPN 6 Amlapura kala itu hendak pulang ke rumahnya di Jalan Untung Surapati Amlapura.

Begitu tiba di lokasi musibah, korban terhadang arus deras Sungai Tibu Dalem. Saat nekat menyeberang, korban terpeleset jatuh dan kemudian terseret jatuh ke jurang bersama motornya. Sebenarnya, ada tiga sungai di jalur lintas Desa Seraya yang airnya cukup deras pasca diguyur hujan lebat, Senin kemarin, yakni Sungai Tibu Dalem, Sungai Perit, dan Sungai Yeh Banget. Tapi, Sungai Tibu Dalem di mana korban Ketut Merta terpeleset jatuh, airnya paling dalam dan deras.

Nah, korban Ketut Merta yang siang itu masih mengenakan pakaian dinas PNS, coba menerobos aliran Sungai Tibu Dalem yang memotong jalan raya. Saat menyeberang, korban sempat dibantu seorang warga Banjar Ijo Gading, Desa Seraya Tengah, I Komang Sulatra alias Ateng, 33. Namun, di tengah arus deras, korban terpeleset jatuh hingga terseret ke jurang.

Saksi Komang Sulatra sebetulnya sempat mengingatkan korban Ketut Merta agar mening-galkan saja motor Honda Vario DK 8071 SV yang ditungganginya, dengan maksud supaya lebih mudah menyeberang. Tapi, nasihat Sulatra tidak dihiraukan. Walhasil, korban Ketut Merta bersama motornya terseret arus, kemudian nyemplung ke jurang sedalam 6 meter. Korban pun nyangkut di antara batu-batu besar, dalam posisi tenggelam.

Siang sekitar pukul 12.30 Wita, tim gabungan yang dikomandani Koordinator Pos SAR Karangasem I Wayan Suwena, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa, dan Kapolsek Karangasem Kompol I Gede Wali terjun untuk mengevakuasi korban dari dalam jurang. Camat Karangasem, Cokorda Alit Surya Prabawa, juga terjun bersama Perbekel Seraya Tengah I Nyoman Suardana. Demikian pula dan petugas Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System) Polres Karangasem, ikut terjun ke lokasi TKP.

Saat dievakuasi dari dasar jurang, korban Ketut Merta sudah dalam kondisi tewas, di mana bajunya telah terlepas, namun masih mengenakan celana panjang. Sedangkan wajah korban luka-luka akibat berbenturan dengan batu. Jasad korban langsung dibawa petugas ke RSUD Karangasem di Amlapura untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Menurut Koordinator SAR Karangasem, Wayan Suwena, tubuh korban nyangkut di batu dasar jurang, dekat dengan motornya. Proses evakuasi pun harus dilakukan cukup hati-hati. “Korban diperkirakan tidak kuat secara fisik memegang motornya, hingga terseret arus air sungai. Memang tidak memungkinkan motor melintas, karena arusnya deras,” jelas Wayan Suwena.

Sementara, jenazah Ketut Merta kemarin sudah dipulangkan dari RSUD Karangasem ke rumah duka di Banjar Galiran Kaler, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem. Rencananya, jenazah guru SMPN 6 Amlapura ini akan dikuburkan di Setra Desa Pakraman Tampuagan, Kecamatan Karangasem pada Anggara Wage Sinta, Selasa (24/1) ini.

Korban Ketut Merta berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Wayan Santi Ariyanai, 48, serta dua anak: I Putu Abdi Sumartadi, 18 (siswa Kelas XII Jurusan Akomodasi Perhotelan (AP) SMK PGRI Amlapura) dan Ni Nengah Wina Dwinanthi, 10 (siswi Kelas V SDN Subagan).

Korban Ketut Merta sebenarnya baru dipindahkan ke SMPN 6 Amlapura, 21 Desember 2016 lalu. Sebelumnya, guru berusia 50 tahun ini sempat selama 8 tahun mengajar di SMPN 3 Amlapura sejak 1 April 2008. Sebelum tewas terseret arus, korban sempat berniat minta surat dinas agar dikembalikan bertugas ke SMPN 3 Amlapura.

Almarhum Ketut Merta sendiri meniti karier sebagai guru, berawal dari status honorer tahun 2006. Selanjutnya, korban diangkat sebagai PNS per 31 Maret 2008 dengan Golongan II/c,  karena tamatan Diploma III Agama Hindu. Korban sempat ikut prajabatan Golongan II Angkatan XXI Provinsi Bali tahun 2008.

Sementara itu, suasana duka mendalam tergambar di rumah duka di Banjar Galiran Kaler, Kelurahan Subagan, Senin siang. Istri almarhum, Ni Wayan Santi Ariyani, tiada henti menangus. Kepada NusaBali, Santi Ariyani mengaku tidak ada firasat apa-apa sebelum musibah maut menimpa suami. Hanya saja, belakangan kondisi fisik suaminya kurang bagus.

“Belakangan ini secara fisik bapak mengalami masalah, karena menderita komplikasi sakit kencing manis, jantung, dan gula darah. Bapak sering keluar masuk rumah sakit,” cerita ibu dua anak ini.

Di sisi lain, Kepala Desa (Perbekel) Seraya Tengah, I Nyoman Suardana, berharap di jalur lintas Desa Seraya Tengah dibangun setidaknya tiga jembatan. Sebab, setiap musim hujan, akses jalan bermasalah, warga sulit melintas karena dihadang kiriman air yang cukup deras membelah jalan raya.

“Kita harapkan bisa dibangin tiga jembatan masing-masing di Sungai Tibu Dalem, Sungai Perit, dan Sungai Yeh Banget. Tahun lalu, derasnya aliran air di Sungai Perit sempat menelan korban jiwa,” papar Perbekel Nyoman Suardana.

Sedangkan Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, IB Arimbawa, menyatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Pos SAR Karangasem untuk bersama-sama mengusulkan bantuan ke BPBD Provinsi Bali, mengenai musibah maut yang menimpa guru SMPN 6 Amlapura. “Maksudnya, agar keluarga korban dapat santunan,” jelas IB Arimbawa, Senin kemarin. * k16

Komentar