nusabali

Pahanya Membengkak hingga Sebesar Kaki Gajah

Derita Gusti Nyoman Juniani, Ibu Rumah Tangga Asal Desa Joanyar

  • www.nusabali.com-pahanya-membengkak-hingga-sebesar-kaki-gajah

SINGARAJA, NusaBali
Penyakit aneh dialami Gusti Nyoman Juniani, 34, seorang ibu rumah tangga asal Banjar Kawanan, Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng. Paha kirinya membengkak hingga sebesar kaki gajah, disertai rasa sakit dan nyeri tak tertahankan.

Penderitaan itu dialami korban Gusti Nyoman Juaniani sejak setahun terakhir. Menurut sang suami, Kadek Mertayasa, 38, semua berawal ketika istrinya hamil anak ketiga. Mulanya, korban Juniani merasakan sakit dan nyeri. Kemudian, paha kirinya membengkak sejak umur kandungannya 5 bulan.

Mertayasa menyebutkan, awalnya bengkak di paha kiri Juniani datang dan pergi. Mertayasa pun awalnya mengira sang istri mengalami beteg (bengkak saat masa kehamilan) atau gejala asam urat. Juaniani masih bertahan dengan kondisinya tersebut hingga melahirkan anak ketiganya, April 2021 lalu.

“Saat hamil, istri saya masih bisa beraktivitas. Dia juga melahirkan secara normal di bidan. Tapi, setelah melahirkan, bengkak di paha kirinya terus membesar,” kenang Mertayasa saat ditemui di rumahnya kawasan Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Selasa (12/10).

Saat ini, bengkak pada kaki kiri Juniani terlihat dari pangkal paha hingga lutut. Mertayasa sendiri mengaku sempat memeriksakan kondisi istrinya ini ke mantri desa, lalu ke RSUD Tangguwisia (di Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt, dan terakhir di RS Shanti Graha Seririt, Juni 2021 lalu.

Juniani juga sempat di-rontgen saat itu. Pada pemeriksaan kedua di RS Shanti Graha Seririt, ibu tiga anak ini didiagnosa mengalami tumor ganas pada tulang dan persendian. Oleh dokter setempat, pengobatannya harus dilakukan di RSUP Sanglah, Denpasar.

Namun, karena kondisi ekonomi dan keluarganya tidak mendukung, Mertayasa memutuskan untuk merawat istrinya di rumah. “Kalau KIS (Kartu Indonesia Sehat) saya punya. Tapi, karena kondisi ekonomi saat ini di mana saya juga kerja jarang, kalau dirujuk ke RSUP Sanglah, siapa yang nungguin? Belum lagi anak-anak masih kecil, tidak ada yang jaga,” keluh Mertayasa yang kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan.

Mertayasa mengatakan ketiga anaknya masih kecil-kecil. Si sulung Komang Suciani, 10, masih duduk di bangku Kelas V SD. Sedangkan anak keduanya, Ketut Rendi Setiawan, 7, baru memasuki bangku Kelas I SD. Sebaliknya, si bungsu Luh Apriani baru berumur 6 bulan.

Situasi tersebut membuat Mertayasa tak dapat berbuat banyak. Sebagai penyambung harapan, istrinya diajak menempuh jalur pengobatan alternatif, dengan pergi ke dukun. Namun, dari 19 orang dukun di seantero Buleleng yang telah didatangi, belum satu pun membuahkan hasil. “Sehari-harinya, kaki istri saya yang bengkak ini hanya dibalur minyak hangat,” papar pria berusia 38 tahun ini.

Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) Joanyar, Wayan Maka Sara Atmaja, mengatakan kondisi yang dialami Gusti Nyoman Juniani sudah dia ketahui sejak lama. Sejauh ini, keluarga Kadek Mertayasa memang belum masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Namun, keluarga kurang mampu ini sudah memiliki tanggungan jaminan kesehatan beripa KIS.

Selain itu, kata Sara Atmaja, keluarga korban juga sudah dibantu program Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD) terdampak pandemi Covid-19. “Suaminya (Mertayasa, Red) juga kami prioritaskan dalam program Padat Karya Terpadu (PKT). Untuk dapat masuk ke DTKS nanti, kami juga akan putuskan dalam musyawarah desa,” papar Sara Atmaja saat ditemui terpisah di Kantor Desa Joanyar, Selasa kemarin.

Di sisi lain, kondisi yang dialami Juniani mulai mendapat perhatian sejumlah pihak. Salah satunya, komunitas sosial ‘Angels Heart Bali’, yang memberikan bantuan sembako dan uang tunai melalui relawannya. Selain itu, juga direncanakan ada penggalangan dana untuk Juniani, buat bantu biaya pendampingan pengobatan. *k23

Komentar