nusabali

Satpol PP Gencarkan Razia Gacong di Kutsel

  • www.nusabali.com-satpol-pp-gencarkan-razia-gacong-di-kutsel

MANGUPURA, NusaBali
Jelang pembukaan gerbang pariwisata internasional, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP Badung, tim dari Kecamatan Kuta Selatan dan Desa Adat Tanjung Benoa, gencar menggelar operasi keberadaan guide liar atau yang kerap disebut gacong.

Hal ini semata memastikan tidak ada lagi aktivitas para gacong yang meresahkan wisatawan. Kasatpol PP Badung I Gusti Agung Ketut Suryanegara, Kamis (7/10), menegaskan terus mendatangi lokasi yang diduga jadi tempat mangkal para gacong. Namun, katanya, sejauh ini belum menemukan ada gacong berkeliaran.

Menurutnya, keberadaan gacong menjadi atensi semua pihak. Hal ini dikarenakan banyak keluhan dari masyarakat dan juga wisatawan terkait keberadaan mereka. Pasalnya, aksi mereka mengejar dan memepet wisatawan agar bisa menawarkan jasa. “Apalagi jelang pembukaan gerbang pariwisata internasional, kami harapkan semuanya sudah clear dan tidak ada gacong yang beraksi lagi,” harap Suryanegara.

Dikonfirmasi terpisah, Bendesa Adat Tanjung Benoa Made Wijaya, menegaskan telah mengadakan pertemuan dengan sejumlah usaha water sport yang berada di Tanjung Benoa. Rapat yang diadakan awal bulan Oktober 2021 untuk mengingatkan pengusaha water sport agar berkomitmen atas berita acara yang telah disepakati sebelumnya di Kantor Camat Kuta Selatan, yakni bersepakat untuk meniadakan gacong. “Mari kita tata bersama, komitmen yang kita buat mari dijalankan bersama. Jangan sampai hal ini membuat keterpurukan wisata bahari. Kami tidak ingin hal itu sampai terjadi,” kata Wijaya.

Menurut Wijaya, para pengusaha water sport sepakat dan berkomitmen untuk meniadakan gacong. Sebab, hal itu demi citra wisata bahari kedepannya yang lebih baik. Meski sudah beberapa water sport bersepakat, Wiajaya meyakini masih ada beberapa usaha water sport yang masih ingkar akan komitmen itu, dengan masih menggunakan jasa gacong dalam menggaet wisatawan. Untuk itu, dia mengajak semua usaha tersebut untuk memutus mata rantai keberadaan gacong, dengan tidak memberikan komisi atas jasa yang ditawarkan. “Kalau ingin memberdayakan orang yang menjadi gacong, berikan dia pekerjaan lain agar mata rantai gacong ini benar-benar putus,” tegasnya.

Di sisi lain, pihaknya juga mengaku akan meminta agar pengawasan dari Gabungan Pengusaha Wisata Bahari dan Tirta  (Gahawisri) selaku induk organisasi wisata tirta bisa ditingkatkan. “Kami siap bersinergi demi keamanan dan kenyamanan wisata tirta, agar persoalan gacong ini tidak merusak citra pariwisata ke depannya,” tegas Wijaya. *dar

Komentar